“Jangan lupa bawa tisu yang banyak, biar ntar kalau nangis gak minta tisu orang lain!” Kata Umi salah satu teman kos saya
“Enggaklah, tenang, aku itu strong kok. Jarang banget nangis kalau nonton film Indonesia!” Seru saya dengan penuh rasa percaya diri.
“Enggaklah, tenang, aku itu strong kok. Jarang banget nangis kalau nonton film Indonesia!” Seru saya dengan penuh rasa percaya diri.
***
Sebenarnya saya bukan tipikal orang yang mudah termehek-mehek jika menonton sebuah film. Wajar, saya adalah pecinta film yang bergenre action, fantasi, komedi atau misteri, sehingga tak banyak adegan berbau kesedihan di dalamnya. Jika pun ada, paling saya hanya akan menghela nafas panjang dan terdiam sebentar, kemudian berekspresi normal seperti tak terjadi apapun.
Apakah akan selalu seperti itu? Tentu saja, kecuali saya menemukan sebuah film yang memang menginspirasi dan penuh dengan sentuhan keharuan. Apalagi jika ditambah akting yang memukau dari pemainnya. Thats it, itu bisa membuat saya berlinangan air mata. Termehek-mehek sampai menghabiskan banyak tisu.
Beberapa hari yang lalu, salah satu kawan mengajak saya untuk menonton film buatan anak negeri. Film bergenre keluarga yang sebenarnya sudah pernah tayang di stasiun televisi. Anak-anak generasi 90-an harusnya sudah tahu film apa yang kumaksud. Ya, benar sekali. Keluarga Cemara.
Tentu saja, film Keluarga Cemara yang yang akan saya tonton nanti bukanlah cerita Keluarga Cemara era 90-an. Ini merupakan film remake yang dikembangkan dari cerita Keluarga Cemara versi jadul yang diperankan oleh Adi Kurdi dan Novia Kolopaking. Pemerannya pun tentu akan berbeda dari sebelumnya. Lantas bagaimana dengan jalan ceritanya, apakah akan sama? Baiklah saya akan menguliknya sedikit.
Beberapa hari yang lalu, salah satu kawan mengajak saya untuk menonton film buatan anak negeri. Film bergenre keluarga yang sebenarnya sudah pernah tayang di stasiun televisi. Anak-anak generasi 90-an harusnya sudah tahu film apa yang kumaksud. Ya, benar sekali. Keluarga Cemara.
Tentu saja, film Keluarga Cemara yang yang akan saya tonton nanti bukanlah cerita Keluarga Cemara era 90-an. Ini merupakan film remake yang dikembangkan dari cerita Keluarga Cemara versi jadul yang diperankan oleh Adi Kurdi dan Novia Kolopaking. Pemerannya pun tentu akan berbeda dari sebelumnya. Lantas bagaimana dengan jalan ceritanya, apakah akan sama? Baiklah saya akan menguliknya sedikit.
Sebelum menonton film Keluarga Cemara, saya sempat hadir di acara Meet and Greet dimana Ringgo Agus Rahman (Abah) dan Zara JKT48 (Euis) hadir di dalamnya. Banyak sekali pengalaman menarik yang mereka bagikan seputar proses pembuatan film. Dimulai dari kesangsian peran Ringgo Agus sebagai Abah oleh sebagian orang, juga Zara yang merupakan pendatang baru dilayar kaca.
“Lho si Ringgo itu kan lebih ke komedi, kok bisa dipilih sebagai abah di keluarga Cemara?”
Pertanyaan semacam ini kerapkali Ringgo temukan. Lantas, menanggapi pertanyaan itu, Ringgo hanya menjawab sederhana.
“Saya kan seorang publik figur, maka saya harus profesional. Saya harus mampu memerankan karakter apapun”
Bagi Ringgo, profesionalitas itu nomor satu. Meskipun ia dikenal sebagai aktor untuk film komedi, namun ketika harus berperan serius, bijak dan kebapakan, mengapa tidak bisa?
Nah, tak hanya berbicara mengenai Ringgo saja. Zara sebagai pemeran Euis juga masih membuat sebagian orang bertanya mengenai kemampuan aktingnya. Bagaimana tidak, ia merupakan artis pendatang baru yang sebelumnya berkiprah di dunia musik. Lebih tepatnya, ia adalah member dari grup idol remaja, JKT 48. Apakah Zara atau Ringgo Agus pantas mendapat perannya di film Keluarga Cemara ini?
Plot cerita dari film Keluarga Cemara ini berbeda dengan serial Keluarga Cemara era 90-an. Di sini penyajian cerita lebih pada kehidupan sehari-hari keluarga milenial dengan berbagai masalah yang mendera. Kekuatan cerita bukan hanya berasal dari plot tapi juga dari akting natural tiap pemainnya. Apakah film ini membuat saya menangis? Ya, saya mengakui membutuhkan beberapa lembar tisu untuk mengusap mata saya yang basah.
Kembali ke keluarga. Rasanya kalimat itu pendek, namun bermakna lebih jika dikaitkan dengan film Keluarga Cemara yang di sutradarai oleh Yandi Laurens ini. Keluarga merupakan bagian dasar dari semuanya. Sebuah kebahagiaan bermula dari keluarga yang harmonis dan saling mendukung. Dan disinilah Ringgo Agus Rahman berhasil meyakinkan penonton melalui aktingnya sebagai abah, ayah dari Euis dan Ara.
Abah adalah sosok lelaki jujur dan bersahaja. Siapapun yang menonton, pasti akan menyukai dan setuju dengan itu. Hanya saja, di dalam kehidupan, setiap orang tak lepas dari sesuatu bernama cobaan hidup. Bahkan seorang sejujur abah pun bisa mendapatkan permasalahan yang mengubah segalanya.
Melalui permasalahan itulah, sebuah keluarga dapat dilihat keindahannya. Apakah ia kokoh dan kuat layaknya cemara atau rapuh layaknya bunga dandelion yang tertiup angin. Film Keluarga Cemara telah mengajarkan pada saya bahwa kekuatan sejati seorang manusia dimulai dari keluarganya. Nirina Zubir sebagai emak menginspirasi saya mengenai cinta yang sesungguhnya terhadap suami dan anak-anaknya.
Terlepas dari cinta dan kekuatan sesungguhnya mengenai keluarga, saya cukup tertarik dengan akting setiap pemerannya. Terutama pemeran Ara dan Euis. Karakter Euis di film sangatlah berbeda dengan karakter Zara. Dia mampu membuat saya berdecak kagum. Pintar memainkan emosi. Dibutuhkan kemampuan akting yang hebat untuk bisa menyesuaikan karakter asli dengan karakter peran. Padahal, sebelum menonton, saya sempat meragukan kemampuan akting Zara. Dan absolutly, saya salah.
Ara pun demikian. Widuri Putri telah menyihir saya dengan peran apiknya. Saya suka dengan kenaturalan yang ia berikan. Dia bahkan mampu menjadi titik penerang bagi keluarga. Memberi sensasi bahagia pada setiap mata yang menontonnya.
Yes, demikianlah sudut pandang saya mengenai film Keluarga Cemara. Mengenai percakapan awal saya dengan Umi teman kos saya, andaikata itu sebuah taruhan, dia telah menang banyak. Kata “Tidak menangis” yang semula bisa saya lontarkan dengan percaya diri ternyata bisa berubah 180 derajat. Nah, buat kamu yang ingin mengetahui arti cinta yang sesungguhnya, film ini adalah salah satu jawabannya.
"Well, review ini saya tulis berdasarkan sudut pandang pribadi mengenai film Keluarga Cemara tahun 2019, untuk rating, saya berikan 9/10"
Filmnya memang seru banget kyknya y mbak...
BalasHapusIya kak, seru dan mengharukan. Sangat rekomen untuk di tonton :)
HapusWah, nonton serialnya di televisi itu pas saya masih SD. Penasaran nih sama film lepasnya...
BalasHapusAku malah jarang nonton serialnya mbak
HapusSaya suka banget sama film ini, keluarga adalah tempat kembali. Gapapa susah asalkan bersama, huhuhu
BalasHapusIya mbak, apalagi bagi yang merantau nih. Bakalan kangen ma keluarga
HapusAku belum nonton hikshiks..makin penasaran dan wajib nonton ini mah,
BalasHapusHarus nonton kak, ini folm bagus banget pokoknya. Rekomended utk keluarga :)
HapusDuh, kepengen banget nonton. Berasa nostalgia zaman SMP kayaknya. Dulu itu jadi tontonan favorit yang sangat membumi. Keseharian kita banget tapi gak membosankan. Gak sabar buat nonton
BalasHapusNonton mbak kusarankan. Jujur kalau yang serial aku malah udah lupa banget.
HapusNah ini dia film Indonesia selanjutnya yang mau aku tonton, tapi sayang belum ada waktunya nih. BTW baca penjelasan mba tentang aktingnya anak-anak yg berperan sebagai Euis dan ara, aku jadi kagum juga padahal blm nonton yah. Salut buat anak-anak kecil jaman sekarang nih, pada pinter-pinter akting.
BalasHapusIya mbak, aku suka akting mereka. Kayak real banget 😁
HapusAku sempet nonton kemaren. Berasa kembali ke tahun 90. Cerita sederhana namun penuh pesan moral. Sangat penting untuk ditonton keluarga zaman sekarang. Apalagi yang jarang ngumpul
BalasHapusIya bang, makanya judulnya kembali ke keluarga. Ya biar inget keluarga aja.
HapusVersi jadulnya saya belum pernah nonton juga, sepertinya harus nonton itu dulu sebelum ke film versi barunya ini.
BalasHapusPemerannya membuat film ini menarik untuk ditonton, pasti seru
Kalau versi jadulnya emang aku jarang nonton juga kak
HapusWow ngasih rating tinggi....jd penasaran bagus kayaknya...sayang hrs bawa tisu artinya pasti bikin sy nangis...dan saya tak suka itu ..heu
BalasHapusGapapa lho mbak, nangisnya bikin haru kok haha
HapusApresiasi deh keluarga cemara di angkat ke layar lebar, harta yang paling berharga adalah keluarga kan hahaha
BalasHapusIyap bener banget dah :D
HapusSaya belum sempat nonton nih film keluarga cemara ini, tetapi kata teman yang sudah nonton emang bagus sih. Baca ini jadi makin penasaran pengen nonton nih. :)
BalasHapusNonton aja bang, bagus kok emang
HapusAnak saya ngajakin nonton film ini tapi saya nya belum bisa meluangkan waktu... bagus ga untuk anak2
BalasHapusItu untuk semua usia kok bang tenang aja, ya walau gitu kudu trtap ada peran orangtua sih
HapusSeru banget nih filmnya, asyik ditonton bareng keluarga
BalasHapusUdah lihat mbak?
HapusWaah jadi penasaran sama film keluarga cemara, apalagi akting mereka yang oke dan leelu nyiapin tidu juga, sayang di kotaku nggak ada bioskop
BalasHapusOhalah, belum ada bioskop ya. Semoga bisa nonton mbak hehe
HapusKami udah nonton. Dan bagus filmnya buat keluarga, btw itu anaknya WIDI, Si Ara lucu banget yah .acting kayak bapaknya
BalasHapusIya mbak, aktingnya itu natural banget si Ara
HapusSaya sudah nonton Lo mba dan saya nangis hihihi harus bawa tissue pokoknya
BalasHapusKayaknya itu wajib deh mbak biar gak pakai kerudung sebagai lap hehehe
Hapusoh ini yg kemarin yg digarap,
BalasHapusbtw agak aneh juga sih peran abah diperanin sama ringgo. ciri khas ringgo soalnya ke komedi.
btw mampir sini ah mbak, salam kenal dari aku yaa :)
Oke mas Aldhi, salam kenal juga dari saya. Thanks sudah mampir :D
Hapusaduh aku mah sebel nonton ini, nangis muluuuu haha, salam kenal mbak dari aku si newbie blogger :D
BalasHapus