Hati ini rasanya kaget bercampur perih ketika mendengar kabar duka datang dari seorang kawan. Kawan dekatku, kehilangan sang ibu yang dicintainya karena kanker payudara. Sebelumnya, sang ibu sempat dikabarkan membaik keadaannya setelah menjalani rawat jalan. Namun siapa sangka, beberapa minggu kemudian, keadaan beliau kembali memburuk dan datanglah berita duka itu.
Rasanya kehilangan orang tersayang itu seperti disayat pisau secara bertubi-tubi. Perih dan tak tertahankan. Tidak ada satu manusia pun yang mau hal tersebut terjadi. Apalagi jika kehilangan itu disebabkan oleh penyakit kanker. Sungguh, terlalu berat rasanya. Akupun tak sanggup membayangkan jika salah satu anggota keluargaku mengalaminya.
Kanker adalah salah satu penyakit mematikan yang masih menjadi momok mengerikan di Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa ia termasuk Penyakit Tidak Menular (PTM) yang prevalensinya mengalami kenaikan lima tahun terakhir. Bahkan, posisi penyakit ini berada di urutan kedua pengidap terbanyak setelah penyakit kardiovaskuler.
Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2018 sebesar 1,8% atau diperkirakan sekitar 475.185 jiwa (Riskesdas 2018). Jika dirinci berdasarkan jenis kelamin, kanker paru dan hati masih menjadi ancaman serius bagi penduduk laki-laki, sedangkan bagi perempuan, kanker payudara dan leher rahim memiliki angka pengidap cukup tinggi.
Berikut merupakan data yang dilansir dari GLOBOCAN (IARC) tahun 2018 diketahui bahwa kanker paru-paru merupakan penyakit kanker yang memiliki persentase kematian sebesar 13,8%. Disusul kanker Kolorektal dengan persentase angka kematian sebesar 10,9%, kanker payudara sebesar 10,7% dan kanker perut sebesar 8,5%.
Melihat realita berdasarkan data tersebut, jelas menunjukkan kepada kita bahwa kanker bukanlah penyakit yang bisa disepelekan. Ia termasuk penyakit tak menular (PTM) yang mampu merenggut siapapun yang kita cintai. Bahkan mungkin diri kita sendiri. Dengan demikian, kanker harus dicegah dan diwaspadai sejak awal, mengingat gejalanya tak begitu nampak.
Sebagai perempuan, ada perasaan ngilu dihati ketika mendengar kematian yang disebabkan oleh kanker payudara atau leher rahim. Aku pernah membayangkan, mereka yang menjadi penyintas harus menjalani berbagai terapi, minum banyak obat dan berjuang gigih menahan rasa sakit yang luar biasa itu, termasuk ibunda kawanku. Oh Tuhan, aku belum tentu sanggup jika menghadapi penyakit tersebut.
Ibunda kawanku bukan satu-satunya orang yang meninggal terkena kanker payudara. Dua artis Indonesia, Renita Sukardi dan Yana Zein juga meninggal dunia karenanya. Memang, kanker tak pernah pandang bulu, siapa pun orang bisa terkena, entah artis, guru, pengusaha, masyarakat biasa, presiden bahkan dokter sekalipun.
Nah, berkenaan dengan kanker, maka kita wajib memahami literasi mengenainya sekaligus berbagi ikhtiar untuk mengobati PTM yang satu ini. Salah satunya dengan memahami sebuah metode pengobatan baru bernama Imunoterapi.
Sebelum beranjak pada sharing mengenai Imunoterapi dan manfaatnya, ada baiknya kita memahami dulu mengenai kanker, faktor risiko hingga penyebabnya. Kanker adalah penyakit yang terjadi karena pertumbuhan sel jaringan tubuh yang abnormal sehingga sel abnormal itu kemudian bermutasi menjadi sel kanker.
Ada tiga faktor risiko yang bisa membuat orang mengidap penyakit kanker yakni faktor genetik, faktor karsinogenik (terpapar zat kimia, radiasi, virus, hormon, dan iritasi kronis), dan faktor perilaku/gaya hidup (Kebiasaan merokok, pola makan yang tidak sehat, konsumsi alkohol, dan kurang aktivitas fisik.).
