Manfaat TV Digital sebagai Sarana Quality-Time bersama Keluarga. Berita bahwa TV analog akan mulai diganti, sempat membuatku dan keluarga cemas. Jangan-jangan, kami harus membayar biaya setiap bulan supaya bisa menikmati sajian acara dengan gambar jernih? Tenang Marimar, tenang! Penggantian TV Analog ke TV Digital ternyata tidak seseram yang dibayangkan kok, jadi gak perlu risau ya!
***
Menonton televisi bersama kerap menjadi ajang quality time bagiku dan keluarga di rumah. Seringkali, kami berkumpul di ruang tamu untuk menyaksikan film favorit atau pertandingan olahraga yang tayang di salah satu stasiun televisi. Biasanya, sembari menonton, kami bercakap mengenai aktivitas selama seharian. Itu sangat mengasyikkan dan mendekatkan satu sama lain.
Salah satu kendala yang sering mengganggu ketika sedang asyik nonton film adalah gambar yang kurang bagus, entah (noise) bersemut atau muncul garis-garis bergerak dari kanan ke kiri. Bila sudah begini, rasanya malas untuk melanjutkan nonton padahal acara lagi seru-serunya.
Problematika gambar bersemut dan tak jernih memang kerap terjadi ketika menonton televisi analog. Apalagi jika antena tak terlalu tinggi, perangkat televisi sudah jadul atau letak rumah berada jauh dari jangkauan sinyal. Boro-boro bisa menikmati tayangan jernih, bisa muncul gambar tanpa semut saja rasanya sudah bersyukur.
Sebagai orang yang menderita mata minus, aku paling benci ketika harus menonton acara di televisi tetapi gambar ber-noise. Bagaimana tidak, gambar yang sedemikian rupa membuat mata jadi perih. Selain itu, tontonan jadi tidak enak dinikmati karena fokus terganggu oleh bintik-bintik di layar. Bagi yang memiliki kendala sama, pasti paham rasanya.
Pengalaman “paling mengenaskan” saat menonton televisi pernah aku alami ketika berada di rumah simbah. Kebetulan, rumah simbah berada di wilayah dataran tinggi yang jangkauan sinyalnya cukup minim dengan TV yang sudah tua. Bayangkan, beliau pakainya TV tabung, Gaes!
Demi menjangkau sinyal supaya gambar bisa muncul, simbah memasang tiang antena yang cukup tinggi. Lucunya, kalau jengkel dengan layar yang bersemut, Simbah sering “menggebrak” bagian atas televisi, kata beliau supaya gambarnya bagus dan semutnya pada hilang.
Namun kenyataannya, semut-semut di layar itu tak kunjung hengkang. Alhasil, selama seminggu menginap disana, aku tak menyetel televisi sama sekali. Cuma mengandalkan ponsel sebagai hiburan, itu pun kalau mendapatkan sinyal.
Bicara mengenai televisi, faktanya platform ini masih menjadi media yang disukai oleh masyarakat untuk mengakses beragam informasi hingga hiburan. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini. Aktivitas masyarakat lebih banyak berada di dalam rumah mulai dari sekolah, ibadah hingga bekerja.
Menurut info dari katadata.co.id, selain akses berita melalui platform online, sebesar 58 persen masyarakat Indonesia masih menggunakan televisi untuk update informasi seputar pandemi, politik, olahraga, hiburan dan lainnya.
Melalui Kompas.com, Mulyo Hadi Purnomo selaku Wakil Ketua KPI menyampaikan bahwa selama pandemi masyarakat lebih percaya informasi yang diberikan melalui televisi ketimbang media sosial. Terjadi kenaikan penonton mencapai 12 Persen berdasar IDN Research Institute.
“Jadi angkanya masih 89 persen, kenapa bisa? jadi karena memang mereka lebih percaya pada televisi terutama pada televisi berita mendapatkan informasi-informasi yang terverifikasi, bisa dipertanggungjawabkan, selebihnya yang lain mengakses online video, kemudian berita harian radio, dan sebagainya,”
Nah, beberapa pertimbangan masyarakat masih memilih televisi sebagai media untuk mengakses beragam informasi hingga tayangan berupa audio-visual yakni,
- Murah dan gratis
- Kredibilitas info lebih bisa dipercaya
- Mudah dan bisa diakses siapapun.
- Menarik dan memiliki stasiun yang variatif
- Tak membutuhkan internet yang notabene harus membeli kuota
Dengan demikian, televisi masih menyumbang porsi sebagai platform penting untuk diperbaiki kualitas siaran hingga gambarnya. Tak heran, mulai tahun ini, pemerintah akan mulai memberlakukan Switch Off terhadap TV analog dan mengalihkan ke TV digital.
Tujuannya, supaya kualitas tontonan masyarakat bisa lebih baik secara suara hingga gambar. Tak ada lagi semut-semut nakal yang mengganggu asyiknya nonton film atau pertandingan olahraga bersama keluarga.
Pada 16 Juni 2006 terjadi kesepakatan internasional melalui forum bernama ITU (International Telecommunication Union) bahwa modulasi siaran televisi analog bakal dialihkan ke modulasi siaran digital paling lambat tahun 2015.
Akan tetapi, Indonesia belum mampu memenuhinya sesuai tenggat waktu yang diberikan. Alasannya? Negeri ini belum memiliki Undang-Undang yang menjadi dasar pelaksanaan siaran digital.
Tak heran, Indonesia termasuk negara tertinggal dalam hal digitalisasi penyiaran. Padahal di Eropa, Amerika, Afrika dan beberapa negara Asia, Analog Switch Off (ASO) sudah dilakukan. Padahal dengan migrasi, Indonesia bisa menghemat sumber daya alam bernama spektrum frekuensi radio.
Sedikit yang perlu kita pahami, spektrum frekuensi radio tak hanya memiliki manfaat di bidang penyiaran saja tetapi juga pendidikan, kesehatan, dan mendorong tersedianya teknologi internet cepat ke seluruh Indonesia dari Sabang hingga Merauke.
Sumber Infografis : Indonesiabaik.id |
Nah, demi mengejar ketertinggalan tersebut, mulai tahun 2021, pemerintah melalui Kemenkominfo bakal melakukan migrasi ke TV digital secara bertahap dimana puncak pe-nonaktifan TV analog telaksana paling lambat hingga 2 November 2022.
Sumber infografis : Indonesiabaik.id |
Bisa kita lihat melalui infografis di atas, pemerintah akan mulai membenahi dan membangun berbagai fasilitas untuk kelancaran migrasi TV digital. Dari semua kota, Aceh menjadi lokasi pertama yang mendapatkan sosialisasi. Dilanjutkan dengan Kepulauan Riau, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur hingga Banten.
Berikut ini merupakan rincian masing-masing tahapan yang perlu kamu ketahui sehingga kamu tidak kaget ketika TV Analog mulai dinonaktifkan oleh pemerintah.
- Tahap I paling lambat 17 Agustus 2021
- Tahap II paling lambar 31 Desember 2021
- Tahap III paling lambat 31 Maret 2022
- Tahap IV paling lambat 17 Agustus 2022
- Tahap V paling lambat 2 November 2022
Ketika aku mengikuti webinar mengenai Migrasi TV Digital ini via youtube, aku jadi paham bahwa belum banyak orang tahu tata cara mengubah penggunaan TV Analog ke TV digital.
Sebagian besar menganggap bahwa untuk mendapatkan siaran digital, mereka perlu membeli TV baru atau berlangganan. Padahal dengan TV lama pun tetap bisa, asal ditambahi teknologi bernama Set Top Box.
Sumber infografis : Indonesiabaik.id |
Pertanyaannya sekarang, bagaimana masyarakat bisa mendapatkan Set Top Box dan apakah setelah itu harus berlangganan dengan membayar?
Set Top Box bukanlah alat yang susah dicari. Masyarakat bisa mendapatkannya melalui marketplace langganan. Well, setelah aku cek via marketplace, rentang harganya Rp 250.000 hingga Rp 400.000 tergantung merek dan penjualnya.
Demi meringankan, beberapa kali pemerintah juga menawarkan Set Top Box gratis ke masyarakat dengan persyaratan tertentu. Ini dia persyaratan yang wajib kamu pahami.
Sumber infografis : Indonesiabaik.id |
Beberapa dari kamu mungkin pernah berlangganan TV berbayar untuk melihat channel dari luar negeri atau berlangganan streaming di smartphone. Baiklah, mungkin bagi yang masih awam, keduanya sekilas terlihat sama. Namun kenyataannya, TV digital dengan TV berbayar itu berbeda lho ya Gaes!
Sumber infografis : Siaran Digital Indonesia |
Nah, kalau soal TV Digital, kita ternyata tak perlu risau. Sebab, tak perlu ada biaya langganan, masyarakat cukup membayar pembelian perangkat Set Top Box saja dan selanjutnya bisa menikmati tayangan televisi jernih secara gratis. So, para Bu Ibu atau Pak Bapak gak perlu galau.
Bagi kamu yang sudah memiliki TV Digital, itu berarti tak perlu lagi membeli Set Top Box karena otomatis TV yang kamu miliki sudah bisa langsung mengakses tayangan yang kamu sukai dengan kualitas gambar yang jernih tanpa noise.
Melalui migrasi TV dari Analog ke TV Digital, masyarakat bakal mendapatkan lebih banyak manfaat seperti
- Kualitas siaran yang lebih stabil dan tahan terhadap gangguan (interferensi, suara dan/atau gambar rusak, berbayang, dsb).
- Memungkinkan siaran dengan resolusi HDTV secara lebih efisien.
- Kemampuan penyiaran multichannel dan multiprogram dengan pemakaian kanal frekuensi yang lebih efisien.
- Kemampuan transmisi audio, video, serta data sekaligus.
Semenjak digitalisasi memasuki kehidupan, banyak orang mulai terpaku dengan gadgetnya masing-masing. Memang, itu bukanlah hal yang salah. Namun, pernah gak sih terpikirkan bahwa zaman digital telah membuat kita menjadi sosok yang individual, termasuk di dalam sebuah keluarga.
Alhasil, quality time bersama keluarga menjadi berkurang. Kita terlalu asyik untuk bersua melalui smartphone ketimbang bertemu secara langsung dalam satu ruang yang penuh dengan kehangatan dan kebersamaan.
Aku masih ingat momen pertama kali membeli televisi tabung. Kala itu sekitar tahun 2000 dimana aku masih anak-anak. Bagiku, bisa menonton TV di rumah sendiri bersama keluarga rasanya sangat bahagia. Kami bisa tertawa, merasakan horor, merasa sedih dalam tempat yang sama, ruang keluarga.
Ilustrasi menonton bersama keluarga sebagai bentuk quality time (Sumber foto : Shutterstock) |
Beberapa waktu lalu, tatkala Olimpiade Tokyo 2021 terselenggara. Aku seolah kembali merasakan atmosfer ketika pertama kali membeli televisi. Kami begitu antusias melihat atlet tanah air berlaga di berbagai cabang olahraga. Bapak dan Ibu terlihat bersemangat saat menyaksikan atlet bulu tangkis favorit memenangkan pertandingan.
"Indonesia....Indonesia....Indonesia....." Seru kami secara bergantian.
Jujur, kebersamaan kami ini hanya bisa terjadi di depan televisi ketika menonton bersama. Tanpa adanya televisi, mungkin saja tiap anggota keluarga sudah sibuk dengan smartphone masing-masing di tangan. Entah bermain game, streaming video atau menonton film via aplikasi.
Aku sadar peran televisi masih penting untuk merekatkan kebersamaan, menjalin quality time bersama keluarga di rumah. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini dimana setiap orang lebih banyak beraktivitas di dalam ruangan dengan WFH atau PJJ.
Oh iya, dibanding dengan platform berbasis internet, Televisi merupakan media yang jauh lebih sedikit dampak negatifnya bagi anak-anak di bawah umur. Mengapa demikian?
- Terdapat rambu-rambu dalam memproduksi konten
- Proses produksi dilakukan oleh tim profesional
- Ada lembaga yang mengawasi siaran di televisi seperti KPI
- Lingkungan sekitar turut menjadi pengawas bagi tontonan
- Memiliki aturan bagi penontonnya (Remaja, Semua Umur, Dewasa, Anak-anak hingga Bimbingan orang tua)
Potensi pelanggaran yang ditemukan oleh KPI dan segera ditindaklanjuti (Sumber : Webinar Siaran TV Digital) |
Adanya rencana migrasi dari TV Analog ke TV Digital diharapkan mampu menciptakan perbaikan kualitas gambar dan suara saat menonton bersama keluarga. Dengan demikian, migrasi tersebut memberi manfaat tersirat untuk merekatkan anggota keluarga agar bisa ber-quality time bersama.
Untuk Stasiun televisi, adanya migrasi ini diharapkan muncul konten-konten yang lebih mendidik serta berkualitas sehingga penonton bisa menikmati dengan suka cita. Soalnya, mau tak mau kualitas konten berpengaruh pada ketertarikan penonton terhadap tayangan televisi.
Well, banyaknya manfaat yang bisa didapatkan melalui migrasi TV Digital membuatku berharap, semoga rencana tersebut bisa didukung penuh serta pembangunan infrastruktur pendukungnya bisa lancar. Ya, karena merdeka digital itu, Bersih gambarnya, Jernih suaranya, canggih teknologinya! Salam hangat.
Referensi :
- https://nasional.kompas.com/read/2020/07/22/20263851/kpi-89-persen-masyarakat-lebih-percaya-televisi-dibanding-internet
- https://www.indonesiabaik.id/videografis/tv-digital-ciptakan-banyak-manfaat
- http://indonesiabaik.id/infografis/jadwal-tahapan-migrasi-ke-tv-digital
- https://haloedukasi.com/kelebihan-dan-kekurangan-tv-analog
- https://siarandigital.kominfo.go.id/berita/infografik-kelebihan-tv-digital-dibanding-tv-analog
- https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/06/28/masyarakat-indonesia-paling-banyak-akses-berita-dari-media-daring
Mantap nih ga harus ganti TV lama hanya nambah perangkat bisa nangkep siaran digital yang lebih bagus kualitasnya. Semoga menambah pengetahuan juga dan jangkauan lebih luas hingga info merata di pelosok
BalasHapusIya kak, gak harus ganti TV kok. Cuma perlu pasang alat namanya Set Top Box kalau emang TV belum digital :)
Hapuswah aku nih yg telat tahu ttg keharusan migrasi ke TV Digital ini, padahal 22 Nop tinggal.bemtar lagi ya..hehe.. Thx Nurul sdh membagikan.info penting ini..
BalasHapusGapapa mbak. Lagian pemerintah bakal nyetopnya bertahap kok. Ini masih terus gencar sosialisasi dulu sih :)
HapusTivi di rumah saya perlu dibelikan Set Top Box nih supaya bisa menyaksikan tivi digital
BalasHapusOh, masih Analog kok Mba Mugniar? Iya, berarti perlu Set Top Box mbak hehe
HapusKayanya iya yaa.. aku juga kaya kak Niar, nambahin Set Top Box agar mendapatkan siaran TV digital. Ini gak ada hubungannya kudu punya smart tv atau engga, kan yaa..?
BalasHapusHehhee.. Uda smart tv siih.. dan biasanya dapet langganan channel.
Tapi karena jarang nonton tv, kadang aku rindu menanti-nanti drama andalan dari tv channel swasta maupun pemerintah.
Iya mbak. Kalau yang udah digital gak perlu ada Set Top Box, cuma kalau masih analog ya kudu nambah sih hehe
HapusWah lebih seruh ini TV digital, apalgi aku yg suka nonton Drakor. Wajib ini jadi planning.
BalasHapusIya, kalau ada drakor emang makin seru mbak. Udah jernih, suara bagus plus ada drakor lagi. Mantep itu mah 😁
HapusWalaupun tv analog punya kenangan, tapi kita memang perlu kemajuan. Kalo udah pakai tv digital siaran pun lebih jernih ya.. Jadi nyaman ditonton semua keluarga
BalasHapusnah itu sih mbak, jadi bisa quality time jadinya hehehe
HapusTadi siang ikutan Webinarnya, aku sampai gak sabar ingin cepat-cepat menonton siarannya di Tempat tinggalku
BalasHapusSemoga proses migrasi dr TV Analog ke Digital lancar ya, jadi seluruh masyarakat Indonesia bisa menikmati tayangan tv lebih jernih dan merata.
BalasHapusSemoga migrasi televisi digital cepat terealisasikan ke semua penjuru Indonesia ya.
BalasHapusSupaya kitasebagai penonton bisa menikmati layanannya dengan baik