Kampung Tobati-Enggros, sebentuk keindahan surga di Indonesia bagian timur (Sumber gambar : Jayapurakota.go.id) |
Namun siapa sangka, di Indonesia bagian timur ternyata ada tempat yang serupa dengan Bora-bora. Sebuah destinasi hijau nan indah yang terletak di Teluk Youtefa, Kota Jayapura bernama kampung Tobati-Enggros. Aku pernah bermimpi untuk menjejak kesana. Mengarungi laut sebening kristal dan gugusan hijau pulau yang menyelimuti kedua kampung itu. Kapan terealisasi? Entahlah.
***
Gemuruh air terlihat ketika seorang mama berjalan terapung di area bakau yang tengah surut. Airnya tak dalam, hanya sebatas dada orang dewasa. Dia berdiri sambil memegangi Wah—sebutan perahu bagi penduduk setempat—dengan kedua tangannya. Sesekali, si mama berambut ikal ini mengurai wajah penuh konsentrasi, dia mengais-ngais, atau lebih tepatnya meraba dengan kaki telanjangnya ke dasar air. Kemudian, setelah yakin bahwa ia merasakan sebuah benda yang dicari tersentuh kakinya, badan si mama akan membungkuk sedikit untuk mengambilnya.Para mama yang berjalan terapung di wilayah bakau yang sedang surut. (Sumber gambar : Youtube Netmediatama) |
Sekadar informasi, kebiasaan bekerja masyarakat di kampung Tobati-Enggros dibedakan berdasarkan lokasi. Para lelaki akan pergi melaut sedangkan para perempuan bekerja disekitar kampung atau berkecimpung dalam rimba bakau untuk mencari sumber makanan yang tumbuh disana.
Bianor merupakan kerang yang hidup di wilayah hutan bakau di Tobati-Enggros (Sumber gambar : youtube Netmediatama) |
Mangrove, tanaman yang penting bagi kehidupan (Dok.Pribadi) |
Manfaat-manfaat Mangrove atau bakau bagi kehidupan (Dok.Pribadi) |
Namun demikian, meski hutan perempuan dijaga ketat, beberapa waktu ini masyarakat sempat dibuat geram dengan hadirnya sampah-sampah yang mengotori area Hutan Perempuan. Sampah-sampah itu bukan berasal dari pembuangan masyarakat Tobati dan Enggros, melainkan sampah kiriman dari Kota Jayapura. Ada sampah plastik, botol-botol minuman, kasur hingga peralatan rumah tangga terdampar di akar-akar bakau. Sungguh pemandangan yang membuat siapa saja sedih. Sebab, dari perairan yang mengitari kampung hingga hutan bakau itulah sumber rezeki masyarakat.
Kampung Tobati-Enggros dikenal sebagai kampung nelayan karena memang letaknya yang berada di teluk. Rumah-rumah bukan berdiri tegak di atas permukaan tanah, melainkan berada di permukaan air dengan kayu-kayu sebagai peyangganya. Tak heran, dengan lokasi pemukiman warga yang berada di atas air, kampung Tobati-Enggros juga biasa disebut sebagai kampung terapung. Meski demikian, bukan berarti mereka tak memiliki daratan ya, sebab teluk Youtefa dikelilingi pulau-pulau hijau yang indah.
Sebagai kampung apung, Tobati-Enggros memiliki cerita kehidupan yang sangat beragam. Masyarakatnya tak hanya mengandalkan sumber daya dari laut untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Tetapi juga mengembangkan budidaya sayur, bunga dan tanaman buah melalui hidroponik. Saat menjejak ke pemukiman warga, mata akan dibuat berbinar karena melihat pot-pot tanaman bunga dan sayuran tersusun rapi di halaman rumah.
Meskipun di atas air laut, bukan berarti masyarakat tak bisa menanam tanaman (Sumber gambar : Indonesiakaya.com) |
Berdasarkan sejarah, kampung Tobati sendiri pernah dijadikan sebagai pusat pemerintahan pertama di tanah Papua. Ya itu terjadi puluhan tahun silam, ketika Belanda menjajah Indonesia dan menduduki teluk Youtefa. Saat itu, Tobati merupakan satu-satunya tempat yang sudah memiliki penduduk sedangkan wilayah lainnya masih berupa rimba yang sangat pekat. Dengan adanya kondisi itu, tak heran Tobati menjadi tempat yang begitu penting bagi kehidupan politik di bagian timur Indonesia.
Saat ini pemerintah tengah membangun berbagai fasilitas fisik yang mampu menunjang kehidupan masyarakat seperti Jembatan Hamadi-Holtekamp---yang beberapa waktu lalu telah berubah nama menjadi jembatan Youtefa atas permintaan masyarakat adat. Jembatan itu terlihat begitu megah, membentang merah menghubungkan kawasan utama Kota Jayapura dengan Distrik Muara Tami.
Tobati dan Enggros, sebagai wilayah yang diyakini merupakan leluhur dari masyarakat Papua, keduanya memiliki ragam keunikan yang tak boleh dilewatkan. Salah satunya kuliner bernama Fodfod dan Oseng Bianor yang sempat membuat saya mengecap lidah karena tergoda dengan kelezatannya.
Bagi sebagian besar orang akan merasa asing dengan nama kuliner yang satu ini. Memang, ketika dicari di mesin pencari pun, ulasannya begitu terbatas sehingga belum terindeks layaknya kuliner Papeda yang juga berasal dari Papua. Fodfod adalah sebutan turun temurun dari masyarakat Tobati-Enggros.
Perlu diketahui, Fodfod merupakan makanan dari singkong yang dibentuk bulat-bulat layaknya bakso. Di kampung Tobati dan Enggros, ia dijadikan makanan pengganti sagu atau nasi. Dalam video youtube milik Netmediatama, Fodfod dimakan bersama dengan Bianor yang telah dimasak oleh para mama. Melihat Fodfod dimakan bersama-sama di teras berkayu itu, rasanya ingin ikut menikmatinya.
Menurut KBBI wisata itu berarti bepergian secara bersama-sama dengan tujuan untuk bersenang-senang, menambah pengetahuan, dan lain-lain. Jika digabungan menjadi satu, destinasi wisata hijau memiliki arti bepergian untuk tujuan refreshing atau menambah pengetahuan dimana tujuannya merupakan tempat yang masih memiliki nuansa hijau berupa hutan.
Sumber gambar : Econusa.id |
Sekilas, melalui angka tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa daratan di Papua masih terselubung oleh pekatnya hutan. Apabila dilihat melalui udara, Papua akan terlihat begitu hijau karena hutannya yang masih alami dan rimbun.
Mungkin kita sering mendengar bahwa Papua sangat lekat dengan fauna Burung Cendrawasih. Memang itu benar. Burung yang termasuk dalam anggota famili Paradisaeidae dan dari ordo Passeriformes ini merupakan satwa endemik yang tersebar di wilayah Papua. Sebagai burung langka yang cantik, fauna ini sempat diburu secara ilegal oleh orang tak bertanggungjawab. Namun demikian, kita tak boleh membiarkan itu terjadi. Penangkapan Cendrawasih harus segera ditindak tegas oleh hukum!
Berbicara memgenai fauna, di Papua tak hanya tentang si burung surga ini lho!
Sumber gambar : Hutanpapua.id |
Sumber gambar : Pesona Indonesia |
Mungkin kita bisa membandingkan luas hutan Papua saat ini berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang aku tulis sebelumnya dengan data pada infografis dibawah ini. Berdasarkan data BPS total hutan saat itu sekitar 38.153.269 hektar. Bisa dibayangkan betapa besarnya luas hutan yang mengalami deforestasi hingga angka menyentuh 25.532.488 hektar.
Sumber gambar : Econusa.id |
Konservasi itu membutuhkan kolaborasi. Nah, selain pemerintah Papua sebagai pengambil kebijakan, ternyata ada sebuah yayasan nonprofit bernama Econusa yang menjadi jembatan komunikasi antara pemangku kepentingan di Indonesia Timur dengan mempromosikan nilai-nilai kedaulatan pengelolaan sumber daya alam dan konservasi kepada para pembuat kebijakan di daerah dan pusat.
Econusa memiliki misi untuk menjaga kemandirian masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan tidak memihak. Dalam mewujudkan itu, Econusa kemudian menginisiasi generasi muda di seluruh Indonesia, terkhusus di wilayah Indonesia timur untuk menjaga alam melalui kegiatan-kegiatan edukatif seperti kampanye menjaga Papua melalui media sosial, aksi bersama bersih pantai, School of Eco Diplomacy, melaksanakan Lokalatih media sosial untuk advokasi lingkungan hidup, hingga sosialisasi perihal Papua (Mari Cerita Papua) ke masyarakat.
Sumber gambar : Indonesiakaya.com |
2. Belajar hidroponik ala Mama Tobati-Enggros.
3. Ikut mencari Bianor, ikan, udang dan kepiting bersama para mama.
4. Menikmati sajian kuliner khas Kampung Tobati-Enggros termasuk Bianor dan Fodfod.
5. Berkunjung ke Jembatan Youtefa.
6. Mengikuti kegiatan-kegiatan adat masyarakat Tobati-Enggros.
7. Menulis kisah tentang aktivitas masyarakat dan mempublikasikannya.
Realita bahwa hutan Papua saat ini tengah terancam keberadaannya karena deforestasi sebenarnya membuat banyak pihak sedih, termasuk aku. Apalagi mendengar Kampung Tobati dan Enggros---kampung yang ingin kudatangi---mulai tercemar sampah-sampah dari kota. Sampah-sampah plastik hingga rumah tangga yang mengotori hutan perempuan dan sekitarnya.
Meskipun begitu, asa untuk memperbaiki tetaplah ada. Kerusakan berasal dari tangan milik kita, maka harus diperbaiki pula dengan tangan milik kita. Edukasi cinta Papua dan tanah air sejak dini, setidaknya mampu memberi gambaran nyata pada anak muda. Ya, itu yang aku percayai.
Sobat, itulah tujuh hal yang ingin kulakukan ketika bisa berkunjung ke Pulau Papua, tepatnya di wilayah wisata alam teluk Youtefa. Papua memang sungguh indah, memiliki berjuta cerita yang tak akan pernah padam. Pantaslah jika tiap orang termasuk aku memiliki mimpi untuk bertandang kesana. Mengenai keinginanku menjejak ke Kampung Tobati-Enggros, itu masih menggebu-gebu tersimpan di dalam batin. Semoga mimpi itu segera terealisasi. Amiin.
Sumber bacaan dan Referensi :
- https://www.instagram.com/econusa_id/
- https://www.econusa.id/
- https://noni.web.id/4-destinasi-wisata-hijau-papua-impian-saya/
- http://lintaspapua.com/2018/12/03/semakin-tinggi-pohon-sagu-semakin-berisi-dan-siap-ditebang/
- https://www.mongabay.co.id/2019/12/22/nasib-hutan-perempuan-kampung-enggros/
- https://kabarpapua.co/kampung-enggros-dan-tobati-potensi-agrowisata-baru-di-kota-jayapura/
- https://www.wikiwand.com/id/Rumah_Kariwari
- https://www.wisata.jayapurakota.go.id/kampung-tobati/
- https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/pantai-bersejarah-nan-cantik-di-bumi-papua
- https://www.bps.go.id/statictable/2013/12/31/1716/luas-kawasan-hutan-dan-kawasan-konservasi-perairan-indonesia-berdasarkan-surat-keputusan-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-s-d-desember-2018.html
- https://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/forest_spesies/tentang_forest_spesies/kehutanan/
- Youtube Netmediatama di https://www.youtube.com/watch?v=HV3dcMtpNYs&list=LL_MwAstq5bqpy9-Os8gJmJw&index=6&t=0s
selayaknya harta karun, Papua destinasi wisata hijau jangan sampai hilang. Pesona Hutan dan keaneka ragaman hayatinya biarkan lestari dan seiring sejalan dengan traveling yang bertanggung jawab. nice mbak :)
BalasHapusIya mas bener banget. Saat ini hutan yang jumlahny msh banyak di Indonesia ini ya Papua. Jangan sampai hijaunya hilang karena tindakan kita sendiri.
