Mud Cake ala Haiti, Kue Lumpur yang sebenarnya (Sumber gambar : www.viral4real.com) |
Apa yang terlintas di pikiranmu ketika aku mengatakan "Mud Cake"? Oke tebakan ya! Mungkin saja terlintas di benakmu mengenai kue coklat lembut dengan isian coklat meleleh nan lezat, tentunya dengan harga super mahal.
Kamu memang gak salah memikirkan itu. Soalnya "Mud Cake" ala kekinian yang dijual di restoran-restoran mewah memang berwujud demikian. Coba deh kamu ketikkan di mesin pencari kata kunci itu, pasti kebanyakan yang muncul adalah gambar seperti berikut.
Kata kunci Mud Cake ketika dicari di Google |
Kalau aku terka, alasan kue coklat tersebut dinamakan Mud Cake karena selain warnanya coklat bak lumpur, di bagian isi atau toping kue dilapisi coklat cair yang bila berada di mulut seolah-olah akan terasa seperti lumpur yang meleleh.
Tetapi siapa sangka, di sebuah negeri di Amerika sana, ada kue "Mud Cake" yang bahannya memang berasal dari Mud/lumpur. Bukan sekadar kiasan coklat yang berbentuk seperti lumpur.
Pernah mendengar mengenai kue tersebut? Jika belum, melalui artikel ini, aku berkeinginan sharing pengetahuan dan kisah mengenai Mud Cake ala Haiti, sebuah negeri yang berada di benua Amerika, tepatnya di Pulau Karibia.
What, bukannya Haiti itu ada di Benua Afrika ya? Well, kamu jangan salah ya. Haiti bukanlah negara yang berada di benua Afrika lho. Republik Haiti adalah sebuah negara di Karibia yang meliputi bagian barat pulau Hispaniola dan beberapa pulau kecil lainnya di Laut Karibia.
Haiti merupakan negara kedua yang merdeka di Benua Amerika setelah Amerika Serikat. Haiti merdeka pada 1 Januari 1804. So, pada bulan januari lalu, negara ini telah merayakan kemerdekaan 217 tahun.
Sumber gambar : Merdeka.com |
Wow, ternyata lebih lama dari Indonesia ya waktu merdekanya! Yang membuat miris, meski negara ini telah merdeka, tapi kenyataan tak semua masyarakatnya mampu merasakannya. Terutama menyoal perekonomian.
Dari sisi peringkat ekonomi, Haiti menempati urutan ke-141 secara internasional. Sedangkan Indonesia berada pada peringkat ke-7 sebagai negara dengan tingkat perekonomian terkuat. Meskipun jarak kemerdekaan terpisah jauh, kenyataannya Haiti masih menjadi negara dengan PDB rendah.
Seperti yang dinukil dari Kumparan, Bank Dunia mencatat perbandingan PDB Indonesia dengan Haiti benar-benar jauh. Indonesia memiliki PDB sebesar USD 1,016 triliun atau setara dengan RP 14.813 triliun sementara PDB Haiti sebesar USD 8,408 miliar atau setara dengan Rp 122,58 triliun.
Melihat kondisi perekonomian yang masih jauh dari kata stabil, sangat masuk akal bila masih banyak masyarakat miskin yang belum memiliki edukasi cukup perihal makanan. Itu bisa dilihat dari kebiasaan mereka mengonsumsi kue lumpur atau Mud Cake.
Well, tidak seperti kue lumpur yang diawal aku bicarakan. Di Haiti, masyarakatnya benar-benar membuat kue dari campuran tepung, garam dan lumpur yang dikeringkan dibawah sinar matahari.
Di Haiti, masyarakat biasa menyebutnya dengan Gallete. Tapi ini bukan Galette khas Perancis ya---istilah yang digunakan dalam masakan Prancis untuk menunjuk berbagai jenis kue kering berbentuk bulat atau bentuk datar.
Keduanya sama-sama berbentuk bulat, namun berasal dari bahan-bahan dan cara membuat yang berbeda. Bila Gallete versi Perancis terasa begitu mewah layaknya Mud Cake ala restoran mahal, tapi Gallete ala masyarakat Haiti sebaliknya. Itu terbuat dari lumpur yang dikeringkan dan berbentuk bulat, jauh dari kata layak dimakan.
Jujur, pertama kali meyaksikan video seorang anak Haiti memakan kue ini, ada rasa sedih menyeruak dalam pikiran. Proyeksi liarku mulai menguar mengapa nama kue ini sama seperti Gallete ala Perancis.
Gallete ala Perancis (Sumber gambar : Cookpad.com) |
Haiti merupakan negara yang pernah dijajah oleh Perancis. Tentu, selama masa penjajahan tersebut orang-orang Perancis mengenalkan Gallete kepada masyarakat pribumi. Gallete ala Perancis tentu berharga mahal sehingga tak menjangkau masyarakat Haiti.
Kue Gallete ala Haiti yang terbuat dari lumpur (Sumber gambar : Kaskus) |
Dengan demikian, masyarakat Haiti membuat kue tiruan dari lumpur yang diberi nama Gallete sebagai penyembuh keingintahuan mereka terhadap kue bulat datar tersebut. Ya, itu masih skenario dalam pikiranku sih mengenai asal muasal nama Gallete yang sama dengan penyebutan kue bulat asal Perancis.
Seorang ibu yang tengah memakan kue lumpur/Gallete (Sumber gambar : Liputan6.com) |
Bila skenario dalam pikiranku benar, aku merasa sangat kasihan sih pada masyarakat Haiti. Mereka tak mampu membeli kue Gallete ala Prancis---yang berharga mahal itu---hingga membuat tiruannya tapi bahan yang dipakai merupakan tanah yang tak layak konsumsi.
Ku juga udh nonton mbak video mengenai mud cake itu. Rasanya ingin bantu tapi apa daya hanya doa yg bisa terucap. Ga bisa membayangkan jika kita berada di sana apa bisa adaptasi. Bersyukur kita masih hidup di Indonesia
BalasHapusIya kak begitulah. Cuma gak habis pikir aja lho tanah dijadikan roti kering kayak gitu :(
Hapussetuju banget mbak, ternyata banyak yg lebih susah dari kita. pikir baik2 kalo mau buang2 makanan, dan banyakin syukur juga
BalasHapusAku malah baru tau tentang mud cake ini ternyata di Haiti ada yang beneran ya terbuat dari lumpur :( Menyedihkan sekali kisah nyata ini menyayat hati. Makanya kita tuh kalau punya uang, makanan, jangan sampai disisakan dan dibuang, mesti dihabiskan.
BalasHapusNah iya mbak, bisa jadi pengingat sih ini bagi kita yang masih suka buang-buang makanan.
HapusBaru tahu mud cake setelah baca tulisan njenengan, bersyukur sekali tinggal di Indonesia.
BalasHapusBener. Di Indonesia, seperti apapun masih banyak sumber daya pangan yang murah ya mbak, sehingga membuat kita gak kekurangan. Harusnya sihhh
HapusNyesek lihatnya ya...Memang rasa syukur seringkali kita abaikan karena kecukupan diri. Padahal orang lain banyaak yang susah hidupnya bahkan untuk makan. Enggak kebayang rasa kue lumpur ini. Sebagai pengingat diri juga untuk tidak membuang makanan yang jadi rezeki
BalasHapusIya mbak. Rasanya ya mungkin asin asin tanah kali ya. Soalnya tuh pas aku baca tuh ini campuran tanah, air plus garam.
HapusYa ampun bacanya bikin haru, perlu banyak bersyukur atas nikmat Allah. Tentunya jangan terjadi segera diedukasi ya hiks...
BalasHapusIya Kak, minimal memulai penghargaan terhadap makanan dari diri sendiri sih kak
HapusMbaaaa,
BalasHapusIni nabok bangeett sih. huhuhu. seringkali urban people tuh pertanyaannya "Mau makan apa kita hari ini? Bosen menu itu itu melulu, mau cari yg instagramable ahh"
ternyataaaa, banyak hal yg justru bikin miris banget yak.
makasii artikelnya mba
Sama-sama mbak Nurul. Iya, aku juga dulu pernah melakukan food waste dan karena baca-baca artikel mengenai ini, aku jadi lebih aware sama makanan :)
HapusItu lumpur yang dipakai sembarang lumpur kah? Ya Allah... speechless Mbak. Sebegitunya ya kondisi di sana...
BalasHapusYa lumpur apa saja kok kak, itu aja ngeringkannya di sembarangan tempat
HapusWah, gak kebayang gimana rasanya makan kue lumpur seperti itu. Apalagi jika anak-anak dan orang yang sudah manula yang makan. Jauh dari kata hygienis ya..Tapi mesti gimana lagi..hiks..
BalasHapusKondisi ekonomi sama udah kebiasaan juga sih Mbak. Jadi mau gimana lagi.
HapusWah, mestibya orang2 yg suka menghujat pemerintah tahu hal ini. Terlepas dari segala kurang dan lebihnya, Alhamdulillah kita lebih "bergaya".
BalasHapusIya Mbak Agustina, setidaknya kita masih bisa makan lebih baik dari mereka, harusnya ada rasa syukur dalam hati :0
HapusDari buku Toto Chan yang saya baca, yang lebih miris lagi kemiskinan di sana itu menjadikan anak-anak menjadi gelandangan dan melacurkan diri hanya demi mendapatkan makan. Pada malam hari, anak-anak remaja banyak tidur di jalanan karena rumah mereka sempit dan tidak muat untuk tidur sekeluarga. Baca ini saya sedih.
BalasHapusIya mbak, masih banyak cerita-cerita miris di luar sana yang seharusnya menjadikan kita lebih bersyukur karena hidup lebih baik :)
HapusTernyata benar-benar ada kue yang terbuat dari lumpur dan dimakan, apakah sampai sekarang masih ada yang membuat kue tersebut?
BalasHapusIya, kalau di Haiti masih Bang. Disana Kue lumpur ini menjadi makanan pengganjal lapar karena bahan makanan memang terbatas
HapusYa ampuuuun
BalasHapusSedih banget bacanya. Jadi itu beneran dikonsumsi oleh mereka?
Awalnya ku pikir buat hiasan gitu
Huaaaa... kayak apa ya rasanya
Nabok banget sih tulisan ini
Mesti banyakbanyak bersyukur kita hidup di Indonesia
Gak tahu juga sih kak, tapi karena ada garamnya, mungkin rasanya kayak tanah yang sedikit asin :(
Hapusmakanya aku sendiri juga mencoba untuk menikmati makanan dengan mengambil porsi yang cukup, tidak berlebihan juga.
BalasHapusIya Koh, sekarang lebih suka ngambil makanan secukupnya dulu baru nambah ketimbang banyak tapi akhirnya gak habis dan dibuang :(
Hapus