Selasa, 25 Maret 2025

Berbuka Puasa di Masjid dan Beberapa Cerita Menarik di Dalamnya

Salah satu menu berbuka di masjid dekat rumah

Hujan telah usai. Langkah-langkahku menuju ke sebuah masjid di kotaku juga telah selesai. Bersama adik, aku menuju ketempat Tuhan itu untuk berbuka sekaligus beribadah.

Al Ikhsan nama masjid itu. Jaraknya sekitar 2 kilometer dari rumah. Kami memilih berjalan kaki, selain supaya bisa olahraga, juga supaya tidak repot cari tempat parkir. 

Aku yang sejak awal memutuskan untuk buka di masjid bersiap dengan riang hati. Aku tahu bahwa nantinya, makanan yang disajikan bakal sederhana tapi itulah poin utamanya. 

Salah satu hal yang kurang ketika berbuka di masjid Al Ikhsan, selama kurang lebih 1 jam, tak ada kajian yang bisa kami dengarkan. Tak seperti masjid-masjid lain yang mengundang ustad untuk menjadi narasumber. 

Kontan, selama aku menunggu waktu berbuka, aku hanya melongok ke kanan dan kekiri. Seringnya, aku menghabiskan waktu sambil membuka ponsel. Memainkan beberapa game ringan. 

Oh iya, di masjid Al Ikhsan, makanan-makanan utama telah disajikan di tempat khusus. Nanti, setelah adzan Magrib berkumandang dan kami selesai sholat, orang-orang akan segera berlari menuju lokasi makanan. 

Jujurly, aku melihatnya seperti "War makanan". Pantas saja adikku bilang, "Yuk kita war di masjid" yang berarti berbuka di masjid. Sebenarnya, tiap orang juga bakal dapat karena tersedia banyak. Hanya saja, mereka takut jika kehabisan. 

Sore itu, selepas sholat dan menerima makanan di atas piring, aku dan adikku mulai menikmati pelan-pelan. Kami berbuka dulu dengan 3 kurma dan dua gelas teh manis yang kami dapat sebelum jam 5 sore.

Sajian berbuka sederhana yang sangat nikmat 

Kerupuk, telur dadar, nasi dan rendang daging menjadi makanan lezat yang kami nikmati bersama ketika berbuka. Semua orang terlihat antusias. 

Diantara mereka yang sedang makan, aku mendapati 3 bocah yang tengah mempersiapkan plastik bening untuk menyimpan daging rendang di mangkuk. 

Ketika aku tanya salah satu bocah, ia menjawab bahwa daging tersebut akan ia makan untuk sahur nanti. Selain itu, akan dibagikan ke anggota keluarga lain yang berada di rumah. 

Melihat itu, aku jadi teringat masa lalu. Ya, saat masih bocah (usia 7 tahunan), aku juga pernah melakukannya. Kala itu, kami hidup serba kekurangan. Mau makan ayam goreng saja, rasanya cukup susah. Harga tidak terjangkau. 

Gak heran, ketika ikut acara di masjid, kami selalu menyisakan lauk dan nasi untuk dibawa pulang. Tidak dimakan di masjid seperti orang lain. 

Bocah-bocah itu sama. Kebiasaan makan dan berbagi di rumah biasanya karena ingin dibagikan ke anggota keluarga yang lain atau ingin dimakan ketika sahur.  

Salah satu anak mengatakan kalau adiknya suka daging rendang. Well, karena momen memakan daging sangat langka sehingga begitu mendapatkan, langsung dibungkus. Ah, aku jadi ingat video emak-emak yang membungkus rendang saat kondangan.

Perilaku tersebut memang tidak etis, namun muncul karena sifat alami ibu-ibu yang suka membagikan makanan untuk anaknya di rumah. Btw, perilaku mengambil melebihi hal, jangan dipelihara ya guys! Gak baik. 

Di sini, aku hanya menyoroti perilaku anak-anak yang suka membawa makanannya ke rumah. Kata mereka, selain bisa dimakan secara santai, bisa juga dibagikan ke keluarga lain. 

***

Baiklah, itu dia sedikit cerita tentang berbuka di masjid pada puasa beberapa waktu lalu. Ada banyak hal di sekitar kita yang sebenarnya renyah untuk diceritakan. Berbagai pengalaman menjadi hal yang bisa relate dengan kehidupan. Apakah kamu juga punya cerita saat ramadan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam