Laman

Rabu, 27 November 2024

Apakah Naik Becak Masih Worth it di Era Kiwari?

Ilustrasi bapak pengayuh becak (sumber : Pixabay/Mufid_majnun) 

Siapa di sini yang udah lama gak naik becak? Jika ada, berarti kita sama guys! Aku sendiri terakhir naik becak saat di Malioboro beberapa tahun silam ketika wisata bersama adik.

Ngomong-ngomong soal becak nih ya, masih worth it kah ia digunakan sebagai transportasi zaman now?

Awalnya aku berpikir bahwa becak akan punah seiring perkembangan waktu. Terlebih, saat ini lebih banyak orang menggunakan transportasi bermesin ketimbang tenaga manusia. 

Tapi, suatu hari, aku melihat ibu-ibu yang hendak berangkat berjualan ke pasar lebih memilih naik becak ketimbang naik motor. Aku tanya ibu tersebut karena beliau tetanggaku, 

"Kok gak sama Dian, Bu?"

"Iya Mba Nurul, Dian lagi ke luar kota. Jadi gak bisa nganterin"

"Lebih suka naik becak ya Bu"

"Iya Mba, kalau bawaan berat dan banyak, ibu pilih baik becak aja"

Ternyata, rata-rata para ibu dan mbah-mbah di lingkunganku juga memilih becak, ketika mereka membawa barang banyak. Menurut mereka, becak lebih aman, selain itu bisa memberi rezeki ke tukang becak. 

Kebanyakan, tukang becak merupakan bapak-bapak sepuh yang mencari nafkah. Jadi gak ada salahnya berbagi rezeki ke mereka melalui penggunaan jasanya, kata Mbah Lastri, tetangga di belakang rumah. 

So, apakah naik becak zaman now masih worth it? Kalau menurutku masih. Setiap transportasi tetap ada segmen pasarnya. Aku gak tahu 20 tahun kedepan. Tapi untuk saat ini, becak tetap jadi transportasi andalan para emak saat pergi ke pasar. Ya meskipun penggunaannya gak se-masif dulu. 

Di kotaku Pekalongan, keberadaan tukang becak masih kerap ditemui. Terutama di lokasi seperti pasar, supermarket hingga sekolah. Masih banyak orang yang menggunakan jasa tukang mereka.

Beberapa waktu lalu, kakakku bercerita. Selepas ia turun dari stasiun setelah melakukan perjalanan, di pintu masuk stasiun, nampak balak tukang becak yang sudah renta. 

Beliau menawarkan jasanya ke semua orang yang lewat. Tapi, tak ada yang mau menerima. Akhirnya, kakakku berinisiatif untuk naik becak beliau dan memberi upah lebih. Bapak tukang becak itu terlihat haru dan bahagia. 

Beliau mengatakan jika sejak pagi, belum ada satu pun penumpang yang didapat. Hal itu, karena rata-rata penumpang dijemput keluarga atau menggunakan jasa ojek online. Mendengar itu, sungguh sangat trenyuh. 

Aku harap, para bapak tukang becak diberi rezeki yang melimpah. Sedih sebenarnya melihat mereka menunggu penumpang, berhenti di pinggir jalan dalam kurun waktu tak tentu. Sometimes, aku juga menggunakan jasa mereka untuk ke lokasi tertentu. 

Naik becak, rasanya sungguh nostalgic. Mengingatkan kembali pikiranku pada masa kanak-kanak. Bagaimana di tempatmu guys? Apakah becak masih mudah ditemukan di jalan-jalan? Yuk lah sharing ceritamu di komentar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam