Sebuah notifikasi di grup facebook tiba-tiba membuatku tercekat. Seorang desainer logo dan poster memosting kekesalannya pada seorang teman yang memberikan harga murah pada jasa desain yang ia buat. Kurang lebih seperti ini percakapan keduanya melalui media Whatsapp yang di screenshoot,
- Teman : Hai Bro, lama ya gak jumpa. Masih usaha desain?
- Desainer : Iya Bro Alhamdulillah masih, gimana?
- Teman : Ini Bro, aku rencana mau buka usaha rental, aku butuh dibuatin logo untuk daganganku sekalian sama bannernya, bisa ya?
- Desainer : Siap bro, kamu kirim bahan-bahannya aja biar aku sesuaikan logo dan bannernya dengan usaha yang kamu miliki.
- Teman : Okay, Btw untuk desainnya harga teman kan?
- Desainer : Maksudnya gimana Bro?
- Teman : Kalau semuanya aku bayar Rp 150.000,- gimana?
- Desainer : Maaf Bro, kalau begitu minta tolong yang lain aja. Karena aku biasanya minimal buat desain logo Rp 750.000 kalau paket lengkap bisa sampai Rp 2 juta. Riset dan buatnya itu lho yang lama.
- Teman : Ya ampun mahal amat Bro, sama teman sendiri kok gitu.
- Desainer : Maaf ya Bro, bukan apa-apa, tapi aku emang gak bisa. Aku lanjutin kerja dulu (chat pun berakhir).
Mungkin bukan hanya aku yang pernah menemukan screenshoot chat semacam itu melalui media sosial. Bisa jadi, malah kamu sendiri yang berada di posisi desainer dan mengalami itu semua. Pekerjaan semacam desainer seringkali dianggap sepele karena terkesan "tak ngoyo" dalam pengerjaannya. Lantas itu memunculkan keinginan untuk membayar murah dengan embel-embel "Harga teman".
Beberapa kali melihat kisah serupa, pasti muncul istilah harga teman dari pihak klien. Jujur, aku sebenarnya paham bahwa yang dimaksud harga teman bagi orang-orang tersebut berarti harga yang murah.
Meski demikian, kalau dilihat lebih dalam, istilah harga teman itu justru seharusnya mahal lho, siapa juga yang mau menilai sebuah pertemanan dengan harga murah. Sepertinya, istilah harga teman sudah melenceng dari makna yang seharusnya.
Ibaratnya gini, ketika kamu memiliki teman-teman yang baik, itu bisa dikatakan sebuah proses yang lama dan mahal. Teman yang baik merupakan rezeki tiada tara dan tak semua orang mampu mendapatkannya. Nah, dengan penjelasan seperti ini, seharusnya harga teman bukanlah sesuatu yang bisa dinilai murah tapi justru mahal. Sebab ada perjuangan tak ternilai yang kita rasakan untuk mendapatkan teman-teman yang baik.
Oke terlepas dari makna harga teman menurut versiku nih. Masih aja ada lho orang menilai sebuah pekerjaan jasa sebagai sesuatu yang sepele. Seperti contoh, desainer grafis tadi yang dimintai tolong membuat logo dan banner dengan harga teman alias harga murah. Padahal pekerjaan desain tidak sepele, seolah tinggal duduk manis depan laptop, utak atik software lalu hasil jadi. Big no, kenyataannya gak semudah itu Ferguso!
Desainer grafis harus melakukan beberapa tahap sampai desain yang klien inginkan jadi. Misalnya melalui proses riset (apakah ada logo yang sama, riset warna, gambar dll), proses pembuatan yang kadang bikin begadang semalaman, lalu editing sebelum ditunjukan ke klien. Belum lagi kalau si klien protes dan pengen perubahan, pastinya desainer harus revisi beberapa bagian agar sesuai dengan yang klien inginkan. Dan semua itu gak murah serta mudah, Sayang!
Beberapa kali melihat kisah serupa, pasti muncul istilah harga teman dari pihak klien. Jujur, aku sebenarnya paham bahwa yang dimaksud harga teman bagi orang-orang tersebut berarti harga yang murah.
Meski demikian, kalau dilihat lebih dalam, istilah harga teman itu justru seharusnya mahal lho, siapa juga yang mau menilai sebuah pertemanan dengan harga murah. Sepertinya, istilah harga teman sudah melenceng dari makna yang seharusnya.
Ibaratnya gini, ketika kamu memiliki teman-teman yang baik, itu bisa dikatakan sebuah proses yang lama dan mahal. Teman yang baik merupakan rezeki tiada tara dan tak semua orang mampu mendapatkannya. Nah, dengan penjelasan seperti ini, seharusnya harga teman bukanlah sesuatu yang bisa dinilai murah tapi justru mahal. Sebab ada perjuangan tak ternilai yang kita rasakan untuk mendapatkan teman-teman yang baik.
Oke terlepas dari makna harga teman menurut versiku nih. Masih aja ada lho orang menilai sebuah pekerjaan jasa sebagai sesuatu yang sepele. Seperti contoh, desainer grafis tadi yang dimintai tolong membuat logo dan banner dengan harga teman alias harga murah. Padahal pekerjaan desain tidak sepele, seolah tinggal duduk manis depan laptop, utak atik software lalu hasil jadi. Big no, kenyataannya gak semudah itu Ferguso!
Desainer grafis harus melakukan beberapa tahap sampai desain yang klien inginkan jadi. Misalnya melalui proses riset (apakah ada logo yang sama, riset warna, gambar dll), proses pembuatan yang kadang bikin begadang semalaman, lalu editing sebelum ditunjukan ke klien. Belum lagi kalau si klien protes dan pengen perubahan, pastinya desainer harus revisi beberapa bagian agar sesuai dengan yang klien inginkan. Dan semua itu gak murah serta mudah, Sayang!
Senada dengan contoh desainer grafis tadi, saat scroll-scroll timeline twitter, aku juga menemukan sebuah postingan dari akun @plastikmicin mengenai permintaan jasa makeup dengan "Harga Teman". Jadi ceritanya si makeup artist ini di WA oleh teman semasa SMA-nya.
Kezel gak pas baca sampai akhir? Jujur, ketika membaca screenshoot tersebut aku merasa dongkol. Udah minta harga murah, diakhir, si teman SMA ini nanya hal yang gak perlu lagi. Duhhh! Bayangkan kalau posisi make up artist itu adalah si klien, pasti ya bakal ngerasa kezel juga.
Lagian arti Make Up Artist atau MUA sendiri bukan berarti si pe-makeup bertugas menata rias para artis seperti bagian akhir percakapan. Make up artist sendiri merujuk pada seniman yang mendalami dunia tata rias profesional untuk tujuan pernikahan, wisuda atau acara formal lainnya.
Jadi bukan orang yang tugasnya ngasih make up ke artis-artis tersohor, meskipun itu termasuk fungsi adanya Make up Artist. Bukan hanya untuk rias artis ya pengertiannya. Mengapa dinamai Make up Artist? Ya, karena si perias ini merupakan orang yang memiliki jiwa seni menjadikan wajah dan tubuh seseorang menjadi lebih cantik dan punya daya tarik.
Back to main problem. Dari postingan twitter di atas, hal menarik adalah komentar netizen yang membaca ss chat. Sebagian besar netizen mendukung si Makeup Artist agar tak menerima klien seperti itu. Mereka menyayangkan tindakan si klien yang meminta harga murah dari ketetapan yang diberikan.
Orang-orang yang berkutat pada pekerjaan kreatif mungkin sudah katam dengan permintaan klien semacam itu. Bahkan, yang lebih mengerikan lagi ada orang berani meminta "GRATIS" untuk pekerjaan jasa yang diinginkan. Ketika si klien ditanya alasan meminta gratis, pasti jawabannya klise " Halah paling buat gitu doank". Apa, gitu doank? Lha kenapa gak buat sendiri aja gitu loh.
Saking dongkolnya para desainer ini, kadang sering kita menyaksikan postingan-postingan menyindir orang-orang yang meminta gratisan dengan hasil yang tak memuaskan. Misal ada desain spanduk yang lucu, kemudian dibuat meme dengan caption "Ini pasti karena harga teman".
Pengalaman para pekerja jasa seperti itu memperlihatkan kepada kita semua bahwa tenaga, skill dan kreativitas belum mampu dihargai tinggi oleh sebagian orang. Parahnya, justru orang terdekatlah yang melakukannya. Istilah harga teman tadi, pastilah muncul karena si klien mengenal si desainer atau pe-makup. Jika tak kenal, mungkin istilahnya akan beda lagi.
Mengapa sih justru kalau mengenal seseorang yang memiliki skill atau kreativitas tertentu, orang cenderung meminta harga teman? Bukankah itu melukai hak pekerja jasa. Kan ada tuh orang yang akhirnya gak bisa nolak karena alasan gak enak. Ntar kalau ditolak jadi musuhan, dianggap pelit dan sebagainya.
Teman atau saudara yang baik seharusnya bukan yang bertindak demikian, tapi justru mendukung dengan harga yang sepantasnya. Untuk urusan murah atau mahalnya, itu jelas disesuaikan dengan tingkat kerumitan, tenaga yang dikeluarkan dan waktu yang dihabiskan. Klien memang berhak melakukan negosiasi, tapi tak bisa dengan nilai dibawah standar.
Baiklah, ini hal yang perlu kita lakukan supaya tak ada salah kaprah lagi terhadap istilah harga teman. Aku ambil contoh kita berniat menyewa jasa make up untuk wisuda pada teman atau saudara nih. Soalnya mau gak mau, istilah harga teman muncul kalau kita meminta pada orang yang kita kenal.
Step pertama adalah riset harga secara umum. Misal, kita butuh paket komplit dari baju, kerudung, hiasan hingga make up. Ternyata, di salon menghabiskan biaya sekitar Rp 500.000, maka kita tanya dulu teman kita meminta harga berapa. Andai ia minta harga Rp 400.000 dan itu tak bisa kurang, tak ada salahnya kita terima. Toh harga dipasaran lebih tinggi kan?
Step kedua, lihat kerumitan make up, kualitas kosmetik dan penataan pakaian yang dilakukan. Sewaktu aku wisuda dulu, make up dan proses memakai kerudung merupakan step yang paling lama, membutuhkan waktu sekitar 3 jam karena perlu memoles beberapa bagian. Nah, kerumitan inilah yang patut kita hargai. Mereka yang bekerja untuk mendandani kita gak main-main lho.
Step ketiga, lihat tenaga yang dikeluarkan. Acara wisuda biasanya dilakukan pada pagi hari. Pengalamanku dulu, pukul 06,30 semua wisudawan/wisudawati sudah harus berkumpul untuk berbaris. Dengan acara sepagi itu dan klien yang tak cuma satu, maka make up pun perlu dilakukan lebih pagi lagi. Misal sekitar pukul 3 dini hari. Otomatis, pemakeup juga akan bangun lebih awal sebelum pukul 3. Sebab, ia harus menyiapkan tenaga, peralatan dan pikiran sebelum bekerja.
Baiklah, itulah step-step yang perlu dilakukan oleh kita saat menginginkan jasa tertentu dari oranglain. Melalui tulisan ini, aku memang mencontohkan jasa makeup wisuda. Tetapi sebenarnya, itu berlaku untuk semua jasa yang kita butuhkan. Pekerjaan jasa bukanlah sesuatu yang mudah. Perlu tenaga, usaha, kreativitas dan waktu yang dikeluarkan sehingga mendapatkan hasil optimal. Oleh karena itu, tak pantas rasanya jika kita meminta harga murah meski kepada teman atau saudara sendiri.
Sejak dini, kita perlu menghargai jerih payah oranglain melalui nilai yang sesuai. Coba mulai mengganti istilah harga teman dengan harga yang pantas. Apalagi sampai meminta gratis sehingga merugikan oranglain. Ayokklah, selagi kita masih memiliki kewarasan, tak ada salahnya mendukung usaha teman atau saudara sendiri. Anggap itu bentuk support kita untuk kebahagiaan oranglain. Once more, tak ada istilah harga teman kecuali bagi mereka yang memang tak menghargai sebuah pertemanan.
Well, kalau menurut kalian sebagai pembaca, gimana tanggapan jika dimintai jasa tertentu dengan ((harga murah)) padahal pekerjaan kalian rumit? Mari berdiskusi :)
Kezel gak pas baca sampai akhir? Jujur, ketika membaca screenshoot tersebut aku merasa dongkol. Udah minta harga murah, diakhir, si teman SMA ini nanya hal yang gak perlu lagi. Duhhh! Bayangkan kalau posisi make up artist itu adalah si klien, pasti ya bakal ngerasa kezel juga.
Lagian arti Make Up Artist atau MUA sendiri bukan berarti si pe-makeup bertugas menata rias para artis seperti bagian akhir percakapan. Make up artist sendiri merujuk pada seniman yang mendalami dunia tata rias profesional untuk tujuan pernikahan, wisuda atau acara formal lainnya.
Jadi bukan orang yang tugasnya ngasih make up ke artis-artis tersohor, meskipun itu termasuk fungsi adanya Make up Artist. Bukan hanya untuk rias artis ya pengertiannya. Mengapa dinamai Make up Artist? Ya, karena si perias ini merupakan orang yang memiliki jiwa seni menjadikan wajah dan tubuh seseorang menjadi lebih cantik dan punya daya tarik.
Back to main problem. Dari postingan twitter di atas, hal menarik adalah komentar netizen yang membaca ss chat. Sebagian besar netizen mendukung si Makeup Artist agar tak menerima klien seperti itu. Mereka menyayangkan tindakan si klien yang meminta harga murah dari ketetapan yang diberikan.
Orang-orang yang berkutat pada pekerjaan kreatif mungkin sudah katam dengan permintaan klien semacam itu. Bahkan, yang lebih mengerikan lagi ada orang berani meminta "GRATIS" untuk pekerjaan jasa yang diinginkan. Ketika si klien ditanya alasan meminta gratis, pasti jawabannya klise " Halah paling buat gitu doank". Apa, gitu doank? Lha kenapa gak buat sendiri aja gitu loh.
Saking dongkolnya para desainer ini, kadang sering kita menyaksikan postingan-postingan menyindir orang-orang yang meminta gratisan dengan hasil yang tak memuaskan. Misal ada desain spanduk yang lucu, kemudian dibuat meme dengan caption "Ini pasti karena harga teman".
Pengalaman para pekerja jasa seperti itu memperlihatkan kepada kita semua bahwa tenaga, skill dan kreativitas belum mampu dihargai tinggi oleh sebagian orang. Parahnya, justru orang terdekatlah yang melakukannya. Istilah harga teman tadi, pastilah muncul karena si klien mengenal si desainer atau pe-makup. Jika tak kenal, mungkin istilahnya akan beda lagi.
Mengapa sih justru kalau mengenal seseorang yang memiliki skill atau kreativitas tertentu, orang cenderung meminta harga teman? Bukankah itu melukai hak pekerja jasa. Kan ada tuh orang yang akhirnya gak bisa nolak karena alasan gak enak. Ntar kalau ditolak jadi musuhan, dianggap pelit dan sebagainya.
Teman atau saudara yang baik seharusnya bukan yang bertindak demikian, tapi justru mendukung dengan harga yang sepantasnya. Untuk urusan murah atau mahalnya, itu jelas disesuaikan dengan tingkat kerumitan, tenaga yang dikeluarkan dan waktu yang dihabiskan. Klien memang berhak melakukan negosiasi, tapi tak bisa dengan nilai dibawah standar.
"Well, sebaiknya gimana nih kalau kita jadi klien
dan menginginkan jasa tertentu?"
Baiklah, ini hal yang perlu kita lakukan supaya tak ada salah kaprah lagi terhadap istilah harga teman. Aku ambil contoh kita berniat menyewa jasa make up untuk wisuda pada teman atau saudara nih. Soalnya mau gak mau, istilah harga teman muncul kalau kita meminta pada orang yang kita kenal.
Step pertama adalah riset harga secara umum. Misal, kita butuh paket komplit dari baju, kerudung, hiasan hingga make up. Ternyata, di salon menghabiskan biaya sekitar Rp 500.000, maka kita tanya dulu teman kita meminta harga berapa. Andai ia minta harga Rp 400.000 dan itu tak bisa kurang, tak ada salahnya kita terima. Toh harga dipasaran lebih tinggi kan?
Step kedua, lihat kerumitan make up, kualitas kosmetik dan penataan pakaian yang dilakukan. Sewaktu aku wisuda dulu, make up dan proses memakai kerudung merupakan step yang paling lama, membutuhkan waktu sekitar 3 jam karena perlu memoles beberapa bagian. Nah, kerumitan inilah yang patut kita hargai. Mereka yang bekerja untuk mendandani kita gak main-main lho.
Step ketiga, lihat tenaga yang dikeluarkan. Acara wisuda biasanya dilakukan pada pagi hari. Pengalamanku dulu, pukul 06,30 semua wisudawan/wisudawati sudah harus berkumpul untuk berbaris. Dengan acara sepagi itu dan klien yang tak cuma satu, maka make up pun perlu dilakukan lebih pagi lagi. Misal sekitar pukul 3 dini hari. Otomatis, pemakeup juga akan bangun lebih awal sebelum pukul 3. Sebab, ia harus menyiapkan tenaga, peralatan dan pikiran sebelum bekerja.
Baiklah, itulah step-step yang perlu dilakukan oleh kita saat menginginkan jasa tertentu dari oranglain. Melalui tulisan ini, aku memang mencontohkan jasa makeup wisuda. Tetapi sebenarnya, itu berlaku untuk semua jasa yang kita butuhkan. Pekerjaan jasa bukanlah sesuatu yang mudah. Perlu tenaga, usaha, kreativitas dan waktu yang dikeluarkan sehingga mendapatkan hasil optimal. Oleh karena itu, tak pantas rasanya jika kita meminta harga murah meski kepada teman atau saudara sendiri.
Sejak dini, kita perlu menghargai jerih payah oranglain melalui nilai yang sesuai. Coba mulai mengganti istilah harga teman dengan harga yang pantas. Apalagi sampai meminta gratis sehingga merugikan oranglain. Ayokklah, selagi kita masih memiliki kewarasan, tak ada salahnya mendukung usaha teman atau saudara sendiri. Anggap itu bentuk support kita untuk kebahagiaan oranglain. Once more, tak ada istilah harga teman kecuali bagi mereka yang memang tak menghargai sebuah pertemanan.
Well, kalau menurut kalian sebagai pembaca, gimana tanggapan jika dimintai jasa tertentu dengan ((harga murah)) padahal pekerjaan kalian rumit? Mari berdiskusi :)
Wahahahhaha.... selamat jengkel ama temen yang maunya bayar harga temen. :D
BalasHapusWkwkw baca2 chat harga teman jadi mangkel emanf :D
HapusKarena udah merasakan gimana jasa sendiri ditawar dengan harga teman, jadi sayanya juga gak mau minta harga teman untuk jasa teman, apapun itu. Mending sekalian ga pakai jasanya, daripada nawar :( lain cerita kalau memang si teman yang langsung ngasih diskon.
BalasHapusahahahahha, istilah harga teman muncul lagi yaps.. Sebuah fenomena yg lekat dengan para pekerja seni, mulai dari design grafis, penulis, fotografer dan videografer..
BalasHapusi will tell with my friend detail, and then i give they information how the process as price. i give the compare too at the other place. If iw ill give discount, i just give suitable and not for long different with other
BalasHapusOh, tidaaak! Jangankan ke teman ya, Mbak, belanja sayur di mamang sayur aja aku nggak berani nawar, loh. Biasanya malah diberi diskon sama dianya karena belinya banyak dan udah langganan.
BalasHapusApalagi pekerjaan di industri kreatif begini, ya. Sedih kalau ada yang menyepelekan. Mendesain, mengedit video, apapun yang sifatnya artistik, itu butuh ketrampilan yang disahkan oleh ketekunan belajar dan jam terbang. Tobaaat kalau ada teman malah nawarnya serasa mau membunuh, huhuhu ...
Ngomel panjang lebar nih aku jadinya. Eh, satu lagi ... Kayaknya banyak orang yang nggak paham ya bahwa artist tuh beda sama artis pemain film atau sinetron, xixixi ...
Ya kalo memang lagi pengen kasi harga murah aku kasih aja mau teman atau bukan.. kalo gak pengen ya kasih harga tinggi meski teman.. yang penting iklas wkwkwk
BalasHapusItulah indahnya mempunyai banyak teman. Karena suatu saat kita pasti butuh karya teman kita. Kalau sama teman sih aku juga suka nawar atau negosiasi.
BalasHapusKalau aku diminta ngerjain sesuatu yang menurutku rumit, aku dah kasi harga murah terus dibilang "masa gitu kan teman" aku cari alasan aja untuk ga jadi deal ehheee...lah daripada kita ngerjain tapi makan hati enak ga jadi sekalian doang ya
BalasHapusaku kadang suka sedih, kalau emang udah tau temennya lagi usaha bisnis, mbok ya jangan ditawar, apa lagi temennya udah kasih harga temen. huhuhu.. i feel you, mbak. aku juga pernah digituin, yahh untungnya gak semua temen kayak gitu sih, banyak yg dukung juga.. semangat mbakkk
BalasHapusHahaha harga teman apalagi minta gratisan itu memang bikin nyesek. Kadang orang belum bisa menghargai karya orang lain apalagi temannya sendiri. Pengennya dapat murah :))
BalasHapus