Seperti yang pernah dikatakan sebelumnya, kanker bisa diidap oleh siapapun. Ia tak memandang umur, gender, atau profesi. Berdasarkan gambar di bawah ini, kita bisa menyaksikan bahwa umur <1 tahun hingga >75 tahun memiliki prevalensi pengidap kanker dengan angkanya masing-masing. Mirisnya, bayi usia <1 tahun memiliki angka lebih banyak dari usia 1-14 tahun.
Mengapa bayi juga bisa terkena penyakit kanker? Berdasarkan informasi yang diambil dari Pusdatin Dinkes 2015, kanker bisa disebabkan oleh faktor genetik, sehingga apabila ada orangtua memiliki riwayat pernah mengidap penyakit ini, kemungkinan besar keturunannya bisa mengalami hal yang sama. Cukup mengerikan memang.
Namun demikian, selain risiko genetik, perilaku hidup tak sehat dan pencemaran lingkungan oleh zat-zat karsinogenik, juga bisa berpotensi memunculkan mutasi tak wajar pada sel-sel tubuh sehingga bertransformasi menjadi sel kanker. Sel-sel kanker yang berkembang terlalu cepat akan membuat orang terkena penyakit kanker atau tumor ganas.
Berbicara mengenai penyakit kanker, terkadang pikiran ini tak mau diam untuk mecuatkan beragam pertanyaan, semisal seperti apakah kanker bisa diobati oleh imunitas tubuh kita sendiri layaknya penyakit cacar air atau influenza? Pertanyaan ini menjadi cukup menarik lantaran saat ini, diketahui ada sebuah metode melawan kanker menggunakan imunitas bernama Imunoterapi. Sebelum berbicara mengenai imunoterapi, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu bagaimana kerja imunitas dalam tubuh manusia.
Pada dasarnya tubuh kita itu unik karena memiliki sistem kekebalan tubuh yang mampu mendeteksi sel maupun zat berbahaya. Pernahkah melihat Drama Korea Selatan bertemakan kerajaan? Layaknya drama tersebut, imunitas itu seperti pasukan kerajaan lengkap dengan baju zirah, pedang dan tameng. Sedangkan kerajaan diibaratkan seperti tubuh. Ketika para pasukan sehat dan kuat, otomatis kerajaan yang dijaga oleh mereka akan terhindar dari serangan pihak lain. Namun jika pasukan tersebut lemah, musuh bisa menyerang kapan saja dengan mudahnya.
Di dalam tubuh terdapat sel yang membantu kinerja sistem imun bernama Sel T. Layaknya sel darah merah, Sel T terbentuk di sum-sum tulang belakang dan dimatangkan oleh kelenjar getah bening. Sel inilah yang bertugas menghancurkan virus atau sel obnormal yang dirasa berbahaya bagi tubuh. Jika diibaratkan dengan pasukan kerajaan, sel T ini merupakan garda terdepan yang bertugas menghancurkan musuh ketika menyerang.
Nah, dalam kaitannya dengan tubuh manusia, sebenarnya sel kanker pun akan tunduk apabila terindentifikasi keberadaannya oleh sel T. Hanya saja ada suatu protein bernama PD-L1 yang menghalangi sel T ini untuk melawan. Sebab, protein PD-L1 mengaburkan informasi seolah sel kanker yang berkembang di tubuh merupakan sel normal.
Jika ini terjadi, otomatis sistem imun tak bisa menghancurkan sel-sel kanker karena menganggap keberadaan mereka sebagai sel normal dan tak membahayakan tubuh. Imbasnya, sel kanker akan terus berkembang dan menjadi penyakit yang mematikan. Jika sudah seperti ini, maka orang bisa terkena penyakit kanker.
Kanker merupakan mimpi buruk bagi tiap orang. Saat ini berbagai pihak telah berusaha melakukan penelitian agar mampu menemukan solusi pencegahan hingga pengobatannya mulai dari terapi radiasi hingga kemoterapi. Kedua pengobatan ini memang cukup ampuh membunuh sel-sel kanker. Hanya saja, risiko yang bisa terjadi adalah kerusakan sel normal hingga sel T yang berfungsi sebagai “eksekutor” bagi sel abnormal.
Adanya konsen akan risiko tersebut, dikembangkanlah metode baru dalam dunia Onkologi—bernama Imunoterapi—yakni pengobatan melawan kanker menggunakan imun tubuh sebagai pemeran utamanya. Menurut informasi dari Kalahkankanker.com, Imunoterapi kanker bertujuan untuk menstimulasi sistem imun untuk secara spesifik menargetkan dan membunuh sel kanker.
Seperti yang telah diungkap sebelumnya bahwa imunitas tubuh manusia memiliki peran untuk menghancurkan sel-sel abnormal. Namun karena pengaruh protein bernama PD-L1 yang bersifat mengaburkan informasi, sel abnormal yang seharusnya bisa dihancurkan oleh sel T akhirnya dibiarkan dan berkembang menjadi daging tumbuh yang membahayakan.
Pada pengobatan Imunoterapi ini, tubuh akan mendapatkan zat yang berfungsi untuk mencegah protein PD-L1 menutup informasi sel kanker sebagai sel normal. Ada dua teknik yang bisa dilakukan berdasarkan informasi dari Hallosehat.com. Yang pertama ialah merangsang sistem kekebalan pada tubuh kita demi menghentikan pertumbuhan dan perkembang sel kanker. Yang kedua dengan memberikan zat kimia khusus yang memiliki fungsi dan sifat seperti imun, misalnya protein imun.
Imunoterapi memang belum digunakan secara optimal dalam pengobatan layaknya radioterapi atau kemoterapi. Di Indonesia sendiri, ia masih dalam tahap pengembangan dan penelitian. Bagaimana tidak? Sistem imun merupakan suatu kajian yang cukup rumit. Perlu penelitian lebih lanjut karena masing-masing orang punya cara kerja yang berbeda pada imun mereka begitupula pula dengan sel kanker yang memiliki cara mutasi yang berbeda-beda.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari Republika.co.id penggunaan Imunoterapi dalam pengobatan kanker di negara maju seperti Amerika telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA). FDA Amerika serikat bahkan menyetujui penggunaaan Imunoterapi pada kasus penyakit kanker Paru-paru dan Melanoma (kanker kulit) stadium lanjut.
Hasilnya? Uji coba klinis yang dilakukan pada kanker paru-paru menunjukkan kelangsungan hidup penyintas dari dari 8,2 bulan menjadi 9,2 bulan. Bukan hanya itu saja, menurut peneliti angka kelangsungan hidup pada penderita Melanoma menjadi 94%. Meskipun Imunoterapi belum sepenuhnya bisa digunakan untuk mengobati semua jenis penyakit kanker, namun berita mengenai keberadaannya cukup membawa angin segar bagi dunia medis.
Kanker masih menjadi momok menakutkan bagi setiap orang. Berbagai cara dilakukan untuk mengobati mereka yang terlanjur menjadi penyintas. Namun demikian, setiap penelitian terus dilakukan agar penyakit ini dapat dicegah bahkan diobati. Meski terlihat begitu sulit, namun asa demi kesembuhan tetaplah ada.
Oleh karena hal tersebut, munculah inovasi pengobatan bernama Imunoterapi yang berfungsi mengoptimalkan fungsi imun dan mencegah pembuyaran informasi sel kanker oleh protein PD-L1. Harapannya, penyakit kanker bisa diobati layaknya penyakit cacar air atau influenza dimana kesembuhannya bergantung pada kekuatan imunitas tubuh kita.
Meski ada harapan baru bernama Imunoterapi, namun hal utama yang bisa dilakukan adalah melakukan pencegahan agar sel-sel kanker tak berkembang di dalam tubuh, yakni melalui pelaksanaan pola hidup sehat, rajin beraktivitas fisik, menghindari zat karsinogenik, menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta menghubungi dokter untuk berkonsultasi lebih lanjut mengenai penyebab, gejala hingga pencegahan kanker.
Ingat, kanker bisa mengenai siapa saja, bahkan diri kita sendiri. Sehingga, mulai melawannya sejak dini merupakan sebuah keharusan. Nah, apabila kamu membutuhkan informasi berkenaan dengan kanker dan Imunoterapi, kamu bisa mengaksesnya di www.kalahkankanker.com.
Referensi :
Rasanya kehilangan orang tersayang itu seperti disayat pisau secara bertubi-tubi. Perih dan tak tertahankan. Tidak ada satu manusia pun yang mau hal tersebut terjadi. Apalagi jika kehilangan itu disebabkan oleh penyakit kanker. Sungguh, terlalu berat rasanya. Akupun tak sanggup membayangkan jika salah satu anggota keluargaku mengalaminya.
Kanker adalah salah satu penyakit mematikan yang masih menjadi momok mengerikan di Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa ia termasuk Penyakit Tidak Menular (PTM) yang prevalensinya mengalami kenaikan lima tahun terakhir. Bahkan, posisi penyakit ini berada di urutan kedua pengidap terbanyak setelah penyakit kardiovaskuler.
Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2018 sebesar 1,8% atau diperkirakan sekitar 475.185 jiwa (Riskesdas 2018). Jika dirinci berdasarkan jenis kelamin, kanker paru dan hati masih menjadi ancaman serius bagi penduduk laki-laki, sedangkan bagi perempuan, kanker payudara dan leher rahim memiliki angka pengidap cukup tinggi.
Berikut merupakan data yang dilansir dari GLOBOCAN (IARC) tahun 2018 diketahui bahwa kanker paru-paru merupakan penyakit kanker yang memiliki persentase kematian sebesar 13,8%. Disusul kanker Kolorektal dengan persentase angka kematian sebesar 10,9%, kanker payudara sebesar 10,7% dan kanker perut sebesar 8,5%.
Sebagai perempuan, ada perasaan ngilu dihati ketika mendengar kematian yang disebabkan oleh kanker payudara atau leher rahim. Aku pernah membayangkan, mereka yang menjadi penyintas harus menjalani berbagai terapi, minum banyak obat dan berjuang gigih menahan rasa sakit yang luar biasa itu, termasuk ibunda kawanku. Oh Tuhan, aku belum tentu sanggup jika menghadapi penyakit tersebut.
Ibunda kawanku bukan satu-satunya orang yang meninggal terkena kanker payudara. Dua artis Indonesia, Renita Sukardi dan Yana Zein juga meninggal dunia karenanya. Memang, kanker tak pernah pandang bulu, siapa pun orang bisa terkena, entah artis, guru, pengusaha, masyarakat biasa, presiden bahkan dokter sekalipun.
Sebelum beranjak pada sharing mengenai Imunoterapi dan manfaatnya, ada baiknya kita memahami dulu mengenai kanker, faktor risiko hingga penyebabnya. Kanker adalah penyakit yang terjadi karena pertumbuhan sel jaringan tubuh yang abnormal sehingga sel abnormal itu kemudian bermutasi menjadi sel kanker.
Ada tiga faktor risiko yang bisa membuat orang mengidap penyakit kanker yakni faktor genetik, faktor karsinogenik (terpapar zat kimia, radiasi, virus, hormon, dan iritasi kronis), dan faktor perilaku/gaya hidup (Kebiasaan merokok, pola makan yang tidak sehat, konsumsi alkohol, dan kurang aktivitas fisik.).
Seperti yang pernah dikatakan sebelumnya, kanker bisa diidap oleh siapapun. Ia tak memandang umur, gender, atau profesi. Berdasarkan gambar di bawah ini, kita bisa menyaksikan bahwa umur <1 tahun hingga >75 tahun memiliki prevalensi pengidap kanker dengan angkanya masing-masing. Mirisnya, bayi usia <1 tahun memiliki angka lebih banyak dari usia 1-14 tahun.
Mengapa bayi juga bisa terkena penyakit kanker? Berdasarkan informasi yang diambil dari Pusdatin Dinkes 2015, kanker bisa disebabkan oleh faktor genetik, sehingga apabila ada orangtua memiliki riwayat pernah mengidap penyakit ini, kemungkinan besar keturunannya bisa mengalami hal yang sama. Cukup mengerikan memang.
Namun demikian, selain risiko genetik, perilaku hidup tak sehat dan pencemaran lingkungan oleh zat-zat karsinogenik, juga bisa berpotensi memunculkan mutasi tak wajar pada sel-sel tubuh sehingga bertransformasi menjadi sel kanker. Sel-sel kanker yang berkembang terlalu cepat akan membuat orang terkena penyakit kanker atau tumor ganas.
Berbicara mengenai penyakit kanker, terkadang pikiran ini tak mau diam untuk mecuatkan beragam pertanyaan, semisal seperti apakah kanker bisa diobati oleh imunitas tubuh kita sendiri layaknya penyakit cacar air atau influenza? Pertanyaan ini menjadi cukup menarik lantaran saat ini, diketahui ada sebuah metode melawan kanker menggunakan imunitas bernama Imunoterapi. Sebelum berbicara mengenai imunoterapi, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu bagaimana kerja imunitas dalam tubuh manusia.
Pada dasarnya tubuh kita itu unik karena memiliki sistem kekebalan tubuh yang mampu mendeteksi sel maupun zat berbahaya. Pernahkah melihat Drama Korea Selatan bertemakan kerajaan? Layaknya drama tersebut, imunitas itu seperti pasukan kerajaan lengkap dengan baju zirah, pedang dan tameng. Sedangkan kerajaan diibaratkan seperti tubuh. Ketika para pasukan sehat dan kuat, otomatis kerajaan yang dijaga oleh mereka akan terhindar dari serangan pihak lain. Namun jika pasukan tersebut lemah, musuh bisa menyerang kapan saja dengan mudahnya.
Di dalam tubuh terdapat sel yang membantu kinerja sistem imun bernama Sel T. Layaknya sel darah merah, Sel T terbentuk di sum-sum tulang belakang dan dimatangkan oleh kelenjar getah bening. Sel inilah yang bertugas menghancurkan virus atau sel obnormal yang dirasa berbahaya bagi tubuh. Jika diibaratkan dengan pasukan kerajaan, sel T ini merupakan garda terdepan yang bertugas menghancurkan musuh ketika menyerang.
Jika ini terjadi, otomatis sistem imun tak bisa menghancurkan sel-sel kanker karena menganggap keberadaan mereka sebagai sel normal dan tak membahayakan tubuh. Imbasnya, sel kanker akan terus berkembang dan menjadi penyakit yang mematikan. Jika sudah seperti ini, maka orang bisa terkena penyakit kanker.
Kanker merupakan mimpi buruk bagi tiap orang. Saat ini berbagai pihak telah berusaha melakukan penelitian agar mampu menemukan solusi pencegahan hingga pengobatannya mulai dari terapi radiasi hingga kemoterapi. Kedua pengobatan ini memang cukup ampuh membunuh sel-sel kanker. Hanya saja, risiko yang bisa terjadi adalah kerusakan sel normal hingga sel T yang berfungsi sebagai “eksekutor” bagi sel abnormal.
Adanya konsen akan risiko tersebut, dikembangkanlah metode baru dalam dunia Onkologi—bernama Imunoterapi—yakni pengobatan melawan kanker menggunakan imun tubuh sebagai pemeran utamanya. Menurut informasi dari Kalahkankanker.com, Imunoterapi kanker bertujuan untuk menstimulasi sistem imun untuk secara spesifik menargetkan dan membunuh sel kanker.
Pada pengobatan Imunoterapi ini, tubuh akan mendapatkan zat yang berfungsi untuk mencegah protein PD-L1 menutup informasi sel kanker sebagai sel normal. Ada dua teknik yang bisa dilakukan berdasarkan informasi dari Hallosehat.com. Yang pertama ialah merangsang sistem kekebalan pada tubuh kita demi menghentikan pertumbuhan dan perkembang sel kanker. Yang kedua dengan memberikan zat kimia khusus yang memiliki fungsi dan sifat seperti imun, misalnya protein imun.
Imunoterapi memang belum digunakan secara optimal dalam pengobatan layaknya radioterapi atau kemoterapi. Di Indonesia sendiri, ia masih dalam tahap pengembangan dan penelitian. Bagaimana tidak? Sistem imun merupakan suatu kajian yang cukup rumit. Perlu penelitian lebih lanjut karena masing-masing orang punya cara kerja yang berbeda pada imun mereka begitupula pula dengan sel kanker yang memiliki cara mutasi yang berbeda-beda.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari Republika.co.id penggunaan Imunoterapi dalam pengobatan kanker di negara maju seperti Amerika telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA). FDA Amerika serikat bahkan menyetujui penggunaaan Imunoterapi pada kasus penyakit kanker Paru-paru dan Melanoma (kanker kulit) stadium lanjut.
Hasilnya? Uji coba klinis yang dilakukan pada kanker paru-paru menunjukkan kelangsungan hidup penyintas dari dari 8,2 bulan menjadi 9,2 bulan. Bukan hanya itu saja, menurut peneliti angka kelangsungan hidup pada penderita Melanoma menjadi 94%. Meskipun Imunoterapi belum sepenuhnya bisa digunakan untuk mengobati semua jenis penyakit kanker, namun berita mengenai keberadaannya cukup membawa angin segar bagi dunia medis.
Oleh karena hal tersebut, munculah inovasi pengobatan bernama Imunoterapi yang berfungsi mengoptimalkan fungsi imun dan mencegah pembuyaran informasi sel kanker oleh protein PD-L1. Harapannya, penyakit kanker bisa diobati layaknya penyakit cacar air atau influenza dimana kesembuhannya bergantung pada kekuatan imunitas tubuh kita.
Meski ada harapan baru bernama Imunoterapi, namun hal utama yang bisa dilakukan adalah melakukan pencegahan agar sel-sel kanker tak berkembang di dalam tubuh, yakni melalui pelaksanaan pola hidup sehat, rajin beraktivitas fisik, menghindari zat karsinogenik, menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta menghubungi dokter untuk berkonsultasi lebih lanjut mengenai penyebab, gejala hingga pencegahan kanker.
Ingat, kanker bisa mengenai siapa saja, bahkan diri kita sendiri. Sehingga, mulai melawannya sejak dini merupakan sebuah keharusan. Nah, apabila kamu membutuhkan informasi berkenaan dengan kanker dan Imunoterapi, kamu bisa mengaksesnya di www.kalahkankanker.com.
Referensi :
- https://kalahkankanker.com/imunoterapikanker/
- https://kalahkankanker.com/kanker/fakta-kanker/
- https://gco.iarc.fr/
- https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/imunoterapi-untuk-kanker/
- https://www.alodokter.com/memahami-imunoterapi-sebagai-pengobatan-kanker
- https://www.inews.id/lifestyle/health/mengenal-anti-pd-l1-imunoterapi-untuk-pengobatan-kanker-stadium-lanjut
- https://www.roche.co.id/id/sekilas_tentang_roche/lingkup_usaha/farmasi/onkologi/imunoterapikanker.html
Saya mengikutsertakan tulisan saya pada lomba "Kalahkan Kanker dengan Imunoterapi" dan menyatakan bahwa:
- Tulisan yang dimuat di blog adalah hasil karya saya pribadi dan belum pernah dipublikasikan dimana pun.
- Menyatakan kesediaan tulisan yang dimuat di blog untuk dimasukkan pada website www.kalahkankanker.com dimana akan juga disebutkan nama dan website asli blog penulis.
- Bukan merupakan karyawan dan/atau keluarga dari karyawan Mothers on Mission ataupun Roche.
Dengan adanya Imunoterapi tuk penderita kanker diharapkan dapat menyembuhkan.
BalasHapusKarena seperti yang diketahui kanker merupakan penyakit pembunuh no.1 di Indonesia.
Terlepas dari itu semua,marilah dengan penuh kesadaran mulai dengan gaya hidup sehat serta berolahraga
Iya kak, bener sekali. Imunoterapi merupakan ikhtiar jika sudah terlanjur kena kanker, tapi lebih utama menjaga tubuh agar terhindar dari penyakit tersebut ;)
Hapusya mba, kanker tidak mengenal usia , kelamin baik anak-anak maupun orang tua. maka nya perlu menjaga kesehatan
BalasHapusBenet banget kak :)
HapusTerima kasih sudah membaca ulasannya kak :)
Selagi bisa kita harus menjaga kesehatan dengan pola makan dan hidup yang baik ya mba. Apalagi makanan dan minuman kekinian yang ga sehat ada banyak
BalasHapusBener banget mbak, imunoterapi adalah ikhtiar, lebih dari itu menjaga pola makan tetap menjadi hal yg perlu dilakukan utk mencegah kanker :)
Hapusnah faktor perilaku bisa dikurangi agar kemungkinan kena penyakit berkurang yaa
BalasHapusIya Bang, untuk faktor risiko bisa kurangi dengan pola hidup yang sehat, untuk mereka penyintas menggunakan Imunoterapi sebagai salah satu pengobatannya :)
Hapus