Minggu, 30 Juni 2024

JNE 33 Tahun : Kolaborasi Menghidupkan Kreativitas Masyarakat Dayun

“Semakin banyaknya kesempatan untuk berinovasi, UMKM memiliki peluang untuk kreatif dan berkembang. Apalagi bila di dukung oleh iklim yang baik dan jasa ekspedisi terbaik seperti JNE. Gasss Terus Semangat Kreativitasnya!!”

***

Kala itu Riau menghadapi kebakaran hutan hebat. Para petugas pemadam api cukup kesulitan karena luasnya titik-titik api yang tersebar di beberapa wilayah. Tercatat, sekitar 50.896,207 hektar luas lahan yang hilang ditelan si jago merah. 

Salah satu tempat yang terkena dampak cukup parah ketika terjadi karhutla 2015 adalah Desa Dayun di Kabupaten Siak. Penduduk desa dengan jumlah sekitar 8000 jiwa itu sangat terdampak. Salah satunya, aktivitas ekonomi menjadi lumpuh karena lahan pertanian yang digarap terbakar habis.

Pada tahun 2017, masyarakat Desa Dayun bangkit bersama dan berinisiatif membangun embung sebagai sumber air untuk memadamkan api. Namun, seiring menurunnya kejadian karhutla, embung pun tak berfungsi optimal sehingga tergerak untuk membangun tempat wisata dan rekreasi bernama Embung Terpadu Dayun. 

"Embung ini mulanya digunakan untuk memadamkan api saat terjadi karhutla, namun kemudian kami berpikir untuk menjadikannya lebih bermanfaat yakni menjadi obyek wisata" Nasya Nugrik 

Tentu semuanya membutuhkan proses yang tak instan. Kolaborasi antara Kepala Desa Dayun, Pemda Siak, NGO lokal, hingga masyarakat menjadikan Embung tersebut sebagai salah satu destinasi yang direkomendasikan di Kabupaten Siak.

Melejitnya nama Wisata Embung Dayun ternyata sangat berdampak bagi perekonomian masyarakat setempat. Tiap hari libur, banyak wisatawan dari dalam maupun luar Kabupaten Siak berkunjung untuk refresing bersama keluarga.

Berdaya, Kolaboroatif dan Kreatif melalui Desa Wisata 

Sebelumnya Dayun merupakan sebuah desa tertinggal di Kabupaten Siak. Ia hanya sebuah kampung sederhana yang berada di antara perkebunan sawit yang menjulang. Jangankan membayangkan, mendengar namanya saja tak semua orang tahu. 

Kejadian karhutla 2015 telah membangkitkan asa masyarakat untuk maju. Warga Dayun sadar bahwa mereka perlu berkembang tanpa menafikan kelestarian alam. Pemerintah desa dan warga dibantu NGO lokal mulai melakukan pembangunan serta memberdayakan potensi alam yang dipunyai. 

Pada tahun 2022, Dayun berhasil masuk sebagai 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang diadakan oleh Kementerian Pariwisata serta menyabet juara pertama untuk kategori kelembagaan.

Penghargaan 50 Besar Desa Wisata dari Kemenparekraf (Dokumentasi Pribadi)

Semenjak Embung Terpadu Dayun ramai didatangi wisatawan, Pokdarwis setempat mulai berinovasi mengubah wajah tempat wisata tersebut menjadi lebih cantik dan memiliki fasilitas mumpuni.  

Ada berbagai wahana menarik yang mampu memanjakan mata maupun adrenalin pengunjung seperti shaking bridge, flying fox, arena camping, pendopo untuk pertemuan, bebek air, hingga spot-spot foto yang instagramable.

Selain wahana dan fasilitas publik yang lengkap, wisata Embung Terpadu Dayun juga menyediakan paket wisata edukasi seperti membatik, pencegahan kebakaran dan penanaman semangka.

Saya sedang membatik di kain dengan motif turunan semangka
khas Dayun (Dokumentasi Pribadi)

Sejak tahun 2017, semangka mampu memberi cuan bagi masyarakat Dayun. Hal ini karena semangka tak memerlukan pembukaan lahan sehingga memerlukan biaya besar.  

Petani-petani Dayun melakukan praktik tumpang sari dengan memanfaatkan lahan kosong di antara pepohonan sawit untuk menanam semangka. 

Menurut Iwan Tarigan salah satu petani semangka di Siak, tiap satu hektar lahan ia bisa memanen hingga 18 ton yang dijual ke Pekanbaru, Kerinci, Palembang, Lampung, bahkan hingga sampai ke Pulau Jawa.  

Tak heran, ketika menuju arah Dayun, dengan mudah ditemukan tanaman semangka menjalar di antara pepohonan sawit. Berita baiknya, semangka telah menjadi komoditas unggulan yang dimiliki masyarakat.

Masyarakat yang tergabung dalam Pokdarwis Dayun mulai memberdayakan semangka baik dalam bentuk buah segar maupun turunannya. 

Kini, mereka telah mengembangkan produk UMKM bernuansa semangka seperti sirop, selai, jeli, brownies, manisan kulit semangka hingga Batik Seruni yang bermotif daun dan bunga semangka.

Batik Desa Dayun yang bermotif Semangka (Dokumentasi Pribadi)

Produk-produk tersebut bukan hanya menjadi ikon bagi Dayun, tetapi juga membangkitkan ekonomi masyarakat setempat karena menyerap tenaga kerja.   . 

UMKM di Dayun juga berkolaborasi dengan kantin Skelas, sebuah tempat yang menyediakan pelatihan, inkubasi bisnis hingga ruang bagi pelaku UMKM di wilayah Siak, termasuk UMKM Dayun.

Produk makanan biasanya dipajang di etalase galeri Skelas, sedangkan untuk batik, bisa ditemukan di Rumah Produksi Kelompok Usaha Bersama.

Tempat produksi batik Seruni di Desa Dayun (Dokumentasi Pribadi)

Menurut Soraya salah satu pengrajin Batik Seruni, produk batik Seruni sudah dijual di wilayah Siak sendiri, luar Pulau hingga ke Malaysia. Pun dengan makanan-makanan dari turunan semangka telah berhasil dijual ke berbagai wilayah di Kabupaten Siak.  

Bila ada konsumen dari kota lain maupun luar pulau yang ingin membeli produk turunan semangka baik makanan maupun batik, bisa menghubungi kontak yang ada di Instagram Desa Wisata Dayun, nantinya, produk akan dikirimkan melalui jasa ekspedisi JNE.

JNE merupakan salah satu jasa ekspedisi yang kerap digunakan oleh Batik Dayun untuk mengantarkan produk ke konsumen. JNE memiliki pilihan pengiriman baik untuk wilayah Riau sendiri maupun ke wilayah lain, misalnya Pulau Jawa. 

Sejak ditemukan kasus pertama yakni 2 Maret 2020 segala perubahan terjadi secara ekstrem. Aktivitas-aktivitas masyarakat dibatasi oleh pemerintah melalui PSBB.

Tak ayal, pembatasan tersebut membuat lebih banyak orang melakukan aktivitas di rumah melalui WFH. Kegiatan yang lumrah dilakukan secara outdoor menjadi dilarang. Sekolah, ibadah, event-event hingga aktivitas pariwisata pun lumpuh. 

Saat pandemi merebak, masyarakat Dayun juga mengalami kontraksi dalam sektor ekonomi dan pariwisata. Aktivitas pariwisata mandek, begitu juga dengan kegiatan UMKM. 

Beruntungnya, era digital telah membantu Desa Dayun. Ketika aktivitas wisata tak diperbolehkan, UMKM dan masyarakat Dayun masih bisa produktif melalui produk makanan maupun batik mereka. Dengan mudah, bersama jasa ekspedisi JNE, UMKM Dayun bisa mengirimkan produknya ke konsumen di beberapa wilayah Indonesia hingga ke Malaysia.

Setelah Corona mereda, masyarakat Dayun pun menggeliat kembali dan memulai lebih banyak kolaborasi. Hingga tahun 2024 ini, ada ribuan wisatawan yang memadati Dayun dan memilih tempat tersebut sebagai lokasi camping, healing dan kumpul bersama keluarga. 

Kolaborasi Kreatif JNE dan UMKM di Desa Dayun

Desa Wisata, UMKM, marketplace dan jasa ekspedisi. Keempatnya merupakan kolaborasi yang solutif untuk mengatasi kelumpuhan akibat pandemi. Menurut salah satu pengelola Desa Dayun, Covid-19 beberapa waktu lalu memiliki dampak buruk soal kunjungan wisata dan UMKM. 

Tak heran, para pengelola wisata Dayun berusaha memutar otak agar produknya bisa sampai ke konsumen tanpa mereka harus keluar rumah. Ya, UMKM Dayun  menjual produk secara Online dengan memanfaatkan kehadiran marketplace dan jasa ekspedisi.

Seperti cerita Soraya selaku pengrajin Batik Seruni, ia mengatakan bila permintaan batik berasal dari luar Kabupaten Siak dan dalam jumlah yang cukup besar, maka mereka akan menggunakan jasa ekspedisi JNE untuk mengirimkan produk.

Sharing usaha Batik Seruni di Dayun yang sudah dikirim secara
lokal hingga ke Malaysia (Dokumentasi Pribadi)

Di era digital seperti saat ini, kemudahan mengakses aplikasi hingga media online berbekal ponsel dan internet telah memberikan solusi bagi Desa Wisata dan pemilik usaha untuk terus menggeliat.  

JNE sebagai salah satu perusahaan ekspedisi dan logistik pun terlibat langsung dalam membangun eksistensi usaha di Indonesia. Salah satunya adalah dengan terus membangun kolaborasi yang kuat antar komponen, termasuk Desa Wisata. 

***

Perjalanan Desa Dayun menjadi Desa Kreatif dan berdaya memang bukan perkara mudah, butuh proses panjang dan tak instan. Namun begitu, selama ada kerja sama yang kuat dari tiap pihak, terutama Perangkat Desa, Pokdarwis, UMKM dan JNE sebagai partner ekspedisi, semuanya akan baik-baik saja. 

Bagi Desa Dayun kendala internal dan eksternal untuk menjadi Desa Wisata mandiri akan selalu ada, namun bertindak kreatif dan kolaboratif di era kiwari adalah kunci agar mampu memperkuat eksistensi di tengah gempuran zaman. Bersama JNE 33 tahun, Gasss Terus Semangat Kreativitasnya!!”

#JNE 

#ConnectingHappiness 

#JNE33Tahun 

#JNEContentCompetition2024 

#GasssTerusSemangatKreativitasnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam