"Apa sih hubungan antara Keadilan Iklim dan Perubahan Iklim?"
Perubahan iklim bukan hanya isapan jempol. Saat ini, sudah banyak bencana-bencana yang diakibatkan oleh perubahan iklim seperti banjir bandang, angin ribut, longsor, kekeringan, dan rob.
Bahkan, Perubahan Iklim menjadi bahasan krusial pada pertemuan G20 beberapa waktu lalu. So, apa yang seharusnya dilakukan oleh dunia untuk menanganinya?
Nah, sebelum berbicara lebih lanjut mengenai Keadilan Iklim atau Climate Justice sebagai bagian utama tulisan, mari ketahui dulu serba-serbi perubahan iklim yang pembahasannya santer kita dengar akhir-akhir ini.
Soalnya gak afdol kalau tidak dibahas, sebab perubahan iklim dan keadilan iklim sangat berkaitan satu sama lain.
Perlu diketahui bahwa selama hidup manusia melakukan berbagai aktivitas yang menghasilkan emisi. Bahkan saat manusia bernafas pun tetap menghasilkan emisi.
Namun begitu, emisi yang dihasilkan dari tubuh manusia tidak seberapa dibanding dengan emisi yang dihasilkan oleh industri-industri raksasa di negara maju.
Emisi yang dihasilkan oleh aktivitas negara-negara maju sangatlah besar karena telah menerapkan sistem otomasi (menggunakan mesin) pada industri mereka. Kita tahu bahwa mesin-mesin itu membutuhkan bahan bakar dari energi fosil agar terus bergerak.
Permasalahannya, hasil pembakaran energi fosil itu tak lantas menguap lalu hilang begitu saja kayak mantanmu yang tukang ghosting itu, wkwk.
Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan gas karbon dioksida (CO2), belerang dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), gas metana (CH4), dan klorofluorokarbon (CFC)---yang kita tahu tak bisa dengan mudah menghilang.
Saat gas-gas tersebut menguap ke atmosfer dan terakumulasi, mereka akan membentuk lapisan layaknya kaca raksasa yang menyelimuti bumi.
Sumber infografis : Ruang Guru |
Nah, karena lapisan kaca tersebut semakin menebal, maka itu akan mengunci panas yang dihasilkan oleh matahari dari waktu ke waktu.
Dampaknya bagaimana dong bagi lingkungan? Saat panas matahari terkunci di permukaan bumi maka itu bakal mempengaruhi suhu udara menjadi lebih tinggi.
Alhasil, naiknya suhu berdampak pada pencairan es-es di wilayah kutub, kekeringan, terjadi gelombang panas, kebakaran hutan hingga rob karena volume air laut bertambah.
Kondisi banjir rob di area Pelabuhan Kota Pekalongan (Sumber : Dok.Pri) |
Dampak-dampak itulah yang kemudian memunculkan berbagai problematika serius bagi dunia, termasuk Indonesia. Seperti kasus gelombang panas yang menelan banyak korban jiwa di beberapa negara. Taruhlah seperti kejadian di negara Inggris.
Menurut informasi dari Pejabat Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) yang dinukil dari CNN Indonesia, total kematian akibat bencana gelombang panas mencapai 2.803 kasus selama musim panas. Para korban meninggal didominasi usia 65 tahun ke atas.
Bayangkan bila suhu di bumi ini semakin meningkat karena perubahan iklim. Bisa jadi, bencana gelombang panas akan semakin panjang dan memusnahkan lebih banyak makhluk hidup di bumi ini.
Siapa saja kelompok rentan yang terdampak perubahan iklim?
Berbicara mengenai perubahan iklim, dampaknya memang menyeluruh dirasakan tanpa pandang bulu. Baik itu orang-orang kaya (berprivilege) maupun kelompok akar rumput yang tidak tahu apa-apa.
Orang berprivilege mungkin saja bisa menangani dampak perubahan iklim menggunakan kelebihan finansial yang mereka punyai. Namun bagaimana dengan kelompok rentan dan miskin?
Kelompok rentan yang dimaksud adalah mereka yang tak memiliki privilege lebih seperti orang miskin, orang tua, anak-anak hingga para hewan dan tumbuhan.
Saat terjadi bencana seperti rob, banjir maupun kekeringan, masyarakat akar rumputlah yang mengalami kerugian paling besar.
Katakanlah seperti nelayan kecil, mereka terbiasa melaut dengan perahu-perahu tradisonal yang jauh dari kata canggih. Ketika terjadi gelombang besar atau angin ribut misalnya, nelayan tak bisa melaut.
Akibatnya mereka akan kehilangan kesempatan untuk bekerja dan menghasilkan pundi-pundi Rupiah dari penangkapan ikan.
Pun demikian dengan pekerjaan sebagai pembuat ikan asin. Akibat musim yang tidak bisa diprediksi, pekerjaan mereka pun terganggu. Padahal, pembuat ikan asin memerlukan sinar matahari yang cukup untuk mengeringkan ikan.
Di pesisir Pekalongan, tempat saya tinggal saat ini, beberapa tempat penjemuran ikan asin tidak bisa difungsikan secara optimal karena sering terkena gelombang tinggi dan rob.
Pabrik-pabrik pengalengan ikan juga cukup terganggu dengan rob karena tinggi airnya bisa mencapai lutut orang dewasa. Kalau masa-masa rob lagi parah-parahnya, berbagai gedung terendam air.
Nah, dari kondisi ini, kita tahu bahwa para nelayan hingga pembuat ikan asin masuk sebagai kelompok rentan yang terkena perubahan iklim. Belum ketika saya membicarakan para hewan seperti Beruang Putih atau Pinguin di kutub sana.
Para hewan yang terdampak perubahan iklim tak bisa protes saat rumah dan tempat mereka mencari makan hilang tergerus zaman.
Menurut opini saya, mereka bisa dikatakan rentan karena para hewan itu tak bisa melawan ketika menghadapi bencana perubahan iklim. Mereka hanya bisa menunggu kematian saja bila tidak ditolong manusia.
Pentingnya Keadilan Iklim sebagai upaya meredam Perubahan Iklim
Perubahan iklim sudah terlanjur menjadi pil pahit bagi makhluk hidup di bumi. Dan saat ini, yang bisa kita lakukan adalah mencegah maupun mengurangi aktivitas yang memunculkan emisi.
Tentu, peran mencegah maupun mengurangi bukan hanya bertumpu pada masyarakat biasa. Peran utama justru harus dimulai juga dari negara-negara industri yang menghasilkan emisi terbesar. Nah, disinilah pentingnya keadilan iklim atau Climate Justice untuk meredam perubahan iklim.
Mungkin belum banyak yang paham istilah Keadilan iklim. Keadilan iklim adalah istilah yang memandang pemanasan global sebagai isu etika dan mempertimbangkan keterkaitan sebab dan akibatnya dengan konsep keadilan, terutama keadilan lingkungan dan keadilan sosial.
Isu keadilan iklim muncul setelah melihat besarnya dampak perubahan iklim menghantam kelompok-kelompok rentan.
Gamblangnya gini Gaes, yang bikin perubahan iklim adalah orang-orang kaya tapi yang kena imbasnya masyarakat rentan dan miskin. Jelas ini gak adil, menimbulkan ketimpangan bukan hanya ekonomi tetapi juga sosial dan lingkungan.
ilustrasi Keadilan Iklim yang tengah diperjuangkan (Pixabay/niekverlaan) |
Dengan demikian, hadirlah Keadilan iklim, dianggap sebagai jalan keluar yang adil berdasarkan pada hak-hak, kebutuhan, partisipasi, dan kesepakatan komunitas yang merasakan dampak terbesar perubahan iklim.
Salah satu harapan terbesar adanya Keadilan Iklim yakni negara maju turut andil melakukan pengurangan emisi sehingga perubahan iklim tidak semakin parah yang dampaknya menyasar banyak orang termasuk kelompok rentan.
Jadi itu maksudnya keadilan iklim. Aku juga tinggal di daerah rob, nih. Ikan asin yang katanya makanan orang miskin bisa2 jadi mahal kalau susah bikinnya ya
BalasHapusIya mbak. Akibat perubahan iklim, ikan asin pun mengalami kendala dalam proses pengeringannya
HapusSemoga makin banyak lagi edukasi mengenai keadilan iklim ini, sehingga banyak orang-orang kaya yang membuka lahan perusahaan misalnya makin aware terkait soal ini dan tentunya dengan banyaknya yang aware ini memberikan dampak positif bagi orang-orang dibawahnya.
BalasHapusIyap, betul sekali Mba Mei. Seperti apapun, kelompok rentan dan miskin selalu jadi korban terparah karena perubahan iklim
HapusKalau mau dipikirkan lagi. Emang benar sih. Banyaknya perubahan iklim disebabkan oleh orang-orang berada. Tapi yang kena dampaknya adalah orang-orang yang rentan seperti yang tersebut, kayak nelayan, pedagang ikan asin dan lain-lainnya. Karena kebetulan aku tinggal di daerah pesisir. Tahu banget gimana jadinya kalau kita nggak bisa jemur ikan asin.
BalasHapusBener mbak. Jadi susah mereka kalau mau bekerja akibat cuaca yang semakin gak menentu
Hapusperubahan iklim ini memang jadi PR bersama sih ya, makanya butuh perhatian khusus juga dalam penanganannya.
BalasHapussemoga semakin banyak orang sadar dan juga bisa memberi keadilan iklim karena ini semua untuk kita juga.
Prihatin banget soal climate justice ini y kak. Masyarakat yang rentan yang malah banyak terkena imbasnya.
BalasHapusSaya tinggal di pegunungan. Ikan asin lebih mahal dari daging ayam lho disini. Satu kilo bisa sampai seratus ribu, daging ayam hanya sekitar 35k. Jadi kalau iklim makin rusak, bisa lebih mahal lagi itu harga ikan asin ya hehehe
BalasHapusPerubahan iklim ini dirasakan semua, maka kudu semua juga harus bekerjasama mengubah perilaku lebih ramah lingkungan demi keadilan iklim
BalasHapusdampaknya memang udah kerasa banget ya perubahan iklim ini, bahkan di semua bidang ya.. kalau tidak ada gerakan perubahan, rasanya akan semakin berbahaya :(
BalasHapusbtw itu kenapa kelakuan mantan di bawa-bawa dah.. wkwk..
BalasHapustapi memang sih, perubahan iklim saat ini bisa menjadi cara juga untuk mendorong keadilan iklim di Indonesia. Jadi mungkin bisa mengenakan biaya lebih untuk pihak yang memproduksi emisi yang besar, mengingat besarnya juga dampak krisis iklim.
Wkwkwk anu, biar melek aja pas bacanya. Biasanya kalau nyebut mantan, pembaca akan langsung mendelik haha
HapusIya. Keadilan iklim emang penting banget utk mengatasi perubaha iklim
PR banget nih urusan iklim. Bukan hanya tanggung jawab para pengambil kebijakan sih, kita semua juga punya andil, sekecil apapun itu. Karenanya, untuk memperbaiki kondisi ini juga butuh kepedulian, kerjasama dan langkah positif dari kita. Mari mulai dari diri sendiri lalu teruskan pada keluarga dan lingkungan sekitar kita
BalasHapusBaru tahu istilah climate Justice ini aku mbak
BalasHapusTapi memang penting banget climate Justice ini, biar kesadaran menjaga kelestarian lingkungan semakin meningkat
Menjaga elam emang udah sepatutnya jadi tugas kita saat ini, ya sebenarnya bumi ini kan emang diperuntukkan semua makhluk hidup yang ada di dalamnya,apalagi anak cucu kita kelak.. masa ya tega sih memberikan warisan negatif.. harusnya tetap dijaga bersama ya, emang semua butuh kepedulian dan perhatian khusus.
BalasHapusSebenarnya kan efek rumah kaca ini masih dibutuhkan banget ya sama bumi, agar suhunya tak sampai dingin. Cuma kalau berlebihan ya bahaya juga. Yuk bisa yuk, kita semua ikut berpartisipasi mengurangi emisi gas rumah kaca
BalasHapusJadi yang bikin udara makin panas hari ke hari itu karena gas-gas emisi karbon membentuk lapisan kaca gitu ya. Iya juga ya, yang paling dirugikan kalau ada perubahan iklim itu masyarakat akar rumput. Mata pencaharian jadi terganggu. Aku baru ada yang namanya keadilan iklim mba. Bener-bener nambah ilmu baca artikel di sini
BalasHapusjadi paham arti climate justice itu mba, Karena yang berdampak paling besar bagi perubahan iklim ini mereka yg tinggal di pesisir yang bergantung akan sumber Daya alam sebagai mata pencaharian.
BalasHapusCarbon offset menjadi salah satu cara untuk kita bisa menetralisir jejak carbon disamping tetap menjaga kelestarian lingkungan. Krisis iklim ini masalah kita bersama
Kadang2 kalau dipikir emang negara maju itu penyebab global warming dan selimut polusi nggak sih kak. Jadinya kelompok rentan, negara2 miskin malah kena imbas perubahan iklim lebih parah. Udah saatnya sih untuk Climate Justice!
BalasHapusjadi adil itu ga hanya soal hukum tapi juga iklim yang menyangkut alam dan kehidupan banyak makhluk hidup ya. Memang, nanti yang paling dirugikan yang masyarakat golong menengah ke bawah. jadi, kita harus mulai sadar diri untuk bisa menyelamatkan lingkungan dari hal hal kecil
BalasHapus