HapusMoga deh ada lomba hadiahnya ke Papua. Pengen banget Ikutan. Kalau menang bisa jalan gratis hihi
BalasHapusIya mas Amir, pengen banget bisa jalan2 ke Papua dan Propinsi lainnya :)
HapusWow..tak hanya alamnya yg keren..mama2 Papua pun pejuang ekonomi yg kereen.. Nurul..ikut dong kalau monmain ke sana... Oya, cakep tulisanmu ini.. semoga sukses ya..
BalasHapusAamiin Mbak, semoga ada rezeki bisa main bareng kesana.
HapusTerima kasih ya Mba Mechta 😍
Duh kok ikut ikutan mupeng ya semoga ini menjadi destinasi yang akan terwujud ya kak. Kan rejeki nggak ada yang tahu bukan...Aamiin.
BalasHapusIya kak, semoga saja. Lagian aku juga jarang banget denger mengenai destinasi ini hehe
HapusPapua ini menarik dan bikin penasaran yah, jadi pengen banget ke sana. Moga suatu hari bisa main ke sana bersama keluarga. Aku pengen banget liat kehidupan di sana dan menghirup udara segarnya
BalasHapusAamiin Mbak, semoga nggih. Mari kita saling mendoakan :)
Hapusingin banget ke papua dan liburan agak lama gitu menelusuru keindahan alamnya yang luar biasa
BalasHapusAku juga pengen Mbak. Toss dulu donk 😁
HapusAku juga mau pada suatu saat ke papua, maunya ke raha ampat, indah banget pemandangan di sana
BalasHapusSepertinya hampir setiap sudut Papua itu indah Mbak hehe
HapusJangan sampai deh Papua yg sehijau gini alamnya dirusak gara2 diubah jadi pusat industri. Kalaupun mau dioptimalkan sebagai destinasi wisata, senoga tetep terjaga kualitas alamnya
BalasHapusIya Mbak, harapannya sih demikian. Semoga saja
HapusBora bora inget upin ipin ka . hehehe
BalasHapusIndah banget ya emang papua walaupun cman baru bsa liat gambar di google dan di artikel kaya gini
Aku malah gak tahu Mbak di Upin Ipin wkwk
HapusAku dengar pertama Bora2 dari film Triple X :D
AKu jadi tau banyak tentang Papua berkat mampir ke blog ini.
BalasHapusDari mulai informasi mengenai hutan bakau hingga hutan alam di tanah Papua yang harus tetap kita jaga dan lestarikan.
Semoga semuanya ini tetap terjaga demi kebaikan dan warisan anak-cucu kita nanti.
Waaa begitu ya Mbak, semoga bermanfaat ya.
HapusAamin...
Ah saya jadi kangen ke tempat masa kecil saya dulu. Memang Papua ini masih banyak pohon2 hijau yang besar. Jadi tinggal disana itu rasanya sejuk banget. Saya aja betah dan kamgen mau kesana lagi. Makanya seneng ada lomba dari econusa nih jadi hilang kangennya.
BalasHapusMba Ade ternyata udah pernah pengalaman kesana ya? Keren berarti ya kak Papua itu. Bikin kangen 😁
Hapusjadi kangen ke papua.. kapan ya aku kesana.. duh duh abs ini dah siapin jalan-jalan lagi.. makasih infonya ka muti
BalasHapusAku belum pernah ke Papua Mbak.
BalasHapusSemoga aku pun bisa menyusuri keindahan Papua bersama yang tersayang ea ...
kudu siapin segalanya nih di Papua, termasuk kenalan hehehe biar gampang ngakses