Sumber gambar : Kaskus |
Suatu hari saat buka-buka timeline di instagram aku menemukan sebuah meme yang menggelitik sekaligus menohok. Meme itu berisi informasi kalau untuk memahami perempuan dibutuhkan keahlian dan kesabaran tingkat tinggi. Yaps, itu karena perempuan sering menggunakan kode-kode saat memiliki keinginan. Misal, kalau perempuan ngomong “terserah” atau “gapapa” itu berarti kode bahwa ada sesuatu yang berlawanan dengan kata itu.
Adakalanya perempuan melontarkan kata-kata semacam itu ketika sudah kesal dengan pasangannya yang bertindak tak sesuai keinginan. Ya, ia sebenarnya butuh kalimat penenang dari pasangannya meski sekadar basa-basi. Istilah kerennya itu, kepekaan. Hanya saja, tak semua laki-laki memahami dan sesabar itu menghadapi perempuan yang suka menggunakan kode-kodean.
Sebagai perempuan, aku sadar, aku juga pernah mengatakan kata terserah dan gapapa ketika mood sedang buruk plus bertemu kondisi yang buruk pula. Lepas dari kehidupan percintaan. Dalam pertemanan pun, saat aku malas untuk bicara panjang lebar, kata andalanku adalah terserah atau gapapa. Padahal dibalik kata yang terlontar itu, sebenarnya ada rasa kesal yang luar biasa dalam hati.
Ya itu dulu, saat aku masih meninggikan ego pribadiku sebagai seorang perempuan. Semakin dewasa dan semakin banyak hal yang kupelajari, aku jadi berpikir lebih terbuka. Kadang aku berpikir dengan memposisikan diri sebagai sosok laki-laki yang punya pasangan suka kode-kodean, terutama memakai kata andalan “Terserah” atau “Gapapa”. Kezel juga membayangkannya.
Girls, kadangkala saat kita kesal, kalimat-kalimat kode memang secara otomatis keluar. Namun plis, jangan dibiasakan. Menurutku, kata-kata itulah yang sering memunculkan masalah. Banyak pertengkaran tak terselesaikan karena terlalu seringnya kita mengungkapkan sesuatu secara tak gamblang. Penuh bahasa kode yang tak dimengerti oranglain.
Aku membaca sebuah curhat seorang suami terhadap istrinya yang beberapa waktu terakhir memiliki perubahan setelah menikah. Awalnya hubungan mereka baik-baik saja. Namun, entah karena alasan yang tak jelas, si istri menjadi dingin dan bertingkah tak seperti biasanya. Ketika si suami bertanya alasan perubahannya itu, si istri selalu menjawab dengan kata “Gapapa”.
Melalui jawaban itu, tentu si suami menjadi bingung. Padahal, dalam curhat tersebut, si suami merasa tak memiliki kesalahan. Ia tak pernah berselingkuh, ia selalu menafkahi, ia bersikap lembut pada istrinya. Ya, ia merasa bahwa apapun yang ia lakukan sudah benar dan sesuai ketentuan rumah tangga mereka. Namun, tetap saja si istri bersikap dingin dan kasar.
Terlepas dari faktor lain yang mungkin saja belum diceritakan si suami, ada beberapa hal yang ingin kugaris bawahi, yakni kata terserah yang selalu dilontarkan oleh si istri dan dampaknya bagi kehidupan rumah tangga mereka. Kata terserah bisa menimbulkan masalah. Bisa jadi si suami memang melakukan kesalahan, tapi karena si istri tak gamblang dalam berbicara, akhirnya si suami jadi tak menyadariya.
Mau menunggu sampai si suami peka dan tahu sendiri alasan si istri marah? Jangan harap. Manusia memiliki titik jenuh dimana itu bisa menjadi bomerang bagi si istri. Kata terserah itu jika terus dilanjutkan penggunaannya bisa menimbulkan kesalahpahaman berkepanjangan.
Plis girl, kalau ada apa-apa ya mbok langsung diomongin. Jangan kebiasaan pakai kode-kodean kali. Aku saja sebagai perempuan, kadang sering merasa jengkel dengan kata kode semacam itu. Manusia itu punya daya nalar dan kepekaan yang berbeda. Ada yang bisa paham segera dengan kode-kode yang diberikan tapi tak sedikit pula yang tak peka.
Aku tahu kalau kita jengkel, kita menjadi orang yang sulit untuk meluapkan kekesalan kita. Kita menjadi manusia yang ahli dalam ilmu bahasa pemrograman. Penuh kode-kode yang cukup sulit untuk dipahami. Tapi sekali lagi, jangan dibiasakan. Ya, itu bisa menimbulkan persepsi buruk tentang sifat perempuan.
Aku setuju jika komunikasi menjadi bagian penting dalam sebuah hubungan. Entah hubungan antar pasangan, sahabat, rekan kerja dan sebagaianya. Aku sadar, kadang kata terserah atau gapapa sering terlontar secara otomatis saat kesal. Namun kita sendiri yang harus membatasinya. Kita sendiri yang harus belajar untuk menjadi gamblang, agar oranglain tak salah paham atau tahu kesalahannya.
Well, kegambalngan kita juga bisa membantu membenahi tindakan oranglain yang tak kita sukai lho—itu bisa menjadi semacam kritik yang tentu saja penyampaiannya harus hati-hati dan tak mempermalukan.
Jangan sampai meme-meme yang tersebar mendiskreditkan perempuan sebagai sosok yang sulit dipahami karena tindakan-tindakan yang kita lakukan. Yes, kita sendiri yang menentukan bagaimana orang berpikir tentang diri kita. Soalnya nih, bisa jadi dengan adanya meme-meme itu, kita memaklumi perilaku kita dan menjadi sosok yang menyebalkan dimata pasangan atau oranglain. Mari kurangi kebiasaan itu dan kita belajar mengungkapkan perasaan girls!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam