Sumber gambar : Grid.id (edit gambar oleh penulis) |
Nah, bagi pasangan yang baru memasuki masa-masa merajut rumah tangga, ada baiknya jika menerapkan beberapa prinsip yang mungkin cocok untuk membangun kebiasaan mengelola keuangan. Ya, meskipun aku sendiri belum berumah tangga, tapi tulisan ini juga berkaitan dengan pembelajaran buatku ketika berumah tangga nanti.
Pengalaman mengelola keuangan telah kupelajari dari beberapa orang didekatku. Dari orangtua, teman, saudara dan dari mereka yang gagal hingga berhasil. Intinya, aku ingin berbagi uneg-uneg berdasarkan beberapa pengalaman orang terdekat yang telah menjalani rumah tangga.
Sumber gambar : Wartaekonomi |
1. Menabung itu penting
Apakah menurut kamu menabung itu terdengar penting? Bagi sebagian orang mungkin mendorong kebiasaan menabung itu susah-susah gampang. Apalagi bagi kita yang belum memiliki penghasilan tetap. Bekerja sebagai freelancer misalnya yang hanya mendapatkan pemasukan ketika job datang. Mau menabung, eh uang habis untuk pembayaran ini dan itu. Well, akhirnya uang di rekening berkurang sedikit demi sedikit. Terus nabungnya kapan?
Yaps, aku akui itu memang problematika yang sering dihadapi oleh aku atau mungkin kamu. Toh mereka yang bukan freelancer belum tentu mau menyisihkan uang untuk menabung. Alasannya variatif. Berkenaan lifestyle bisa jadi alasan orang tersebut cukup uang namun tak mau menabung. Padahal selain membantu mencukupi kebutuhan dimasa mendatang dan yang mendadak, menabung juga mengajarkan diri kita untuk mengendalikan diri dalam urusan beli membeli yang tak dibutuhkan.
Nah dalam berumah tangga juga demikian, menabung untuk keperluan masa depan sangatlah penting. Bagi pasangan yang telah memiliki finansial yang cukup, itu bisa menjadi cara bagi mereka untuk belajar bekerjsama. Aku punya pengalaman menyaksikan pasangan yang sering keteteran ketika menghadapi kondisi yang tak diharapkan, seperti tiba-tiba anak harus masuk rumah sakit atau bajir bandang membuat kondisi rumah kacau balau. Karena tak memiliki cadangan uang, pasangan tersebut akhirnya kebingungan.
2.Bekerjasama dalam menyusun Keuangan Rumah Tangga
Ini merupakan salah satu lanjutan dalam poin satu tadi. Diusahakan setiap kali melakukan apapun, ada kerjasama antara pasangan. Misalnya rencana post-post keuangan. Antara pemasukan dan pengeluaran minimal seimbang. Berdiskusi mengenai pembelian-pembelian apa saja yang bisa dilakukan sehingga tak membebani keuangan. Jangan sampai semisal si istri atau suami membeli sesuatu tanpa si pasangan mengetahui, lalu diakhir bulan mereka berdebat masalah keuangan yang membengkak karena tak ada kerjasama.
3.Rencanakan Kebutuhan Mendatang
Merencanakan kebutuhan di masa mendatang itu penting banget bagi pasangan suami istri. Dalam berumah tangga, tentu saja akan ada keuangan yang dikorbankan untuk melakukan pembelian barang-barang. Nah, pertanyaannya, itu untuk membeli yang dibutuhkan atau diinginkan.
Dalam ilmu ekonomi tuh ada pembagian barang. Barang primer (kebutuhan utama yang tak bisa diganggu gugat), kebutuhan Sekunder (kebutuhan yang dibutuhkan tetapi apabila tak terpenuhi juga bukan menjadi masalah), dan kebutuhan Tersier (kebutuhan tambahan/barang-barang mewah). Kebutuhan yang harus didahulukan tentu saja yang pertama.
Selain pemenuhan kebutuhan primer, mungkin kita juga menilik atas dasar kegunaan. Semisal, kita membutuhkan mesin cuci karena tangan mengalami luka parah jika mencuci menggunakan tangan. Mesin cuci merupakan barang sekunder, tetapi jika nilai kebutuhannya besar dan keuangan cukup, maka bisa juga membelinya. Berhubungan dengan barang, sebagai pasangan perlu banget untuk mengestimasi apa saja yang bisa dibeli dengan kepentingan paling mendesak.
4.Kelola Lifestyle
Sesekali memenuhi lifestyle itu tak masalah. Apalagi jika itu mampu membuat relaksasi dalam hubungan rumah tangga. Namun yang perlu kita pahami bahwa lifestyle harus berbanding lurus dengan keuangan yang kamu miliki. Jangan sampai, kamu memiliki keuangan yang belum mapan, namun pemenuhan lifestylemu begitu tinggi. Aku pernah bertemu dengan beberapa orang yang secara finansial belum terlalu mapan, namun karena gaya hidup yang sangat tinggi membuat ia harus menghabiskan sebagian besar uangnya untuk memenuhi gaya hidupnya. Jika ini dilanjutkan hingga jenjang rumah tangga, bisa-bisa pengelolaan keuangan rumah tangga bisa tergerus.
5.Hindari Kebiasaan Berhutang
Apakah berhutang itu boleh? Tentu saja tak ada yang melarang untuk berhutang. Hanya saja, sebagai seorang individu maupun ketika sudah berpasangan, menghindari kebiasaan berhutang itu aku rasa perlu. Berhutang bukan digunakan untuk memenuhi lifestyle, namun sebagai cara terakhir ketika kita tak menemukan solusi atas kendala keuangan yang kita hadapi. Semisal kita butuh dana untuk sekolah anak, kita hanya memiliki dana Rp 2 juta sedangkan yang dibutuhkan untuk memenuhi kewajiban adalah Rp 2,5 juta. Apabila kita tak memiliki cukup uang, kita bisa meminjam sementara dana dari pihak manapun yang kita percayai.
Tapi bagaimana jika berhutang untuk lifestyle? Tidak! Secara tegas aku menyarankan untuk tidak berhutang hanya untuk memenuhi gaya hidup. Iya kalau kamu seorang single dan memiliki cukup dana untuk mengembalikannya. Jika tidak? Kamu akan sangat kesulitan dalam mengelola finansial yang kamu miliki.
Dalam kehidupan rumah tangga, kita tak hanya memikirkan hidup kita sendiri. Ada hak pasangan, anak dan lain sebagainya. Jika dirasa hutang mampu memunculkan masalah finansial, ada baiknya kita kaji kembali bersama pasangan, cara paling afdol agar bisa terhindar dari berhutang. Sedikit taambahan, hutang yang produktif menurutku adalah ketika kita sudah memilkirkan benefit yang didapatkan dari berhutang itu. Semisal, kita berniat berhutang untuk berwirausaha, maka kita sudah memiliki perencanaan pengelolaan dana dari berhutang hingga risiko-rissko yang mungkin bisa terjadi.
Tentang ulasan berhutang, mungkin lain kali akan aku bahas lebih lanjut dalam blog yang sama. Terutama mengenai pengalaman hidup dilingkungan keluarga yang sering berhutang. Tentang kelebihan dan kekurangaannya. Yap, demikianlah opiniku mengenai kebiasaan-kebiasaan dalam mengelola finansial dalam rumah tangga. Sebenarnya ini juga bisa diterapkan pada mereka yang masih single agar membiasakan diri dengan sesuatu yang baik. Saat ini aku juga tengah belajar mengelola keuanganku sendiri agar tak menjadi sosok yang “Lebih banyak pengeluaran daripada pemasukan”. Salam.
Kalau berencana punya anak, siapkan tabungan pendidikan sejak tahun pertama pernikahan, bahkan sebelum bayi lahir juga tak masalah. Karena semakin lama dana pendidikan semakin mahal.
BalasHapusBener banget mba, aku juga berniat seperti itu kalau berumahtangga nanti. Biar anak bisa mendapatkan hak pendidikannya :)
HapusKalau semua direncanakan seperti ini keuangan pasti bisa tertib ya. Dan sehat keuangan dalam rumah tangga bukan sesuatu yang tidak mungkin..
BalasHapusIyap, bener Mba. Apa2 sekarang mah emang kudu direncanakan. Sehat keuangan itu penting e
HapusMenabung itulah yang bikin aku lumayan enteng mikir utk biaya sekolah dan apa pun.
BalasHapusAlhamdulillah, luar biasa ya mba manfaat menabung itu :)
HapusSetuju banget sama poin keempat bahwa lifestyle harus berbanding lurus dengan kondisi keuangan rumah tangga, kalau nggak disesuaikan bisa berantakan deh, apalagi kalau udah punya anak, hmmm bisa-bisa biaya pendidikan terganggu juga demi memenuhi lifestyle ~
BalasHapusIya, makany itu perlu diskusi bersama sih mba terkait pengelolaan keuangan. Jangan sampai deh salah satu orang memiliko lifestyle tinggi tapi gak lihat keadaan keluarga.
HapusAku setuju banget nihhh menabung itu penting. Musti punya simpanan apalagi yang deposito yang ga diambil ambil heheh
BalasHapus