Refleksi Hari Anak Nasional tahun 2024
Refleksi diri di Hari Anak Nasional 2024 - Ada hal menarik ketika aku membaca sebuah pertanyaan mutual di twitter mengenai masa kecil,
"Seandainya kamu punya mesin waktu, maukah kembali ke masa anak-anak ketika dirimu tak pusing pada berbagai hal?"
Sebagian besar netizen menjawab ingin. Bagi mereka, masa kanak-kanak adalah momen menyenangkan. Bagi generasi 90-an, masa kanan-kanak mampu menghidupkan kebersamaan antar manusia.
Manusia 90-an, generasi milenial memiliki memori bermain congklak, bola bekel, umpet-umpet (hide and seek), gobak sodor, lompat tali, meker, benting dan masih banyak lagi.
Yup, aku sendiri mengakui pernah memainkan semua itu. Bagiku, pengalaman masa kecil memang nano-nano. Namun bila diberi mesin waktu pun, aku tak ingin kembali ke masa itu. Why?
Selain rasa bahagia bisa bermain tanpa gadget, pada masa itu, aku mengarunginya dengan masa-masa penuh kesulitan. Misalnya ketika SD dari kelas 1-6, aku tak pernah mendapat uang saku sama sekali.
Padahal, setiap hari banyak sekali makanan-makanan yang ingin kubeli. Aku juga tak pernah membawa bekal, lebih tepatnya dibawakan bekal oleh orang tua. Well, ibuku tak bisa memasak dan tidak terlalu mau mengurusi hal-hal remeh seperti menyiapkan bekal.
Maka dari itu, ketika pertanyaan itu dilontarkan, aku hanya berpikir bahwa hidup di waktu kini sudah cukup menyenangkan. Jika saat kecil aku tak bisa membeli apa-apa, sekarang paling tidak aku bisa membelinya dengan uang pribadiku.
Aku jadi berpikir, apakah anak-anak dengan ekonomi sepertiku punya pemikiran yang sama. Mereka tak mampu memenuhi keinginan saat kecil sehingga baru bisa beli benda maupun makanan kesukaan saat dewasa.
Hari Anak Nasional 2024, Refleksi soal Pemenuhan Hak Anak
Hari Anak Nasional (HAN) diperingati setiap tanggal 23 Juli. Setiap tanggal tersebut, berbagai pihak merayakan dengan membuat beragam ucapan. Memangnya, apa yang seharusnya direalisasikan di HAN itu?
Anak-anak memiliki hak untuk berbahagia bahkan terpenuhi segala kebutuhannya. Gak heran nih, dalam refleksi Hari Anak Nasional kali ini, aku berharap bahwa lebih banyak orang tua aware kebutuhan anak.
Kebutuhan di sini bukan hanya menyangkut finansial, tetapi juga kasih sayang dan dukungan penuh dalam menjalani hidup. Ada anak yang gak dapat asupan bernutrisi plus kasih sayang dari orang tuanya karena egoisme. Ada!
Ketika memutuskan memiliki anak, wajib bagi calon orang tua untuk memenuhi segala hal. Utamanya, ortu harus punya nasik finansial dan mental yang kuat. Tujuannya? Supaya anak-anak yang lahir merupakan generasi hebat.
Pernah, saya membaca cerita sedih mengenai anak jalanan yang bertubuh kurus dan kecil. Sejak bayi, si anak memang kurang mendapat asupan makanan bernutrisi karena kehidupan miskin orang tua. Parahnya, si ayah merupakan perokok aktif.
Beberapa kali, si anak dimintai uang oleh ayahnya untuk membeli rokok maupun kebutuhan tak perlu. Sedih saya membayangkan anak berusia 10 tahun itu harus memulung demi kebutuhan hidup.
Hari Anak Nasional adalah titik dimana pemenuhan hak-hak harus dijalankan. Selain orang tua, pemerintah juga punya poin penting membuat kebijakan untuk melindungi anak-anak misal di sektor pendidikan dan sosial.
Baiklah, demikian ulasan singkatku mengenai Hari Anak Nasional dan refleksi tentangnya. Seperti apapun, anak-anak harus mendapatkan hak bahagianya.
Harapan kedepan, semoga anak-anak Indonesia bisa menjadi generasi-generasi cemerlang yang siap untuk membangun negeri. Tentunya, dengan beragam dukungan dari orang tua maupun negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam