Source : Google |
Kopi dan diriku. Ya, aku memiliki cerita sendiri mengenai kopi. Jika dalam novel karya Dewi Lestari tokohnya adalah pembuat kopi, cerita kopi yang aku miliki merupakan alur hidup yang kualami sebagai
seorang penikmat kopi.
Bagaimana cerita perjalananku bersama kopi? Baiklah,
sebelumnya aku ingin bercerita mengenai awal aku jatuh cinta pada kopi.
Aku mengenal kopi karena bapakku. Kopi merupakan minuman yang selalu ditunggu bapakku terutama saat beliau pulang dari bekerja. Bapakku bekerja sebagai satpam di sebuah kantor pemerintah di kota Pekalongan.
Sebagai seorang satpam yang harus menjaga keamanan, begadang menjadi sesuatu yang biasa bagi bapakku. Rasa kantuk dan lelah tentunya menjadi kawan bagi beliau setiap malam. Cara ampuh beliau mengatasi itu semua adalah dengan meminum kopi yang biasanya dibawa dari rumah menggunakan termos alumunium.
Setiap hari, sebelum bapakku berangkat kerja. Ibuku selalu membuatkan kopi hangat di cangkir dan di termos aluminium untuk dibawa bapak.
Masih berbicara tentang aku dan kopi. Aku memiliki kebiasaan unik ketika kecil. Saat itu aku masih di Sekolah Dasar. Setiap ibu membuatkan kopi di cangkir, biasanya, bapak tidak menghabiskan seluruh kopi yang ada di dalamnya, beliau menyisihkan sedikit. Nah, pada waktu itulah aku mengambil cangkir tersebut dan meminum sisanya. Meminum tetes demi tetes terakhir kopi milik bapak di dalam cangkir itu rasanya tak biasa, ada kepuasaan dan sensasi tersendiri. Jujur saja, waktu kecil aku memang dilarang ibuku minum kopi. Alasannya? Aku tak bisa tidur di malam hari setelah meminumnya. Dan ibuku cukup khawatir akan hal itu.
Sepertinya bapak tahu kalau aku suka kopi tapi tidak diperbolehkan ibu untuk meminumnya, maka dari itu beliau tidak pernah menghabiskannya supaya aku bisa mencicipi, walau cuma sedikit.
Ketika aku menginjak SMA, semuanya mulai berubah. Semula ibuku melarangku meminum kopi, namun melihat banyaknya tugas yang kukerjakan dan membutuhkan waktu begadang di malam hari. Akhirnya ibuku memperbolehkanku minum kopi.
Aku mulai mengenal kopi saat SD. Lebih tepatnya karena sering melihat bapak meminumnya. Tetapi baru benar-benar merasa jatuh cinta waktu SMA. Ya, ketika SMA, intensitas meminum kopi cukup sering kulakukan. Apalagi menjelang ujian nasional. Kopi dan aku menjadi semacam sahabat baik untuk begadang.
Tahun 2013 adalah masa perpindahanku dari Pekalongan ke kota pelajar, Yogyakarta. Aku merantau untuk kuliah di salah satu perguruan negeri di kota tersebut. Di Jogja, awalnya aku memang belum terlalu paham mengenai spot-spot kuliner yang menjual berbagai makanan khas, termasuk minuman kopi yang enak. Tetapi setelah beberapa waktu tinggal disana, aku menemukan kopi unik yang biasa disebut "Kopi Joss".
Kalau kamu belum tahu apa itu kopi Joss, aku akan sedikit bercerita tentangnya. Kopi Joss sebenarnya merupakan kopi hitam biasa. Namun yang membuat ia unik adalah ia disajikan bersama arang yang masih panas. "Jossssss" begitulah yang didengar ketika beberapa bongkah arang dimasukkan ke gelas dan bercampur dengan seduhan kopi panas.
Penasaran? Ya, aku juga merasa demikian. Sebagai penikmat kopi, aku sangat penasaran dengan rasa yang ditawarkan oleh penjual kopi Joss. Apa sih spesialnya? Aku tidak akan spoiler. Tentu, tidak asyik takkala kamu belum mencobanya sendiri.
Warung (Angkringan) kopi Joss legendaris yang berada di Jogja, tepatnya sekitar Tugu adalah milik Lik Man. Coba deh kalau kamu berkunjung ke Jogja dan bertanya tentang angkringan Lik Man, kamu akan dengan mudah mendapatkan informasi tentang angkringan tersebut melalui orang-orang di sekitar. Pun demikian jika kamu mencari kopi Joss Jogja melalui google. Kamu akan menemukan banyak informasi dan rekomendasi tulisan yang mengarahkan kopi Joss milik Lik Man. Penasaran rasanya? Coba sendiri ya.
Perjalananku sebagai penikmat kopi tak hanya berakhir pada pilihan mencicipi kopi Joss sebagai kopi yang unik. Aku juga mencoba beberapa kopi lainnya dari beberapa kafe yang ada di Jogja.
Suatu hari aku bersama beberapa kawanku berhenti di sebuah kafe di wilayah Kaliurang. Suasananya menyenangkan dan tersedia beragam minuman kopi baik original maupun modifikasi. Di kafe tersebut, aku memesan Mochacino dan salah satu kawanku memesan Kopi Hitam Toraja
Saran aja nih. Bagi kamu yang masih menjadi penikmat kopi pemula, kamu bisa kok memilih jenis minuman kopi modifikasi seperti Blackpresso, Redpresso, Mochacino dan yang lainnya.
Sebab, kopi original akan disajikan tanpa gula dan rasanya sangat pahit. Kopi Toraja misalnya.
Berbeda jika kamu memang penikmat kopi yang sudah banyak pengalaman. Rasa pahit kopi Toraja mungkin masih standar di lidah kamu dibanding kopi dari daerah lain.
Kembali ke ceritaku. Perjalananku untuk menikmati dan mencari cita rasa kopi terenak tak hanya dengan datang dari satu kafe ke kafe lainnya. Aku juga pernah mengikuti acara dimana pengenalan kopi menjadi bagian inti dari acara tersebut. Mungkin kamu ada yang belum tahu perbedaan kopi Arabika dan Robusta. Nah, di acara tersebut, aku jadi tahu perbedaan keduanya dan tahapan proses mengolah kopi agar menjadi enak.
Di jelaskan bahwa kopi Arabika dan Robusta memiliki perbedaan yang cukup spesifik. Apa sih perbedaannya?
Begitulah cerita perjalananku mencari rasa terbaik dimulai dari mengenal hingga jatuh cinta, lalu berakhir bertemu dengan kopi kapal Api yang jelas lebih enak. Setiap orang punya cerita tersendiri untuk menemukan inspirasi rasa favorit mereka. Aku pun demikian. Bagaimana cerita kamu hingga memilih Kapal Api sebagai sahabat terbaik aktivitasmu?
Postingan ditulis oleh : Nurul Mutiara Risqi Amalia di Yogyakarta
Sebagai seorang satpam yang harus menjaga keamanan, begadang menjadi sesuatu yang biasa bagi bapakku. Rasa kantuk dan lelah tentunya menjadi kawan bagi beliau setiap malam. Cara ampuh beliau mengatasi itu semua adalah dengan meminum kopi yang biasanya dibawa dari rumah menggunakan termos alumunium.
Masih berbicara tentang aku dan kopi. Aku memiliki kebiasaan unik ketika kecil. Saat itu aku masih di Sekolah Dasar. Setiap ibu membuatkan kopi di cangkir, biasanya, bapak tidak menghabiskan seluruh kopi yang ada di dalamnya, beliau menyisihkan sedikit. Nah, pada waktu itulah aku mengambil cangkir tersebut dan meminum sisanya. Meminum tetes demi tetes terakhir kopi milik bapak di dalam cangkir itu rasanya tak biasa, ada kepuasaan dan sensasi tersendiri. Jujur saja, waktu kecil aku memang dilarang ibuku minum kopi. Alasannya? Aku tak bisa tidur di malam hari setelah meminumnya. Dan ibuku cukup khawatir akan hal itu.
Sepertinya bapak tahu kalau aku suka kopi tapi tidak diperbolehkan ibu untuk meminumnya, maka dari itu beliau tidak pernah menghabiskannya supaya aku bisa mencicipi, walau cuma sedikit.
Ketika aku menginjak SMA, semuanya mulai berubah. Semula ibuku melarangku meminum kopi, namun melihat banyaknya tugas yang kukerjakan dan membutuhkan waktu begadang di malam hari. Akhirnya ibuku memperbolehkanku minum kopi.
Aku mulai mengenal kopi saat SD. Lebih tepatnya karena sering melihat bapak meminumnya. Tetapi baru benar-benar merasa jatuh cinta waktu SMA. Ya, ketika SMA, intensitas meminum kopi cukup sering kulakukan. Apalagi menjelang ujian nasional. Kopi dan aku menjadi semacam sahabat baik untuk begadang.
Kalau kamu belum tahu apa itu kopi Joss, aku akan sedikit bercerita tentangnya. Kopi Joss sebenarnya merupakan kopi hitam biasa. Namun yang membuat ia unik adalah ia disajikan bersama arang yang masih panas. "Jossssss" begitulah yang didengar ketika beberapa bongkah arang dimasukkan ke gelas dan bercampur dengan seduhan kopi panas.
Sumber : Google |
Warung (Angkringan) kopi Joss legendaris yang berada di Jogja, tepatnya sekitar Tugu adalah milik Lik Man. Coba deh kalau kamu berkunjung ke Jogja dan bertanya tentang angkringan Lik Man, kamu akan dengan mudah mendapatkan informasi tentang angkringan tersebut melalui orang-orang di sekitar. Pun demikian jika kamu mencari kopi Joss Jogja melalui google. Kamu akan menemukan banyak informasi dan rekomendasi tulisan yang mengarahkan kopi Joss milik Lik Man. Penasaran rasanya? Coba sendiri ya.
Perjalananku sebagai penikmat kopi tak hanya berakhir pada pilihan mencicipi kopi Joss sebagai kopi yang unik. Aku juga mencoba beberapa kopi lainnya dari beberapa kafe yang ada di Jogja.
Suatu hari aku bersama beberapa kawanku berhenti di sebuah kafe di wilayah Kaliurang. Suasananya menyenangkan dan tersedia beragam minuman kopi baik original maupun modifikasi. Di kafe tersebut, aku memesan Mochacino dan salah satu kawanku memesan Kopi Hitam Toraja
Saran aja nih. Bagi kamu yang masih menjadi penikmat kopi pemula, kamu bisa kok memilih jenis minuman kopi modifikasi seperti Blackpresso, Redpresso, Mochacino dan yang lainnya.
Berbeda jika kamu memang penikmat kopi yang sudah banyak pengalaman. Rasa pahit kopi Toraja mungkin masih standar di lidah kamu dibanding kopi dari daerah lain.
Kembali ke ceritaku. Perjalananku untuk menikmati dan mencari cita rasa kopi terenak tak hanya dengan datang dari satu kafe ke kafe lainnya. Aku juga pernah mengikuti acara dimana pengenalan kopi menjadi bagian inti dari acara tersebut. Mungkin kamu ada yang belum tahu perbedaan kopi Arabika dan Robusta. Nah, di acara tersebut, aku jadi tahu perbedaan keduanya dan tahapan proses mengolah kopi agar menjadi enak.
Di jelaskan bahwa kopi Arabika dan Robusta memiliki perbedaan yang cukup spesifik. Apa sih perbedaannya?
Bagi penikmat kopi, informasi semacam itu perlu kita ketahui lho supaya tidak bingung menentukan rasa saat memesan kopi. Apalagi bagi orang yang suka kopi dengan kadar kafein rendah. Itu informasi yang penting banget.
Selanjutnya adalah sharing tahapan pengolahan kopi supaya lebih terasa enak.
Sudah hampir 5 tahun aku berada di kota Jogja. Dan selama itu pula aku banyak mengikuti berbagai kegiatan pengembangan diri baik melalui organisasi dalam kampus maupun komunitas luar kampus. Di KBJ misalnya. KBJ atau Komunitas Blogger Jogja merupakan satu dari beberapa komunitas di Jogja yang aku ikuti. Melalui KBJ, aku belajar banyak hal mengenai blog, bertemu banyak orang dan ikut berbagai kegiatan yang membawa manfaat pengembangan diri termasuk menulis.
Acara sharing informasi mengenai kopi pun aku dikuti karena KBJ. Cukup menyenangkan bukan? Menurutku, ini sama halnya dengan menyelam sambil minum air. Di satu sisi aku belajar mengenai menulis blog, di sisi yang lain aku juga menemukan momen menyenangkan bersama orang -orang baru.
Melalui blogging, skill menulisku yang semula masih tidur bisa terbangun kembali. Blog mengenalkanku dunia tulis menulis dan bertualang.
Berbicara tentang menulis blog, aku selalu melakukannya pada malam hari. Alasannya sederhana. Malam hari merupakan waktu yang tenang untuk mencari inspirasi. Jika inspirasi telah datang, tulisan akan begitu mengalir dengan mudahnya. Aku menjadi enjoy dan menikmati setiap ketikan dalam laptopku.
Sekedar informasi, aku termasuk orang yang menyukai kopi dengan kadar kafein yang rendah. Jika aku membeli kopi, aku akan mempertimbangakan banyak hal termasuk soal rasa dan kualitas. Untuk itu, aku memilih Kopi Kapal Api yang jelas lebih enak dan memiliki kualitas tiap bubuk seduhannya.
Di kos, aku memiliki stok kopi Kapal Api dalam berbagai varian.
Masing-masing rasa dalam kopi Kapal Api akan aku seduh sesuai dengan situasi yang kubutuhkan. Untuk menemaniku begadang menulis di blog atau mengerjakan skripsi, aku akan ditemani Kapal Api original yang akan membuat mataku tetap terjaga.
Untuk varian rasa kopi Kapal Api lain seperti Mocha, White Coffee, dan Kopi Susu, biasanya aku nikmati kala bersantai di sore hari atau saat hujan turun. Sensasi yang kurasakan kala meminumnya begitu luar biasa. Mengingatkanku pada momen berharga bersama keluarga di Pekalongan. Terutama ketika aku masih kecil dan baru mengenal minuman kopi.
Wah Mbaa inspiratif bgtt ceritanya. Dari sini aku jadi tau bedanya kopi robusta sama arabika, Terima kasih untuk infonyaa mbaa. 😄😄😄
BalasHapusSuamiku yg pecinta kopi juga suka dgn kopi asli yg tanpa gula , katanya pahitnya kopi itu ciri khas dr kopi . Tp tetep utk stok dirumah aku ada kopi kapal api mix dan yg mocca kesukaan ku. Btw penasaran sm kopi jos yg di jogja, itu kopi pake areng ya? Jujur blm pernahh
BalasHapusiyaa mbak. Kopinya sih biasa. Kopi hitam plus gula trus kasih arang panas. Tapi sensasi pas merasakannya itu yang unik banget hehe
HapusMain ke Jogja aja mbak :)
Belakangan aku juga suka minum kopi tanpa gula. Pengen cobain itu kopi joss. Bikin penasaran mbak... ☺
BalasHapusMain ke Jogja aja mba Maria :)
Hapuskopi hitam pakai susu uht enak kak ...katanya.
BalasHapusWahhhh, perlu dicoba ini hehe
HapusMemang tiada tandingannya kopi buat penikmat dan pecinta kopi. Kopi itu seperti bercerita tentang kenikmatan ya Mba.
BalasHapusDan juga tentang memori kebersamaan dgn keluarga mba 😊
HapusKopi kapal api sm kopi joss jogja satu persamaannya. Sama2 ngangenin hihihi
BalasHapusBetul sekali mbak :)
HapusKopiii.. aku suka aromanya. Pak suami selalu ngupi item kapal API klo ngantuk banget.
BalasHapusBuat tmn ngerjain skripsi yaa... Smangat
Iya mbak, lagi waktunya ngerjain skripsi jadi butuh bangun pas malam. Dannnnn, kopi Kapal Api adalah sahabat terbaik :)
HapusKopi untuk membangkitkan semangat hidup.... :)
BalasHapusYa, begitulah..
HapusDan juga mewarnai hidup biar lebih menyenangkan :)
Toss aaah.. saya juga minumnya kopi hitam kapal api. Kopinya haruuuum. Kalau kopi kapal api itu bisa ga ya dijadikan kopi joss. Xixixi.. asli kepo pas baca tulisan ini sama kopi joss.
BalasHapusMain ke Jogja dan mampir ke tugu aja kak, disana dijual kopi Joss kok. Asli bikin kangen :D
HapusPerbedaan kopi kapal api yang special tanpa gula dengan kopi kapal api warna silver 360g yang tertulis joss yogyakarta lebih enak dan lebih asli kopinya yang mana yang special atau yang silver sebab pernah coba yang silver tidak ada aroma kopinya dan rasanya kurang enak
BalasHapusBerarti selera kamu bukan yang silver mas, lagian aku juga belum pernah tahu dan nemuin varian tersebut 😀
BalasHapus