Mengapa menyesal memilih jurusan? (sumber gambar : Pixabay/LeeJeongsoo) |
Menyesal dengan jurusan kuliah yang dipilih, why? Setelah masuk kuliah dan berjalan beberapa semester, seringkali aku mendapat keluhan dari teman bahwa ia tak nyaman dengan jurusan pilihannya.
Baginya, jurusan kuliah yang ia pilih tak cocok karena tidak sesuai dengan ekspektasi yang ia harapkan. Akhirnya apa? Ia merasa ogah-ogahan dan tak bersemangat melanjutkan studi. Padahal, itu akan berdampak pada tugas akhirnya nanti.
Bukan hanya satu orang yang kemudian bercerita kepadaku bahwa ia merasa salah jurusan. Ada 5 orang lebih. Ketika mendengar mereka bercerita, aku jadi penasaran, mengapa beberapa orang merasa salah jurusan?
Salah satu hasil analisis amatir ala aku mengenai alasan banyak anak mengalami salah jurusan adalah sebagai berikut,
Jurusan direkomendasikan oleh orang lain
Seringkali jurusan yang dipilih bukan berasal dari riset diri sendiri tetapi orang lain yang merekomendasikannya. Seperti guru atau orang tua. Akhirnya, ketika jurusan tersebut tak sesuai dengan kemampuan, kita yang bakal merasa keteteran.
Belum riset mengenai jurusan yang dipilih
Saat SMA, anak cenderung bingung memilih jurusan apa yang sesuai dengan kebutuhannya. Biasanya, pilihan dijatuhkan atas dasar ia paling mampu di mapel tertentu. Misal, di SMA ia nilai matematika tinggi. Akhirnya ia memilih jurusan tersebut untuk berkuliah. Padahal, belum tentu nilai tinggi sealur dengan kemampuan saat kuliah.
Imbasnya, mereka tidak riset lebih lanjut mengenai kelebihan dan kekurangan jurusan yang dipilih. Soalnya sudah percaya saja berdasarkan nilai tertinggi. Nah, salah satu teman juga ada yang mengalami cerita serupa.
Di SMA, teman saya ini pandai mata pelajaran Biologi dan ia sangat benci fisika. Maka ia memilih jurusan berdasar nilai tertingginya yakni Biologi.
Ternyata, di perkuliahan, ia tetap bertemu dengan kimia, fisika, matematika dan mata kuliah yang tidak ia minati. Akibatnya, ia kesulitan mengikuti kuliah dari dosen dan sering absen. Akhirnya, dia hanya kuliah 2 semester saja, selebihnya, dia keluar dari Universitas.
Seandainya ia riset terlebih dahulu, paling tidak ia akan paham sedikit gambaran mengenai perkuliahan di jurusan yang ia pilih.
Dosen yang tak sesuai dengan keinginan mahasiswa
Dosen ternyata sangat berpengaruh terhadap datang tidaknya mahasiswa. Saya punya pengalaman seorang teman yang suka dengan dosen tertentu karena cara mengajarnya yang mengasyikan. Setiap kali dosen tersebut mengajar, ia selalu antusias untuk datang.
Namun, pada sisi yang lain kawan saya ini ternyata juga punya dosen yang tidak disukai. Dia selalu malas-malasan ketika mengikuti mata kuliah si dosen. Imbasnya, nilai yang ia dapatkan dari mata kuliah tak optimal. Percaya atau tidak, dosen juga berpengaruh terhadap semangat tidaknya mahasiswa untuk kuliah.
Bila di jurusan tertentu lebih banyak berisi dosen galak dan susah bila diajak berdiskusi, maka bisa memunculkan penyesalan bagi mahasiswa memilih jurusan tertentu. Salah satu kawanku menjadi contohnya. ia pernah bermasah dengan satu dosen dan akhirnya tak pernah terlihat berangkat kuliah.
***
Nah, itu dia beberapa alasan masuk akal yang melatarbelakangi banyak mahasiswa yang mengalami salah jurusan saat memasuki semester tertentu. Lalu, solusi apa yang bisa kita lakukan agar tak terjadi salah jurusan?
Pertama, riset mengenai jurusan yang dipilih sedetail apapun informasinya. Termasuk mengenai mata kuliah yang mungkin didapatkan kemudian hari. Bila ternyata cocok dengan kemampuan kita, maka pilihlah itu.
Riset jurusan yang kamu minati (Pixabay/Pexels) |
Kedua, jika mendapat rekomendasi dari orang lain, entah guru, keluarga atau teman. Kita harus menerimanya sebagai masukan, selebihnya kita yang menentukan dengan bekal penjelasan mengapa kamu mau memilih jurusan yang kamu inginkan.
Ketiga, niatkan dalam diri untuk memilih jurusan yang diinginkan. Tanamkan pada diri sendiri bahwa jurusan yang kamu pilih, sesulit apapun rintangannya akan kamu lalui dengan hati yang sabar.
Kira-kira alasan apalagi ya yang membuat kamu merasa salah jurusan? Well, dalam tulisan ini, aku hanya menulis sesuai dengan opini dan pengalaman pribadi. Pengalaman tiap orang tentu bisa berbeda. Mungkin kamu punya alasan lain mengapa merasa salah jurusan. Yuk share di komentar!
Jadi inget dulu aku pengennya masuk sastra atau perhotelan mba. Krn memang minatku kesana. Tapi dilarang papa, dengan alasan mau jadi apa ntr 😔. Dr zaman SMU papa bisa dibilang tangan besi sih kalo nentuin jurusan kami sekolah.
BalasHapusTrus ternyata aku lulus masuk IPB yg tanpa tes itu, tapi jurusan ampuun dah, nutrisi makanan ternak 🤣🤣. Ini bisa masuk Krn yg daftarin sekolahku. Aku aja ga nyangka kok bisa lulus 🤣.
Tapi aku tolak lah. Gila aja belajar gituan. Ama ternak aja aku ga tertarik 😅🤣. Boro2 mikirin nutrisinya.
Akhirnya masuk accounting sih. Untungnya aku msh suka jurusan ini, apalagi berhubungan duit 😄😄. Jadi kuliahnya juga semangat. Dan yg penting si papa ngerestuin. 😁. Krn biar gimana, masih dibiayain beliau sih, jadi hrs nurut 🤣
Wkwwk lucu juga pengalamannya mbak. Andaikan masuk ternak, berarti Mbak Fanny nanti ngurus sapi2 or ayam2 gitu kali ya 😃
HapusUntung ya mbak masuk ke jurusan yang disukai, walaupun pusing kalau akuntansi mah 😁
Kalau mau kuliah memang harus betul-betul tahu setelah lulus mau ke mana. Kalau tidak, hanya akan kuliah saja. Menjalani waktu buat menyelesaikan studi.
BalasHapusKeren Bang Ugi. Itu artinya gak salah jurusan yak karena emang udah tahu arah mau kemana
Hapus