Ilustrasi sebuah desa (Dok. Nurul Mutiara R.A) |
“Alam memberikan sumbangsih penting bagi manusia melalui tanaman yang tumbuh subur di atasnya. Bila alam terus dijaga dengan baik, niscaya ia akan memberikan manfaat bagi kehidupan”
Cerita mengenai mutualisme alam dan manusia terjadi di sebuah tempat bernama Desa Nusantara, Kecamatan Air Sugihan, Ogan Komering Ilir. Desa tersebut menyimpan berbagai komoditas pertanian yang mampu menghidupi masyarakat di dalamnya.
Mulanya Desa Nusantara ada karena program transmigrasi yang diadakan oleh pemerintah pada tahun 1981. Masyarakat yang berasal dari Jawa Timur seperti Tulung Agung, Madiun, Kediri, Mojokerto dan Nganjuk dan Jawa Barat seperti Subang hingga Pandeglang.
Berpindah dari Pulau Jawa ke Sumatra tentu memiliki tantangan tersendiri. Terutama karena perbedaan jenis tanah untuk menanam. Di Jawa, lahan berupa tanah mineral sehingga mudah untuk ditanami berbagai macam tumbuhan pangan.
Berbeda dengan tanah di OKI yang notabene lahan gambut. Gambut tak sama seperti tanah mineral yang cenderung kertas dan kokoh. Lahan gambut punya karakteristik empuk seperti spons sehingga perlu treatment khusus agar bisa ditanami.
Beberapa narasumber gathering Eco Blogger Squad |
Dalam gathering Eco Blogger Squad bertajuk “Mengenal Lebih Dekat Komunitas Lokal di Desa Nusantara” pada 14 April 2023 lalu, salah satu narasumber mengungkapkan bahwa untuk beradaptasi di tempat baru bukanlah hal yang mudah.
Di awal-awal berpindah tempat tinggal, pada bulan September-Desember pasti ada saja warga yang terkena penyakit kolera. Tubuh mereka belum bisa beradaptasi dengan kondisi lingkungan hidup di Oki. Terlebih, belum ada puskesdes yang mampu memfasilitasi kesehatan warga.
Tangkap layar saat gathering Eco Blogger Squad |
Masyarakat Desa Nusantara benar-benar berjuang keras agar bisa bertahan dari wabah kolera. Mereka juga berusaha memperoleh penghidupan melalui pertanian yang mereka usahakan dari waktu ke waktu.
Tahun 1982, warga Desa Nusantara mencoba menanam padi yang dibawa dari tanah Jawa dalam skala kecil. Apakah berhasil? Oh tentu saja tidak semudah itu Guys! Kegagalan demi kegagalan sering dirasakan oleh petani.
Tantangan terbesar petani, selain menyoal lahan gambut yang tak bisa sembarangan ditanami, mereka juga menghadapi hama berupa hewan tikus, babi, kera, ulat, hingga gajah. Jika sudah begini, mereka cukup kesulitan, namun tetap berusaha bertahan.
Desa Nusantara : Sebuah Perjuangan yang tak Mudah
Saat ini, problematika yang dihadapi Desa Nusantara bukan lagi bicara soal gagal panen, wabah kolera atau hama saja. Desa ini juga berhadapan dengan sengketa kepemilikan lahan dengan perusahaan sawit.
Sejak tahun 2005 hingga 2015, masyarakat Desa Nusantara diusik oleh keberadaan perusahaan yang ingin melebarkan kepemilikan sawit di 17 desa.
Sumber informasi dari narasumber gathering Eco Blogger Squad |
Sejak 1981, desa ini telah mengalami berbagai manis pahitnya perjuangan menghidupkan pertanian, tentu warga tak mau semudah itu menyerahkan lahan yang telah bertahun digarap itu kepada pihak lain.
Tak heran, perlawanan demi perlawanan terus dilakukan oleh masyarakat. Mereka berkeinginan mengelola lahan secara mandiri bukan sebagai bagian dari perusahaan sawit.
Terlebih, dalam gathering bersama Eco Blogger lalu, salah satu petani mengatakan bahwa mereka telah mampu menghasilkan komoditas seperti padi, kopi liberika, nanas, buah naga, jeruk kunci hingga tanaman cabai.
Komoditas pertanian yang dihasilkan petani Desa Nusantara |
Areal persawahan mencapai 1.200 hektar yang ada di desa Nusantara di kelola oleh 600 Kepala Keluarga. Dari luas pemanfaatan sebagai persawahan yang di tanami padi menghasilkan setiap tahunnya mencapai sekitar 3.700 kg/ha (3,7 Ton beras/ha).
- Produksi Beras = 1.200 Ha x 3.700 Kg/Ha = 4.440.000 kg (4.400 Ton).
- Jika di uangkan maka penghasilan investasi dari pertanian pangan di Desa Nusantara :
- Rp.7000/kg ( Harga Beras ) x 4.440.000 kg = Rp.30.800.000.000,-
- Jika dihitung penghasilan setiap KK di Desa Nusantara
- Biaya Produksi 1 ha = 5.000.000/ha x 1.200 ha = Rp.6.000.000.000
- Rp.30.800.000.000 – Rp.6.000.000.000 / 600 kk = Rp.41.400.000/kk untuk sekali panen.
Bagi para petani dan masyarakat di Desa Nusantara, jumlah produksi padi tersebut sudah cukup untuk menghidupi diri. Terlebih, komoditas di sana tak hanya padi semata. Masyarakat juga kerap memanfaatkan perairan di sekitar untuk menangkap ikan seperti baung, toman hingga gabus.
Asa Bertumbuh melalui Dana Nusantara
Dalam gathering Eco Blogger Squad, salah satu narasumber bernama Bang Adam menjelaskan bahwa sejak tahun 2022, Walhi Sumsel selaku NGO lokal berusaha membantu masyarakat Desa melalui Dana Nusantara.
Sampai Agustus 2022, Walhi telah mendampingi 250.000 keluarga yang mengelola dan melindungi 1.161.338 ha wilayah yang dikelola rakyat atau WKR.
Dana Nusantara sendiri merupakan sebuah program pendanaan yang dikembangkan oleh walhi dan telah diberikan kepada 12 lokasi WKR. Dana ini berfungsi sebagai stimulan agar para petani bisa lebih mandiri dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan.
Harapannya, implementasi Dana Nusantara nantinya mampu menghidupkan aksi-aksi pengelolaan SDA secara baik dan benar melalui,
- Mendorong kemandirian komunitas lokal
- Meningkatkan partisipasi komunitas lokal dalam pengelolaan SDA
- Membangun kesadaran komunitas lokal terhadap isu lingkungan
- Berkontribusi pada pengelolaan SDA secara keberlanjutan
- Meningkatkan partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak.
Memang, proses mengelola SDA secara berkelanjutan itu tak bisa dilakukan secara instan. Perlu kerjasama yang kuat antara masyarakat, NGO lokal dan pemerintah daerah setempat agar pengelolaan SDA tak merusak alam namun justru merestorasi.
Duuuh jangan sampe lahan yg sudah diolah lama oleh para warga sana, diambil alih perusahaan sawit Yaa :(. Aku kebayang jerih payahnya mereka dulu , Krn memang ga mudah untuk hidup di kota yg samasekali lain . Duluuu pas kecil, kalo denger kata transmigrasi aku mikirnya orang2 di Jawa pindah ke desa di pulau lain, tapi udah enak dikasih lahan. Ternyata kenyataannya lahan itu terkadang masih susah utk ditanami ya mba
BalasHapusPerjuangan desa untuk tetap eksis dalam melestarikan alam, tak gentar melawan perusahaan sawit. Jadi contoh untuk mereka yang masih berjuang di medan yang sama.
BalasHapusdengan kendala tanah yang gambut dan hama yang muncul tapi tetap menghasilkan komoditas yang bermacam ya kak.
BalasHapussetuju sih ada Dana Nusantara untuk desa ini biar nantinya lebih baik lagi dan para petani tetap semangat.
bagus ni kak artikelnya, nice :)
Alam selalu memberikan apa yang bisa diberikan ya kak, tugas kita menjaga seraya hidup berdampingan dengan alam. Komoditas padi harus bangkit lagi supaya tidak hanya satu keluarga tetapi bisa mencukupi satu pulau..
BalasHapusAdanya dana Nusantara bisa membantu dalam pengembangan sekaligus menjaga lingkungan setempat juga ya kak, dan ini perlu dukungan semua pihak
BalasHapusKeren sekali cerita perjuangan Desa Nusantara yang begitu berjasa pada masyarakat. Semoga menjadi Desa yang akan dicontoh oleh Desa lainnya dalam meningkatkan taraf ekonomi
BalasHapusAda yang terus menjaga alam dengan setia, yakni masyarakat lokal Desa Nusantara.
BalasHapusAku jadi paham sekarang mengapa pentingnya kita mengelola lahan yang kita miliki dengan peruntukan yang sesuai dan tidak mengalihfungsikan menjadi kebun kelapa sawit.
Semoga kita semua bisa sama-sama saling menjaga, melindungi dan membantu Desa Nusantara.
Adanya Dana Desa ini sangat membantu para warga di Desa Nusantara
BalasHapus