Kamis, 03 Oktober 2024

Boneka Labubu dan Fenomena FOMO yang Menghantui Anak-Anak Muda

Fenomena Labubu dan FOMO di kalangan anak muda

Buka medsos A bahas boneka Labubu. Buka medsos B, bahas pula boneka Labubu. Ada apa dengan media sosial, mengapa pada bahas Labubu berulang kali?

Mulanya, sebuah postingan yang menunjukkan Lisa Black pink yang memegang sebuah boneka viral di beberapa media sosial. Dengan muka gemasnya, Lisa memegang boneka empuk tersebut. 

Netizen yang penasaran, kemudian mulai bertanya dan mencari identitas si boneka. Eh ternyata, itu Labubu, merupakan boneka karya seniman Hongkong bernama Kasing Lung di tahun 2015.

Dari satu orang yang suka dan membagikan pengalaman kegemasan terhadap boneka tersebut membuat ia dijual kesana kemari. Para pecintanya ingin memiliki Labubu sebagai gantungan tas dan sebagainya. 

Sebenarnya, ketika aku mengamati fenomena pecinta Labubu berlomba membeli hingga harus war satu sama lain, aku seolah melihat fenomena jual beli akik atau bunga gelombang cinta beberapa waktu lalu. 

Fenomena ini merupakan tren yang diciptakan. Bagi manusia-manusia yang masuk kategori FOMO, Labubu jadi tren mereka selanjutnya. Mereka tak mau ketinggalan hype. Gak heran, mereka yang FOMO, mau bersusah payah war untuk mendapatkan si boneka monster.

Lantas, apakah itu salah? Jelas tidak. Setiap orang berhak untuk menyukai sesuatu atau mengikuti tren tertentu. Hanya saja, FOMO jadi masalah ketika anak muda tidak mengimbangi dengan pemahaman serta finansial yang cukup. 

Kadang, demi FOMO, orang rela menguras tabungan dan tenaganya. Padahal, masih ada hal berguna lain yang bisa dibeli. Btw, mungkin kamu pernah melihat boneka Boba? Saat tren, semua tempat menawarkan boneka Boba. Termasuk di tempat tinggalku.

Boneka boba sendiri merupakan boneka empuk seperti bantal dengan bentuk menyerupai sekumpulan boba. Lucu sih. Biasanya, anak-anak kecil suka dan merengek pada emaknya untuk membeli si boba. Apakah itu termasuk FOMO? Bisa jadi. 

Well, bila berbicara mengenai FOMO, kalian tahu gak sih arti mengenainya? FOMO merupakan kependekan dari Fear of Missing Out, mudahnya, kamu takut banget ketinggalan tren. 

FOMO seringkali dipicu oleh tren dan 'permainan marketing' yang kita lihat di media sosial. Bila ketinggalan seolah membuat kita merasa bahwa hidup menjadi resah dan tak dama dengan lainnya. 

Aku pernah menemukan contoh orang semacam itu. Lebih tepatnya, adikku yang bercerita. Adik mengatakan bahwa temannya sering menghabiskan uang untuk membeli barang-barang yang sedang hype. 

Misal, di media sosial sedang penyelenggaraan konser musik, maka dengan sadar dan bahagia, ia akan membeli tiket konser tersebut walau harganya mahal. Padahal, ia tak terlalu suka lagu-lagu si musisi. 

Tapi, karena semua teman dan pacarnya pergi ke konser band itu, ia gak mau ketinggalan. Terakhir, teman adikku mengeluh sedang tak punya uang karena semua tabungannya ia pakai untuk beli merch, biaya transportasi hingga tiket konser. 

Wow, ternyata FOMO punya pengaruh sebesar itu ya. Iseng-iseng, adikku pernah bertanya ke dia seperti ini, 

"Bisa gak Nad kalau kamu menabung uangmu untuk kebutuhanmu dibanding untuk beli tiket konser musik yang jelas-jelas kamu gak suka"

"Gak papa lah Sri, soalnya pacar dan temen-temen pada kesana semua. Aku malu kalau diajak tapi gak bisa ikut. Gak papalah 'kolo-kolo', kan gak sering juga"

Dari sanalah, aku jadi paham bahwa teman dan orang terdekat sangat berpengaruh membentuk FOMO di kalangan anak muda. Meski begitu, media sosial juga punya poin untuk membentuk ke-FOMO-an. 

Terus, solusi untuk menghindari FOMO gimana donk? 

Jawabannya, jangan jadi orang gak enakan dan mudah dipengaruhi oleh orang atau media. Saat kamu ingin FOMO, maka pastikan bahwa dompet kamu tebal supaya gak menggerus kebutuhanmu. 

Aku akui, memiliki teman yang punya kesukaan tertentu membuat kita ikut di dalamnya. Misal, sebagian besar teman di gengmu menyukai band Korea 'Ababil' (Ini hanya ilustrasi ya). 

Mereka suka membeli merch, photo card hingga light stick, maka gak menutup kemungkinan, kamu juga bakal meniru itu. Apalagi jika kamu tak punya pijakan atau kesukaanmu sendiri, maka kamu akan dengan mudah menerima kesukaan berdasar kelompok. 

Itu memang tidak salah. Tapi, bila itu tak sesuai dengan diri dan kemampuan finansial, cukup berabe. Kamu bisa menyalahkan diri karena gak bisa sama. Atau, kamu bisa stress karena resah akibat berbeda sendiri. 

So, kamu harus mulai punya prinsip pribadi dan kesukaan berdasar finansial dan keinginanmu. Hindari berteman dengan orang-orang yang suka FOMO, pamer serta memaksa dirimu untuk sama. Thats it! 

Then, back to tren Labubu. Boneka tersebut memang lucu dan unik. Bagi kamu yang suka mengoleksi mainan, memang bisa jadi pilihan. Meski demikian, jangan membelinya karena FOMO. Jangan biarkan Labubu menguasai hasrat war serta belanjamu hingga kebutuhanmu terhimpit. Jangan ya Dek ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam