Suatu hari ketika SMP, guruku pernah berkata bahwa pertemanan yang positif itu merupakan sebentuk rezeki yang harus disyukuri. Tak banyak teman-teman disekeliling kita yang bakal menjadi sarana berbagi pendapat saat kita menginjak usia dewasa.
Apakah benar demikian? Ya, melalui tulisan ini, aku ingin membagikan pengalaman yang kurasakan selama berteman dengan orang satu dan yang lainnya. Lalu, pada akhirnya hanya tersisa beberapa orang tatkala aku berusia 20-an lebih.
***
Memiliki teman hingga akhir hayat, siapa sih yang tak mau? Teman bukan sekadar sosok yang mampu menjadi partner bicara, tapi juga sarana menemukan keramaian dengan bergaul, partner jalan-jalan dan berbagi cerita. Kan kalau kita tak ada teman kadang ngerasa sepi bener di dalam hati. Pernah gak merasa begitu?
Meski demikian, kita sering kali bertanya ketika beranjak dewasa, alasan teman yang kita miliki mengerucut. Tak seperti dulu ketika masa-masa sekolah. Menginjak usia 20an ke atas, seolah teman yang kita miliki tersortir dengan sendirinya.
Dari yang awalnya 20 orang, menjadi 15 lalu 10 dan seterusnya hingga mungkin saja menyisakan 3 atau 2 orang. Melihat kenyataan ini, lantas apakah kita pernah merasa sedih yang kemudian menanyakan pada diri sendiri "Apa yang terjadi, ada yang salahkah denganku sehingga mereka pergi?"
Aku atau kamu mungkin pernah bertanya hal semacam itu. Namun bagaimana bisa demikian? Ya, itu normal. Setiap siklus hidup manusia biasanya akan memiliki momen kehilangan banyak teman dalam hidup. Well, itu bukan karena kamu jahat atau bagaimana. Tapi itu memang realita hidup.
Semakin dewasa, kehidupan tiap orang akan mengalami kerumitan. Bisa karena pekerjaan, keluarga, pernikahan dan lainnya. Dengan demikian, pikiran orang tak lagi tertuju pada keinginan untuk bergaul atau sekadar berbagi cerita. Kerumitan hidup membuat tiap individu harus berjuang.
Tentunya, itu mengorbankan banyak hal termasuk waktu bersosialisasi dengan teman-teman. Jika sudah seperti ini, tiap orang akan terbagi keinginan dan kepentingannya sesuai vibe dan frame yang sama.
Ada beberapa alasan utama yang membuat teman kita semakin sedikit ketika dewasa. Berdasarkan pengamatan pribadi maupun pengalaman dari teman-teman, ini dia alasannya :
Memiliki Pekerjaan yang Sibuk
Teman yang awalnya suka nongkrong bersamamu, berubah. Kini mereka harus mengejar impian yang mereka inginkan. Tak hanya itu saja, demi memenuhi kebutuhan keluarga di rumah (bagi yang sudah menikah) akan mengurangi intensitas bergaul yang tak penting.
Sumber gambar : Mall13.com |
Tidak seperti ketika zamam sekolah atau kuliah. Saat memasuki masa-masa bekerja, setiap orang akan disibukkan dengan job dan projek-projek. Tak heran, waktu untuk nongkrong dengan teman akan terkurangi. Apalagi jika lokasimu dengan teman-temanmu beda kota bahkan provinsi.
Fokus Pada Keluarga
Setelah berkeluarga, seseorang akan cenderung sibuk mengurus berbagai keperluan rumah tangga. Kalau laki-laki akan sibuk mencari nafkah sedangkan perempuan akan sibuk mengurus rumah tangga.
Jika dalam sebuah keluarga memiliki kegiatan yang cukup padat, otomatis waktu untuk sekadar nongrong atau kumpul-kumpul bersama teman menjadi minim. Ini jelas membuat pertemuan kita dengan teman-teman begitu sedikit. Dan selanjutnya, mereka memghilang karena kesibukan dalam berumahtangga.
Jarak yang Jauh
Siapa disini yang memiliki teman dari asal yang cukup jauh? Mungkin saja banyak. Ya, jauh tidaknya lokasi rumah teman-teman kita akan me-minimalisir pertemuan. Melalui dunia maya mungkin oke, tapi bersua secara nyata pasti tak akan sebanyak ketika sekolah atau kuliah.
Semakin dewasa dan semakin jauh jarak tempat tinggal, intensitas pergaulan pun akan semakin jarang. Saya sendiri memiliki sahabat yang berada di Lampung dan Jakarta. Kami memang sering menyapa di dunia maya, tapi belum memiliki kesempatan bersua kembali semenjak lulus kuliah. Jarak telah memisahkan kami.
akhir-akhir ini, karena sibuknya urusan kami. Intensitas bicara di dunia maya pun menjadi minim. Hal semacam inilah yang membuat kita merasa kehilangan sosok teman-teman yang selalu berada di dekat kita. Sebab, biasanya ketika masih bersama, teman kita akan selalu mendengar cerita-cerita dari kita, tetapi setelah terpaut jarak, kita menjadi rikuh saat hendak bercerita layaknya dulu.
Ya, demikianlah 3 hal utama yang membuat pertemanan kita semakin berkurang tiap waktu. Satu hal pasti, kita harus selalu mensyukuri apa yang Tuhan berikan untuk kita, termasuk bersyukur atas limpahan rezeki berupa teman-teman yang baik. Thats right! Intinya, kalau teman kita semakin mengerucut, jangan bersedih. Itu merupakan sebentuk perjalanan hidup yang normal dirasakan banyak orang. Semangattt!
Setuju banget kupikir hny aku yang mengalaminya. Nanti ketika sudah berkeluarga dan mempunyai anak akan semakin sedikit.
BalasHapusIya, kadang ngerasa sedih sih kalau udah gini #Hiks
HapusIya itu mah hal yang normal, tapi kalau sudah bener-bener deket sih saya masih tetap berkomunikasi, walaupun jarak memisahkan, atau pun sudah pada punya keluarga masing-masing.
BalasHapuskarena masih single sih ya jadi aku malah memperluas network dgn gabung di berbagai komunitas. mungkin nanti akan beda kalo udah berkeluarga
BalasHapusKalo aku teman makin banyak dari kalangan yg lebih beragam, tapi sahabat itu yg makin sedikit..hehe.. Setuju banget pada poin kita harus syukuri semuanya, termasuk rezeki berwujud persahabatan itu
BalasHapusAkupun juga ngerasa gitu setelah lulus kuliah. Ditambah menikah dan punya anak, tapi seminimal mungkin komunikasi lewat media sosial. Makanya suka kaget kalau ada teman yang meninggal dunia, karena saking nggak ada kabarnya. Aku punya teman kuliah yg tinggal di Kalimantan, syukurnya masih berkabar sampai sekarang.
BalasHapusIya pasti. sekarang temenku malah keluarga aja. Gapapalah, berteman kan ga perlu kaya jaman remaja yg uyur uyuran bareng terus hehe
BalasHapusKalau aku justru makin kesini makin banyak temen sih, karna teman lama yang mulai sibuk dengan urusan kehidupan masing2 dan aku pun mulai bergaul dengan teman yang lainnya seperti ikutan komunitas menjadi tambah teman.
BalasHapusSetuju sama kalimat terakhir mba Intinya, kalau teman kita semakin mengerucut, jangan bersedih. Itu merupakan sebentuk perjalanan hidup yang normal teman sejati bisa disebut hanya keluarga ♥️
BalasHapusBener sih mba..teman akan semakin mengerucut. Aku aja sampai sekarang yg aktif malah temen2 SMA , walaupun hanya lewat online sih..mungkin SMA lebih berkesan kali yah hehehhe. Nah banyaknya sih sekarang ikut komunitas2 gitu
BalasHapusRelated banget sama kehidupan ku kak, aku merasa makin hari circle pertemananku makin kecil, salah satunya adala kesibukan mengurus rumah tangga yang menjadi alasan jarangnya kami berkumpul
BalasHapusAlhamdulillah pokoknya ya Mba, bersyukur punya yang sedikit tapi sangat mendukung. Semangat kita.
BalasHapusAku juga ngerasain banget semenjak skripsian tuh temen mulai berkurang satu demi satu mengejar prioritas dan impiannya masing-masing. Tapi bukan berarti kita melupakan ya
BalasHapusIya banget.
BalasHapusYang paling kerasa adalah ketika geng pada misah dan lost contact.
Pas kontak lagi, asa beda "feel" gitu...gak kaya dulu yang bisa ceritain apaaa aja.
Normal ka.seleksi alam ya. Cari temen yg beneran saling mengerti bukan hanya ada maunya saja
BalasHapusseiring berjalannya waktu sedikit demi sedikit teman menghilang dari peredaran.. dan smakin jauh dari masa lalu... time waits for no one
BalasHapus