“Kae lho Rahma, nang ndeso Ngadirejo ono pasar jajan. Jare nggone Pak Darmo, DPRD ne, ono makan sate ayam lan permainan sik hadiah e TV lan kulkas” (Itu lho Rahma, di Desa Ngadirejo ada pasar jajan. Katanya, di rumah Pak Darmo—yang merupakan anggota DPRD—tersedia sate ayam dan gim dengan hadiah TV serta kulkas).
***
Setiap kota memang punya tradisi merayakan kemerdekaan yang unik dan beragam. Itu merupakan cara bagi masyarakat untuk menghargai sebuah perjuangan melalui ingatan bahwa “Agustus itu spesial”.
Salah satu momen menarik tiap Agustusan di Kota Pekalongan yakni diselenggarakannya Pasar Jajan Gratis untuk masyarakat umum. Semua orang boleh datang, leyeh-leyeh dan makan jajanan yang disediakan oleh tiap rumah.
Malam itu, bertepatan dengan malam minggu, 24 Agustus 2024, kampung saya mengadakan Pasar Jajan Gratis. Acara dimulai sekitar pukul 19.00 dan berakhir pukul 21.00 WIB, bisa lebih, tergantung situasi.
Nantinya, tiap rumah akan menyajikan makanan di meja atau tikar yang digelar di depan rumah. Pengunjung tinggal duduk seraya mengambil makanan yang disediakan. Apakah bayar? Oh, tentu tidak! Namanya juga gratis.
Kala itu, saya datang bersama adik saya, Rahma. Dengan perasaan semringah, kami berjalan kaki menuju lokasi, yang kurang lebih membutuhkan waktu 5 menitan.
Dari mulut gang, sebuah lapak berupa meja kayu beserta ‘kloso' sudah tampak terhampar di depan salah satu rumah warga bernama Bu Risti.
Bu Risti terlihat berdiri depan rumahnya. Beliau mengajak kami makan, menyediakan sate nuget dan es kopyor segar.
“Sini Mba Nurul, Mba Rahma, mampir dulu, tak cepaki (siapkan) nugget goreng sama es kopyor. Ini masih banyak. Belum pada datang jam segini orang-orang”
Saya bertatapan dengan adik, simbol untuk segera menghajar suguhan ringan yang disajikan oleh Bu Risti. Kami sangat antusias menikmati segelas es kopyor dan nuget goreng yang diberi saus pedas. Mantap.
Sate Nugget dan es kopyor dari Bu Risti |
Tak berapa lama, para pengunjung lain sudah mulai berdatangan. Lima orang anak muda berjalan menuju ke arah kami dengan cepat-cepat. Mereka pun diminta Bu Risti untuk duduk. Ternyata, 5 orang tadi merupakan saudara Bu Risti dari daerah Kedungwuni. Cukup jauh jaraknya dari kampung ini.
Tak mau mengganggu, akhirnya kami berpamitan ke Bu Risti untuk melanjutkan perjalanan (cieeelah, kayak musafir aja). Kami berniat bersilaturahmi ke tempat Pak Rahmat. Kata Bu Risti, di sana disediakan bakso. Wow, mendengar itu, tentu saya dan Rahma begitu senang.
Benar saja, ketika kami sampai ke rumah Pak Rahmat, di sana sudah banyak orang mengantri. Mulai anak-anak, emak-emak, mbak-mbak hingga bapak-bapak terlihat tak sabar untuk mendapatkan bakso. Mangkok-mangkok dari mika terlihat ditata di atas meja. Kami pun antusias mengantri.
Bakso-bakso yang disediakan oleh Pak Rahmat di Pasar Jajan Gratis |
Setelah kenyang memakan jajan dari satu rumah ke rumah lainnya, saya dan Adik memutuskan untuk bermain game. FYI, kalau acara pasar jajan, biasanya ada game-game yang bisa dimainkan pengunjung.
Misal, game lempar balon ke dalam kardus. Bagi yang berhasil, akan diberi kesempatan mengambil undian berhadiah. Beruntungnya, adik mendapat tas samping serta daster haha.
Lelah berkeliling, kami pun memutuskan pulang sekitar pukul 21.00. Acara masih berlanjut karena hari itu bersamaan dengan malam mingguan. Banyak muda-mudi nongkrong sambil makan di kursi-kursi.
Pasar Jajan gratis di kampung saya termasuk rame minta ampun. Kami sampai susah berjalan karena banyak orang berdesakan. FYI, ini kali pertama diadakan sejak Korona tahun 2020. Di kampung lain, tiap Agustus pasti selalu ada Pasar Jajan Gratis.
Seperti di Desa Ngadirejo. Adik saya pernah ke sana bersama teman-temannya. Di Ngadirejo rata-rata pemilik rumah merupakan juragan batik sehingga jajanan yang disediakan cukup mewah. Adik berkata bahwa ia makan semangkuk sate, bakso, mie ayam, tahu campur, soto, dan mie dalam jumlah besar.
Warga antusias mengantri jajanan di Pasar Jajan Gratis |
Adik bahkan bisa membawa pulang jajanan itu karena tak habis. Menurutnya, daripada mubazir mending dibawa pulang. Untuk menambah semarak, salah satu anggota DPRD setempat membuat permainan tangkap bola berhadiah TV dan Kulkas. Keren.
Well, siapapun yang datang ke Kota Pekalongan pada bulan Agustus, maka jangan lupa untuk tanya-tanya soal Pasar Jajan Gratis. Bagi kami warga Pekalongan, acara ini menjadi momen berharga untuk merayakan kemerdekaan.
***
Bulan Agustus adalah momen bersejarah bagi Indonesia. Di bulan tersebut, kemerdekaan bisa didapatkan sehingga masyarakat bisa terbebas dari penjajahan.
Tak heran, Agustus dirayakan dengan berbagai cara. Ada lomba-lomba unik, tirakatan (berdoa bersama), bersih-bersih desa, upacara bendera hingga tradisi Pasar Jajan Gratis seperti di Pekalongan.
Apapun kegiatannya, momen ini harus jadi pemersatu yang mampu menghidupkan kerukunan serta penghargaan terhadap mereka yang telah gugur. Kalau ditempat kalian bagaimana? Tradisi apa yang sering dibuat untuk merayakan kemerdekaan?
Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam