Rabu, 20 November 2024

Kopi Luwak, Desa Wisata Borobudur dan Mudahnya Transaksi Digital ala BRI

“Minggu depan aku mau ke Jogja, Ra. Pengen banget main ke Candi Borobudur. BTW, Borobudur itu di Jogja atau di Jawa Tengah sih. Kok kata Putri itu di Jateng?”

***

Mobil VW berwarna-warni terlihat melesat cepat menyusuri jalanan beraspal yang membentang sepanjang Perbukitan Menoreh. Di atas tiap kursi, terlihat para penumpang tertawa bahagia sembari memainkan caping-caping bambu di kepala mereka. 

Sekitar 15 menit kemudian, deretan VW tersebut berhenti di pelataran Candi Pawon yang terletak kurang lebih 2,1 km dari Candi Borobudur. Lokasi Candi ini cukup unik karena berada di antara rumah penduduk. Selain itu, bentuk candi Pawon juga berbeda dengan Borobudur yang tambun. Padahal, ia sama-sama dibangun pada masa Raja Samaratunga. 

Begitu menjejak ke pelataran candi, pengunjung tak hanya disuguhi bangunan setinggi 13,3 meter dengan berbagai guratan relief yang khas, tetapi juga rumah-rumah warga yang berjualan aneka produk, mulai dari suvenir, cobek batu, gerabah, kuliner, hingga jasa homestay.

Puas belajar tentang bangunan masa Dinasti Syailendra itu, wisatawan mulai berkeliling ke sana kemari, seolah ingin menangkap lanskap lain di sekitar candi. Perempuan cantik berbatik kuning telah mengamankan posisi di sisi barat candi sambil berpose 4 jari “Pisss”, diikuti beberapa wisatawan lainnya.

Lima belas menit kemudian, seorang tour guide—yang merupakan pemuda Desa Wanurejo mulai memanggil—ia mengajak para wisatawan menuju tujuan selanjutnya, Pawon Luwak Coffee yang terletak di gerbang masuk candi. 

Tatkala sampai ke halaman Pawon Luwak Coffee, terlihat beberapa tampah menghampar di depan bangunan kayu bernuansa joglo. Tampah tersebut berisi biji-biji kopi dari kotoran hewan luwak. 

Di tampah paling ujung, tepatnya dekat pintu masuk kedai, tampak seorang bapak yang sudah menunggu kedatangan wisatawan. Bapak itu bernama Prana Aji, pemilik Pawon Luwak Coffee.

Gambar 2. Proses penjemuran kopi luwak milik Pawon Coffee (Dok.Pri)

“Kopi ini beneran dari kotoran Luwak, Pak, Memangnya pas ngambil, apa gak jijik?” tanya perempuan berbatik kuning pada Pak Aji

"Enggak Mbak. Justru itulah yang kami cari. Nanti habis dijemur, ada proses lanjutan sampai kotoran-kotoran itu jadi kopi, yang siap dihidangkan ke dalam cangkir. Jadi gak ‘fresh’ begitu saja ya, terus dibuat kopi"

“I see, Pak. Saya belum pernah beli kopi Luwak sebelumnya. Jadi belum paham prosesnya”

Selepas wisatawan kenyang bertanya jawab serta puas memotret biji-biji kopi, Prana Aji mengajak tiap orang masuk ke kedai. Mereka diminta mencicipi kopi luwak yang memiliki proses pembuatan unik itu. Semua orang antusias. 

Di sebuah pendopo mini, Prana Aji bercerita bahwa usaha yang dibuka sejak 2013 silam ini telah mengalami pasang surut, terutama semenjak Covid 19 merebak. Adanya WFH dan PSBB, membuat aktivitas masyarakat lumpuh. Imbasnya, tak banyak orang datang berwisata maupun membeli kopi seduh.

Tahun 2020-2021, waktu yang cukup berat bagi usaha di wilayah Borobudur. Tiap bisnis benar-benar harus survive supaya tidak gulung tikar. Beruntung, dukungan-dukungan masih mengalir meski membutuhkan effort lebih. 

Menurut Prana Aji, karena Covid-19, selain cara promosi, mode berjualan juga berubah. Ia menjual beberapa produk kopi luwak secara online guna menjangkau konsumen luar daerah. Siapa pun bisa memesan dengan menghubungi kontak yang tertera pada Instagram maupun Facebook. 

Bagi wisatawan yang datang langsung, Pawon Luwak Coffee menyediakan produk kemasan dengan harga Rp 250.000 per 100 gram atau Rp 25.000 per cangkir. Mahal? Memang. Kopi luwak bukan seperti kopi pada umumnya. Biji-biji kopi harus melalui proses panjang sehingga layak disajikan. Proses itulah yang membuat harga Kopi Luwak tinggi. 

Nah, demi memudahkan konsumen bertransaksi, model pembayaran pun ditambah. Jika awalnya hanya tersedia pembayaran cash, kemudian dilengkapi dengan pembayaran digital via QRIS BRI untuk menghindari sentuhan langsung antar manusia. Konsumen bisa menggunakan dompet digital maupun aplikasi mobile banking seperti BRImo.

Gambar 3. Produk kopi luwak kemasan dari Pawon Coffee (Dok.Pri)

Puas berbagi cerita soal kopi luwak, di beberapa kesempatan, Prana Aji menunjukkan salah satu hewan luwak yang ia pelihara di sebuah kandang. Ia menuturkan bahwa luwak harus di-treatment sebaik mungkin agar menghasilkan produk kopi berkualitas. 

Setelah terkesan mendengar cerita Prana Aji dan menyesap rasa dari kopi luwak yang nikmat, tiap orang pun berpamitan. Mereka hendak berkeliling kembali dengan VW menuju destinasi selanjutnya yakni desa-desa wisata, di Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. 

Perkembangan Desa Wisata dan Pentingnya Digitalisasi Pembayaran

Desa wisata. Istilah mengenainya kerap kita dengar beberapa tahun belakangan. Terlebih, selepas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi kreatif mengadakan ADWI (Anugerah Desa Wisata Indonesia) setiap tahunnya, demi meningkatkan daya saing tiap desa.

Layaknya UMKM, desa wisata merupakan tulang punggung cukup penting yang perlu diperkuat. Ini berkenaan dengan sektor pariwisata yang menyumbang kontribusi sebesar 4,1% terhadap PDB di tahun 2023, dengan penerimaan sebesar US$14,63 miliar. (Bappenas dalam Bisnis.com) 

Munculnya kontribusi itu, maka sektor pariwisata perlu terus digenjot perkembangannya oleh pemerintah, termasuk melalui 6.026 desa wisata (21 Oktober 2024) di seluruh Indonesia. Harapannya ada lebih banyak serapan lapangan pekerjaan, peningkatan UMKM kreatif serta kenaikan branding produk lokal di kancah internasional. 

Bicara soal destinasi melancong, di Kecamatan Borobudur sendiri sudah ada 20 desa wisata yang bisa dikunjungi wisatawan. Masing-masing desa biasanya menawarkan beragam amenitas, atraksi, akomodasi, hingga aktivitas unik. 

Pawon Luwak Coffee merupakan satu dari sekian lokasi nongkrong dan ngopi rekomended dekat Candi Pawon, di Desa Wisata Wanurejo. Suasana yang ditawarkan sangat lekat dengan ‘rumah'. Sederhana dan memiliki vibes tradisional.

Gambar 4. Dukungan BRI untuk wisata dan UMKM di Borobudur
dan QRIS BRI di Pawon Luwak Coffee (Dokumentasi pribadi)

Di Kecamatan Borobudur, tiap desa wisata tersedia balkondes yang memiliki keunikan serta program pemberdayaan masing-masing. By the way, apakah kalian pernah dengar istilah balkondes? Balkondes atau Balai Ekonomi Desa merupakan bentuk kerjasama desa-desa di Borobudur dengan beberapa BUMN, salah satunya BRI. 

Tatkala menjelajah menggunakan VW ke Desa Tunjungsari, wisatawan bisa menemukan bangunan kayu bernuansa Joglo, dengan pemandangan bukit Menoreh yang cantik. Di desa tersebut, terdapat sebuah balkondes yang dibangun atas dukungan BRI. Tersedia pula homestay bernuansa tradisional dengan harga affordable

Gambar 5. Balkondes hasil kerjasama BRI dan
Desa Wisata di Borobudur (Sumber : Balkondes BRI)

Tahun 2021, saya berkesempatan mengunjungi Candi Borobudur dan menginap di salah satu balkondes bernama Karangrejo. Di area balkondes, terdapat homestay, aula besar, selasar untuk pertemuan. Pemandangannya jangan tanya, cantik minta ampun. Hal inilah yang menjadi daya tarik bagi pengunjung. Apalagi, tersedia paket-paket wisata yang bisa dipilih. 

Puas menghirup udara Magelang dari Balkondes Karangrejo, saya bersama wisatawan lainnya bergerak menuju Dusun Klipoh, Desa Wisata Karanganyar, menjajal pembuatan gerabah dengan tangan sendiri. Siang itu, kami diajak ke sentra gerabah bernama Arum Art milik Bapak Supoyo. 

Gambar 6. Gerabah-gerabah dibuat di Arum Art (Dokumentasi Pribadi)

Menurut Pak Supoyo, keberadaan para pengrajin gerabah ini diperkirakan sudah ada sejak 300 tahun lalu. Itu terbukti dari ditemukannya relief di Candi Borobudur yang menggambarkan orang-orang tengah membuat gerabah. Sampai kini, gerabah-gerabah tersebut telah berkontribusi dalam perekonomian masyarakat Dusun Klipoh, terutama para perempuan.

Setelah Karanganyar dinobatkan menjadi 50 besar desa wisata terbaik, berbagai pihak mulai melakukan inovasi. Melalui kolaborasi karang taruna, UMKM, jasa penginapan, rumah makan, transportasi hingga pemerintah daerah, diciptakan paket-paket wisata alam dan jelajah desa. 

Penguatan kolaborasi itu tak lepas dari keinginan mengangkat potensi desa sekaligus ekonomi masyarakat melalui kelahiran desa-desa wisata di Indonesia. Kebetulan, di wilayah Borobudur tersedia potensi ekonomi kreatif berupa agrowisata, kerajinan bambu, batik, payung lukis, hingga gerabah. 

Gambar 7. Gerabah Arum Art yang telah didukung QRIS BRI untuk bertransaksi Digital 

Demi melancarkan aktivitas jual beli, masyarakat di Kecamatan Borobudur mulai memanfaatkan platform digital sebagai media promosi, menjual produk serta bertransaksi online. 

Katakanlah seperti usaha Gerabah Arum Art milik Pak Supoyo atau Pawon Luwak Coffee milik Prana Aji. Keduanya mengatakan jika platform digital membantu proses promosi serta meningkatkan penjualan, terlebih pada masa pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu. 

Sampai saat ini, baik Pawon Luwak Coffee maupun Arum Art masih menyediakan QR Code untuk membayar. Wisatawan bebas memakai dompet digital maupun mobile banking seperti BRImo dari Bank Rakyat Indonesia (BRI)  untuk pembayaran lebih cepat. 

Berbicara tentang BRI, bank berplat merah ini dikenal sebagai lembaga keuangan yang mendukung pemberdayaan UMKM di Indonesia. Tahun 2023, angka penyaluran kredit segmen UMKM menginjak angka Rp989,6 triliun, sehingga porsi kredit UMKM BRI mencapai 83,86%.

Di Indonesia, UMKM menjadi tulang punggung bagi perekonomian, termasuk saat terjadi krisis 1998. Sektor ini krusial membantu pemulihan melalui PDB dan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, BRI lebih fokus ke segmen UMKM dimana pemerintah mendorong pembiayaan perbankan nasional ke sektor UMKM yang porsinya mencapai 30% pada 2024.

Selain mendukung perkembangan UMKM, BRI juga menginisiasi berbagai aspek pengembangan pariwisata, seperti desa-desa wisata di wilayah Borobudur. Dukungan ekosistem digital berupa penyediaan QRIS di beberapa UMKM milik masyarakat juga telah dilakukan. Ini bertujuan memudahkan konsumen maupun wisatawan yang berkunjung ke desa wisata dan UMKM setempat. 

BRI juga punya program Desa BRILiaN. Desa BRILiaN merupakan kegiatan inkubasi yang dicanangkan oleh BRI bersama dengan pihak ke-3 untuk mengembangkan desa binaan BRI. 

Pada puncak acara yakni Nugraha Karya Desa BRILiaN, terdapat awarding bagi Desa yang dinilai memiliki kepemimpinan unggul,  kolaboratif, inovatif dan dapat menjadi role model dalam pengembangan desa lainnya. Keren kan?

Digitalisasi BRI, Bikin Hidup Mudah dan Praktis! 

Pak Supoyo (kiri) sedang menjelaskan mengenai sejarah gerabah (Dokumentasi Pribadi)

“Puji syukur Mbak, Mas, penjualan secara online membantu kami tetap bertahan karena rata-rata pembeli gerabah justru dari luar Magelang”

Ketika berbincang dengan Pak Supoyo, beliau mengatakan bahwa penjualan secara offline macet total. Namun, justru penjualan gerabah via online cukup tinggi. Rata-rata permintaan gerabah dari luar wilayah, berupa pot-pot tanaman, dari ukuran sedang hingga ukuran besar. 

“Karena WFH, jadi banyak orang hobi menanam di rumah. Hal itulah yang membuat permintaan pot meninggi Mbak kalau di Arum Art”

Sejak pandemi hadir, banyak pemilik usaha sadar bahwa mengandalkan transaksi offline saja tidak cukup. Demi menjangkau pasar lebih luas, UMKM dan usaha jasa perlu memanfaatkan platform digital untuk promosi produk hingga bertransaksi. 

BRI melalui aplikasi super bernama BRImo turut hadir, memudahkan tiap orang dalam bertransaksi tanpa mengenal batasan tempat dan waktu. BRImo atau BRI Mobile merupakan salah satu layanan digital dari BRI.

Hingga kini, aplikasi BRImo telah dinikmati 27,6 juta pengguna dengan nilai transaksi sebesar 76,3%. Melalui persentase tersebut, maka BRImo telah mencatatkan transaksi sebesar Rp 1896 triliun. Jumlah angka yang cukup fantastis.

Sama halnya seperti dompet digital, aplikasi BRImo juga memiliki fitur-fitur canggih yang memudahkan konsumen karena menawarkan berbagai layanan seperti,

  • Pembayaran terintegrasi QRIS
  • Membayar tagihan bulanan
  • Transfer antar bank
  • Pembelian pulsa, kuota atau token
  • Cek saldo rekening
  • Top up Dompet digital
  • Tarik tunai tanpa kartu
  • Pembukaan RDN
  • Konversi valas

Nah, itu dia beberapa fitur yang bisa dinikmati nasabah, melalui aplikasi BRImo yang terinstal pada smartphone pengguna. Dengan adanya BRImo, pengguna bisa secara praktis membayar tagihan, sekalipun tak ada uang cash di dompet. 

Saat ini BRI telah mengubah landskap pelayanan menggunakan ekosistem digital. Hal ini tak lepas dari perkembangan teknologi yang membuat tiap aktivitas harus lebih cepat. Selain mengaplikasikan BRImo untuk pengguna individu, BRI juga menerbitkan BRIAPI (BRI Application Programming Interface) untuk perusahaan maupun institusi.

Manfaat ketika perusahaan menggunakan BRIAPI, perusahaan dapat melakukan transaksi bisnis, mengirimkan payroll, hingga melakukan pembayaran administrasi perusahaan secara langsung. Tersedia 139 produk API (Application Programming Interface) yang dipunyai BRI untuk meningkatkan efektivitas transaksi dalam bisnis.

Apakah hanya itu? Tentu tidak. Demi melancarkan nasabah non-individu (misalnya UMKM) dalam berinteraksi dengan ekosistem BRI, dibuatlah QLola. QLola adalah produk inovasi dari BRI yang memudahkan nasabah dalam mengakses berbagai produk serta layanan BRI hanya satu kali log-in SSO (Single Sign-On).

Para pemilik bisnis yang ingin terhubung langsung untuk mendapatkan informasi produk serta layanan seperti Financial Dashboard, Cash Management, Supply Chain Management, Foreign Exchange, dan Financial Report, bisa mendaftar hanya dengan satu kali akses, yakni menggunakan nama usahanya.

Melihat manfaat pengaplikasian BRImo, QLola, serta BRIAPI menegaskan bahwa komitmen BRI dalam digitalisasi produknya memang sungguh-sungguh. Dengan demikian, pengguna semakin dimudahkan dalam proses transaksi, baik layanan individu maupun badan.

Kesimpulan

Dari bawah langit Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, sumber ekonomi masyarakat menggeliat berkat pariwisata, di antaranya melalui keberadaan desa wisata dan UMKM. Oleh karenanya, dibutuhkan beragam aspek untuk mendukung perkembangan kedua sektor tersebut, salah satunya melalui transaksi digital. Transaksi digital menjadi nyawa bagi banyak dunia usaha seperti Pawon Luwak Coffee maupun Gerabah Arum Art. 

Tak heran, keinginan menunjang sektor UMKM dan pariwisata inilah yang menginisiasi BRI menginovasi layanan dan produknya. Demi mendukung transaksi dan digitalisasi,  BRI menyediakan layanan online seperti BRImo, QLola hingga BRIAPI yang memudahkan puluhan juta penggunanya.

So, demi masa depan negeri, mari dukung BRILiaN dan cemerlangnya UMKM serta desa-desa wisata di Indonesia melalui transaksi dan digitalisasi BRI!

Referensi :

  • https://developers.bri.co.id/id/news/melihat-perkembangan-perbankan-di-era-digital-melalui-briapi
  • https://developers.bri.co.id/id/product
  • https://www.bri.co.id/web/ppid/detail-news?title=melaju-kencang-bri-salurkan-kur-senilai-rp76-4-triliun-kepada-1-5-juta-pelaku-umkm-hingga-mei-2024
  • https://ekonomi.bisnis.com/read/20240425/12/1760041/target-kontribusi-pdb-pariwisata-46-di-era-prabowo-gibran-realistis#:~:text=Adapun%2C%20sektor%20pariwisata%20mengalami%20peningkatan,sebesar%20US%2414%2C63%20miliar.
  • https://data.goodstats.id/statistic/inilah-10-provinsi-dengan-jumlah-desa-wisata-terbayak-oktober-2024-CKDs6#:~:text=Berdasarkan%20data%20Jejaring%20Desa%20Wisata,dan%2033%20desa%20wisata%20mandiri.
  • http://balkondesborobudur.com/tentang-kami/
  • Foto-foto maupun infografis merupakan milik pribadi Nurul Mutiara Risqi Amalia dan satu diambil dari web milik Balkondes Tunjung Sari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam