“Kota batik di Pekalongan, bukan Solo bukan Jogja”
Siapa yang kenal dengan lirik lagu yang dibuat oleh grup band Slank tersebut? Cungggg!!! Hmm, sepertinya hampir setiap anak muda yang suka dengan lagu-lagu milik Slank pasti sudah pernah tahu dan mendengarnya. Termasuk aku.
Pekalongan kota Batik. Ya, tak salah memang. Hal itu didasari banyaknya masyarakat yang masih mempertahankan usaha turun temurun sebagai pengrajin batik. Selain itu, kita bisa dengan mudah menemukan toko-toko yang menjual aneka batik mulai dari baju, sandal, sprei hingga kain batik yang belum dibuat.
Pemerintah kota Pekalongan sendiri menjadikan kata “Batik” sebagai akronim dari “Bersih, Aman, Tertib, Indah, Komunikatif” untuk mempertegas identitas budaya yang dimiliki. Tak heran, hampir tiap orang yang melancong kesini akan termindset untuk menjadikan batik sebagai oleh-oleh.
Bagi para wisatawan yang mencari batik, Pekalongan tak hanya menyediakannya lewat toko-toko di pinggir jalan. Kota ini juga dikenal memiliki pasar yang menjual batik dengan harga grosir. Pasar Setono namanya.
Sumber gambar : Suara Merdeka |
Pasar Setono termasuk area wisata belanja yang disukai oleh wisatawan. Bagaimana tidak, iai dikenal memiliki harga yang ramah kantong dan menjual beragam jenis cenderamata batik. Bahkan, para penjual baju batik lokal pun menjadikan pasar ini sebagai tempat “Kulakan” dagangan.
Sumber gambar : Radar Pekalongan |
Nah, bagi wisatawan yang kepo dengan tempat lainnya, Pekalongan juga memiliki tempat wisata hits yang masih berhubungan dengan batik lho. Mereka adalah Museum Batik di Jetayu dan Kampung Batik di daerah Kauman. Well, gak salah kan kalau kota ini dikenal sebagai Kota Batik seperti yang Slank nyanyikan.
Nah, melihat adanya potensi wisata yang begitu besar dari kota ini, pada tanggal 3 juli 2019 lalu, pemerintah kota Pekalongan mengajak kawula muda yang terdiri dari vlogger, blogger, duta wisata, dan influencer Pekalongan lainnya untuk berdiskusi terkait pengoptimalan wisata yang ada.
Diskusi tersebut bertajuk “FGD Optimalisasi Promosi Pariwisata Pekalongan” yang dilaksanakan di Museum Batik, Jetayu. Dalam forum itu, saya bersama 2 rekan lainnya mewakili blogger Pekalongan menjadi peserta diskusi. Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia raya, Sambutan Kepala DINPARPUDPORA kota Pekalongan dan pembacaan doa. Kemudian, dilanjutkan dengan presentasi yang dibagi menjadi 4 sesi.
Sesi pertama di isi oleh Kepala Bappeda Kota Pekalongan yang membahas “Kebijakan Pemerintah Kota Pekalongan dalam Pengembangan Pariwisata”.
Dalam sesi ini, narasumber memaparkan aturan-aturan dan berbagai lembaga yang memiliki andil dalam kemajuan wisata Pekalongan serta informasi mengenai anggaran yang diberikan untuk pengembangannya.
Sebenarnya anggaran untuk pengembangan wisata cukup besar sih. Namun, Pekalongan punya masalah banjir Rob yangmana membutuhkan penanganan maksimal. Ya, banjir Rob cukup menyita perhatian dan harus segera dicari solusinya mengingat area wisata Pekalongan juga terkena dampak genangannya.
Setelah sesi pertama berakhir, dilanjutkan dengan sesi kedua, yakni pemaparan beberapa hal terkait “Peranan Badan Promosi Pariwisata” dengan narasumber bapak Cucut Suratno selaku ketua BP2KP.
Pada sesi ini, narasumber menjelaskan tentang rencana akan dioptimalkannya wisata selain batik seperti taman Mangrove dan pantai Pasir Kencana. Pengoptimalan ini, membutuhkan peran dari berbagai pihak termasuk Kadin, Gipi, Jurnalis, hingga para influencer seperti Vlogger, Blogger, Genpi dan Duta wisata.
Selanjutnya adalah presentasi sesi ke 3. Pada sesi ini narasumber merupakan orang yang ahli di bidang perhotelan. Bapak Mardi Tri Sutrisno, S.E, Par. Beliau menjelaskan terkait pentingnya kolaborasi setiap pihak supaya wisata yang dihadirkan bisa memuaskan wisatawan.
Pak Mardi merupakan salah satu Front Liner Hotel ternama di Pekalongan. Pengalaman beliau di dunia pariwisata dan perhotelan sudah cukup banyak. Bahkan beliau ditunjuk sebagai ketua himpunan Front liner Hotel seJawa-Jogja sejak tahun 2018 hingga sekarang.
Menurut bapak Mardi, pemerintah kota Pekalongan harus merapatkan sinergi pada semua sektor yang berhubungan dengan wisata seperti perhotelan, jasa pembuatan oleh-oleh, supermarket, tempat makan hingga pengelola tempat wisata.
Yap, itu karena semua sektor tersebut merupakan fasilitas bagi wisatawan.
Jika semuanya terkolaborasi dengan baik, diharapkan muncul kerjasama yang positif, terutama terkait akses informasi yang memudahkan wisatawan saat melakukan mobilitas..
Jika semuanya terkolaborasi dengan baik, diharapkan muncul kerjasama yang positif, terutama terkait akses informasi yang memudahkan wisatawan saat melakukan mobilitas..
Masuk pada sesi ke 4, yakni pemaparan “Digital Marketing” oleh Bang Trias Arditya. Pada sesi ini, Bang Trias lebih banyak menjelaskan mengenai City branding yakni cara agar sebuah kota bisa memunculkan kekhasan di mata para wisatawan. Kebetulan, batik telah dikenal sebagai branding dari kota ini. Maka optimalisasi pengembangan dan promosinya perlu dipertegas.
Pada sesi ini, banyak hal yang bisa dipelajari terkait self branding, termasuk cara yang bisa kita lakukan untuk mengenali potensi diri. Ternyata, tak banyak orang tahu lho jika ditanya “Apa potensi yang kamu miliki?” Yaps, pertanyaan semacam ini hampir sama dengan pertanyaan saat wawancara kerja. Sulit dijawab bukan?
Padahal, jika pertanyaan itu bisa terjawab dengan sempurna, itu artinya kita tahu kelebihan yang dimiliki oleh diri. Nah, sama halnya seperti self branding, city branding merupakan cara agar sebuah kota memiliki kekhasan. Sebuah kota, harus mengenali dan memahami potensi-potensi yang bisa digali, sehingga itu bisa dioptimalkan dengan baik.
Selepas pemaparan mengenai digital marketing, para peserta yang hadir diberikan kesempatan untuk berdiskusi terkait pengoptimalan promosi wisata Pekalongan. Ya, beberapa orang mengajukan diri untuk bertanya serta berbagi ide.
Pada pukul 12.30 wib, forum diskusi ini berakhir. Banyak hal yang bisa aku dapatkan setelah acara, termasuk informasi bahwa pemerintah kota Pekalongan ternyata sangat peduli pada pengembangan wisata. Apalagi sektor ini memang menjanjikan dalam memberikan pemasukan daerah.
Sebagai blogger, aku berharap Kota Pekalongan memiliki wisata yang tak hanya dikenal secara lokal, namun juga secara nasional. Selain itu, menyoal masalah Rob yang terjadi beberapa tahun ini, semoga segera ditemukan solusi terbaiknya. Sukses untuk wisata Pekalongan!
Iyaa akutu pernah kesini, sayangnya kok gak tak tulis ya waktu itu mana batiknya mah bagus-bagus harganya murah2
BalasHapuspaling suka sama batik pekalongan, secara harga memang lebih murmer dibanding batik kota-kota lainnyaaa, tapi warnanya tetep cakep cakeppppp
BalasHapusAku pingin ke Pekalongan nih. Jadi pemandu wisataku doong
BalasHapusnice post mbakku :)
BalasHapusAku belum pernah ke Pekalongan. Temen temen UMKM rekomendasi tempat ini untuk aku hunting kain-kain. Semoga ada kesempatan untuk main ke sini
BalasHapusAku pernah ke Pekalongan, tapi untuk urusan bisnis, sehingga gak sempat mengeksplorasi Kota Pekalongan. Penginnn balik kesana lagi, pengin belanja batiknya :)
BalasHapus