Sekolah tak perlu mengikuti kepandaian kakak |
Eh kamu adiknya si ini kan? Kok kamu gak kayak mbakmu yang pintar Nduk. Padahal mbakku rajin lho, kok kamu engga?
Pertanyaan-pertanyaan semacam ini kerap datang ketika kamu adalah seorang adik dari kakak yang pandai. Tapi kamu biasa saja. Lantas beberapa guru membandingkan kamu dengan kakakmu. Pernah mengalami?
Siang itu adikku terlihat lelah bukan main. Ia sehabis mengerjakan proyek sekolah bersama teman-teman kelompoknya. Ketika wajah kusutnya itu mengendur, aku mulai menanyai adik perihal perkembangan sekolahnya.
Ia kemudian bertanya padaku mengenai guru yang menanyai dia ketika ia mengumpulkan tugas di ruang guru,
"Mbak Najwa, kamu adiknya Mbak Rahma ya? Kalau iya, tiru lho mbakmu itu, dia termasuk rajin sekali pas sekolah"
Adikku hanya cengar-cengir, lantas pergi meninggalkan ruang guru. Saat pulang ke rumah, adik menceritakan apa yang ia alami di sekolah. Ia bilang bahwa tak mau dianggap seperti kakaknya.
Dia ingin menjadi dirinya sendiri. Meski tak pandai-pandai amat, ia tak mau dibanding-bandingkan, seolah harus mengikuti jejak kakaknya.Padahal, kemampuan setiap anak memang berbeda.
Jujur, aku suka senang dengan jawabanya. Menurutku dia benar. Seandainya di sebuah keluarga, semua kakak pandai matematika. maka adik tak harus sama. Bisa saja ia pandai olahraga, seni, bahasa atau sosial.
Menurutku pribadi, better jadi diri sendiri sih. Gak perlu harus sama dengan anggota keluarga lain. Pengalamanku jika ingin dianggap sama, maka kita tak menjadi diri sendiri.
So, kalau menurut kalian gimana? Apakah pernah dibanding-bandingkan juga oleh guru atau bahkan oleh orang tua sendiri?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam