Minggu, 21 Januari 2024

Seandainya Sinetron Indonesia Dikemas seperti Drama Korea Selatan

Jika sinetron Indonesia seperti drama Korea Selatan. Mungkinkah? (Edit by Canva)

"Seandainya sinetron Indonesia sebagus sinetron Korea Selatan (drakor), mungkin saya adalah orang pertama yang bakal nyaman nonton depan TV untuk mengikuti judul baru yang tiap stasiun TV keluarkan"

Sebenarnya apa yang saya ulas ini sangat bergantung pada perspektif masing-masing orang. Yup, ini hanya opini saya perihal sinetron Indonesia. Serial di layar kaca yang bagi saya tak berselera untuk menontonnya. 

Bahkan, meskipun saya tak menonton TV sejak kelas 3 SMA hingga saat ini, tak ada perasaan menyesal sama sekali. Saya lebih memilih instal dan bayar premium aplikasi untuk menonton drakor ketimbang menyisihkan uang untuk membeli TV. 

Alasannya? Acara-acara TV berikut sinetronnya kurang menarik bagi saya. Saya bahkan sudah tak mengenal artis-artis baru era kiwari. Jangankan nama, menonton mereka akting saja tak pernah. 

Tentu, itu bakal berbeda bila perkembangan sinetron Indonesia berubah. Saat ini sinetron Indonesia lebih banyak yang kejar tayang ketimbang sinetron yang sudah diatur jumlah episodenya. 

Selama angka rating naik, maka sinetron akan diperpanjang dengan cerita yang 'Ah sudahlah'. Inti dan tujuan cerita tak jelas. Kadang, ide cerita sinetron bisa berubah di pertengahan sehingga mengubah jalan cerita. 

Coba cek sinetron dengan jumlah episode yang bejibun itu. Apakah memiliki premis yang jelas? Belum tentu. Ketika ide cerita yang ditawarkan tak dikonsep secara matang dan hanya berkaca pada bisnis semata, maka akan mengurangi kualitas ceritanya. 

Imbasnya, Orang-orang semacam saya ini jadi malas untuk menonton. Akhirnya, tak memiliki TV pun tak masalah.

"Tapi yang suka sinetron Indonesia banyak Ra, kalau lu gak termasuk ya skip aja sih!"

Ya memang. Saya menyadari itu. Buktinya, ketika satu judul sinetron sedang hipe di televisi dan banyak adegan berkonflik di dalamnya, semakin diburu oleh penikmatnya, terutama para ibu rumah tangga. 

Jika Sinetron Indonesia seperti Drama Korea

Salah satu hal unik yang saya temukan ketika menonton drama Korea adalah setiap judul memiliki jumlah episode yang terkontrol dengan ide cerita menarik. Misal, mengenai kriminal. 

Drama Korea dengan genre tersebut akan menampilkan akting yang memukau dengan taburan adrenalin yang menghujam jantung. Alur cerita juga jelas dan tertata.

Beberapa drama Korea teratas yang tengah disukai penonton

Salah satu drakor yang saya rasa pantas untuk diacuni jempol adalah Death's Game. Jumlah episodenya hanya 8, namun ceritanya terasa padat dan membuat penasaran. 

Aktor-aktor yang memainkan juga gak kaleng-kaleng. Sudah melalui tahap filter yang ketat. Ide cerita Death's Game juga fresh yang berkisah pada seorang pelaku bunuh diri yang tengah dihukum oleh dewa kematian. 

Si pelaku bunuh diri harus melalui serangkaian hidup dan mati agar ia tak masuk ke neraka. Awalnya saya pikir jumlah episode sebanyak 8 bakal terasa kurang, namun pada kenyataannya tidak sama sekali. Pas dan berakhir memuaskan. 

Seandainya sinetron Indonesia bisa memiliki jalan cerita dan jumlah episode yang berukuran layaknya drama Korea. Saya yakin, masyarakat yang semula benci sinetron (seperti saya) akan mulai menyukai. 

Itu artinya, sinetron Indonesia sudah mulai naik level. Well, jika drama Korea terlalu tinggi, paling tidak bisa mencontoh negara Thailand yang juga mampu menciptakan series maupun film dengan ide cerita menarik. 

Baca juga : Review Drama Korea Death's Game

Di era kiwari, series ataupun film yang Thailand buat juga semakin ke depan. Salah satunya film dengan genre horor. Beneran, saya pernah menonton satu kali dan itu membuat saya tak bisa tidur dengan nyenyak. 

Back to sinetron Indonesia. Saya berharap, kedepannya, pengembangan sinetron bisa didasarkan pada webtoon atau novel. Dengan demikian, para penulis dan kreator webtoon juga semakin bersemangat menghasilkan karya yang luar biasa.

Lebih suka nonton yang mana?

Pada pembuatan Drama Korea, biasanya didasarkan pada penulis cerita, novel atau webtoon sehingga jalan cerita sudah bisa dilihat. Selain itu, industri penulis cerita, novel dan webtoon di sana jadi berkembang. 

Tiap kreator jadi berkompetisi untuk menciptakan karya agar bisa dilirik sutradara dan dijadikan sebentuk drama atau film. Keren banget kan?

20 komentar:

  1. Dulu saat sinetron masih tayang seminggu sekali saya sesekali nonton, Mbak. Dan seingat saya,dulu ada sinetron yang main Anjasmara dan Krisdayanti hanya 8 episode. itu cerita bagus dan padat. Tapi setelah mulai muncul Tersanjung 1,2,3 dan seterusnya, saya tidak pernah nonton lagi hehehe.
    Dan itulah bedanya sinetron dengan drakor. Karena sinetron setiap hari tayang, dan kejar tayang, episode banyak, alur diulur dengan menghadirkan tokoh baru dan konflik baru.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Pak Bambang. Tersanjung itu, ya ampun episodenya sampai berjilid-jilid sampai gak tahu saya endingnya itu gimana haha

      Hapus
    2. Sinetron jadul bagus-bagus karena Ringkas tapi Padat. Cerita bagus, padat & gak bertele-tele. Jumlah episodenya pun relatif sedikit. Jam tayangnya juga gak perlu tayang tiap hari, jadi ada kangennya. Contoh: Sinetron Cinta th 99. Bintangnya Desy Ratnasari, Primus Yustisio, Atalarik Syah, mendiang Rudi salam, lucky Alamsyah, dan sederet artis top yg lain. Sinetron itu diangkat dari novel karya Mira W. Cerita bagus dan padat. Jumlah episodenya pun cuma 26. Mirip Drakor. Mungkin terinspirasi Drakor. Meteor Garden cuma 27 episode. Full house malah cuma 16. Tapi ceritanya bagus dan menarik. Sinetron semacam itu yg nanti akan terus berkesan di hati pemirsa. Kalo diulang lagi, yg nonton tetap banyak.
      Bukan seperti sinetron sekarang, yg jumlah episodenya banyak banget, tapi ceritanya cuma bertele-tele, berputar-putar. Cuma bagus di awal. Habis itu ceritanya amburadul gak karuan. Ikatan Cinta, AmkA, dan Cinta Berakhir Bahagia, itu sebenarnya bagus, tapi cuma bagus di awal episode. Habis itu ceritanya ngawur. Sinetron cuma kejar tayang.

      Hapus
    3. Iya, bahkan sekarang saya sendiri gak tahu sinetron Indonesia masih ada apa engga? Gak pernah nonton TV atau update sinetron. Saking ceritanya gak jelas

      Hapus
  2. Menurut perspektif saya, selama orientasinya masih mengejar target bisnis, maka sinetron Indonesia akan seperti ini selamanya. Enggak akan pernah maju. Dan selama emak-emak masih pada nonton sinetron, yakin deh nggak bakalan tamat tuh sinetron. Kayaknya generasi orang tua saya (lahir era 60-an) yang bakalan menjadi penonton sinetron paling akhir. Generasi selanjutnya cenderung lebih suka nonton YouTube atau streaming film. JADI, suatu saat sinetron Indonesia bakalan TAMAT SAMPE KE AKAR²NYA!!. Saya juga termasuk yang nggak suka nonton sinetron . Jadi, bye sinetron Indonesia 😀😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahhaa bener Mas Hendra. Biasanya yang nonton tuh emak-emak. Sampai ada lelucon rebutan remote sama emak yang suka nonton sinetron. Entah kapan model ide dan alur sinetron Indonesia bisa kayak Koriya hehe

      Hapus
  3. waaaah, aku setuju banget kak. sebagai pecinta drakor aku juga berharap sinetron Indonesia bisa belajar dari drakor. ceritanya yang menarik dan beragam, dibumbui kuliner Indonesia yang khas banget, teknik visual yang cakep, dan yang jelas dimainkan aktor yang bisa bikin kita ngerasain emosinya. duh, pasti keren banget sinetron Indonesia kalo gini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Dea bener banget. Kadang mikir aja, kapan inovasi sinetron Indonesia bisa terjadi. Soalnya kalau aku lihat, ide ceritanya selalu sama dan membosankan.

      Hapus
  4. Sepertinya ada sinetron yang mengambil cerita mirip drama Korea, tapi sayangnya setelah di kemas tetap saja jauh dari drama kirea. Semoga sajaa ke depannya sinetron Indonesia bisa lebih bagus lagi

    BalasHapus
  5. Kayaknya bakak susah banget ya secara dari kualitas skenario dan kepenulisannya juga masih jauh. Mungkin ada gap dari proses kreatif sinetron Indonesia dibandingkan dengan K Drama

    BalasHapus
  6. Sepertinya akan sangat sulit kelas sinetron di televisi akan sebaik drama Korea Selatan, kecuali kalau series di saluran tv-tv berbayar sepertinya sudah mulai keliatan kualitasnya jauh dari sinetron pada umumnya di televisi

    BalasHapus
  7. Daku juga pernah berpikiran demikian kok kak, kalau aja pengemasan sinteron kita itu ala drakor maka akan makin gereget lagi sih ya. Semoga suatu saat bisa, yuk semangat yuk

    BalasHapus
  8. Sama. Saya juga sudah tidak hafal dan kenal pemain peran saat ini siapa saja... Tapi gak hanya di Indonesia saja. Drama Korea, Jepang atau China pun sama saya pada gak tahu, emang gak pernah nonton semuanya. Hehe...

    BalasHapus
  9. Satu-satunya sinetron Indonesia yang bisa mengalahkan Drama Korea secara episode adalah Tersanjung. Sinetron lawas banget. Duh jadi ketahuan kalau dah berumur nih.

    BalasHapus
  10. Aku dulu pernah juga berharap gini. Nggak usah banyak-banyak lah episodenya. Tapi kalo drama Indonesia yang di layanan OTT udah banyak yang bagus

    BalasHapus
  11. Akhirnya ada yang menyuarakan isi hati dan pikiranku selama ini. Aku sudah berhenti nonton TV, apalagi sinetron Indonesia itu sudah kurang lebih 10 tahun lho. Ceritanya menurutku aneh, dan seringnya gak jelas. Padahal klo bisa dikemas kayak drama Korea yang detail, kadang bahkan kasih pengetahuan baru, alangkah bagusnya ya.

    BalasHapus
  12. Sebenernya yaah.. mau sinet Indonesia maupun Korea, sama-sama jametnya kalok pas genrenya gak pas.
    Tapi kalau dibuatnya ga terlalu ratusan eps, nah, ini kayaknya layak tonton sii.. Terbukti beberapa film Indonesia juga asik ditonton dan banyak lesson learned yang relate sama kehidupan sehari-hari kita.

    BalasHapus
  13. Inilah alasannya saya berhenti menulis sinetron. Wkwkwkw... Pernah berada di balik layarnya membuat saya kehabisan ide cerita. Apalagi industri sinetron bergantung sama rating. Kalau rating naik, sinetron diteruskan. Padahal cerita udah mentok. Penulis naskah memang harus berkaca sih pada penulis luar ttg cara bikin cerita yang fresh dan diulur ulur.

    BalasHapus
  14. Setujuuuuuu bangeeeeet mba. Aku termasuk yg ogah nonton sinetron 😂. Ga jelas gitu. Eps suka2 aja mau ditamatin kapan. Blm lagi alur jadi menyimpang, sampe2 masuk generasi keberapa dari tokoh utama 🤣🤣. Sekalian aja bikin dari bayi sampe jadi nenek 😄

    Itu ibu2 yg suka sinet pasti krn blm teracuni drakor 😄. Coba kalo udah, mungkin beralih juga 😆

    BalasHapus
  15. Sinetron jadul bagus-bagus karena Ringkas tapi Padat. Cerita bagus , padat dan gak bertele-tele. Jumlah episodenya pun relatif sedikit, dan gak perlu tayang tiap hari. Contoh: Sinetron Cinta th 99, diangkat dari novel karya Mira w. Bintangnya Desy Ratnasari, Primus Yustisio, Atalarik Syah, mendiang Rudi Salam, lucky Alamsyah, dan sederet artis top yg lain. Sinetron itu ceritanya bagus, padat dan gak bertele-tele. Jumlah episodenya pun cuma 26. Mirip Drakor. Mungkin terinspirasi Drakor. Meteor Garden cuma 27 episode. Full House malah cuma 16 episode, tapi ceritanya bagus dan menarik. Sinetron seperti itu yg nanti akan terus berkesan di hati mayoritas pemirsa. Kalo diputar ulang, yg nonton tetap banyak.
    Gak kayak sinetron sekarang. Jumlah episodenya banyak banget, tapi ceritanya cuma bertele-tele, berputar-putar, dipanjang2kan. Penonton yg awalnya suka, jadi bosan, dan akhirnya pada gak nonton. Sinetron cuma bagus di awal episode. Habis itu ceritanya amburadul gak karuan. Sinetron cuma kejar tayang.

    BalasHapus

Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam