Reuters
Kondisi kelaparan di Somalia, Selasa (2/8/2011)
NAIROBI, KOMPAS.com -
Kekeringan dan kelaparan di Somalia, hingga Kamis (4/8/11), telah
menewaskan lebih dari 29.000 anak balita dalam tiga bulan ini. Jumlah
ini sangat mencengangkan, suatu bencana kemanusiaan terparah dalam
krisis di Tanduk Afrika itu.
PBB telah mengatakan
sebelumnya bahwa puluhan ribu orang telah tewas akibat kekeringan yang
terburuk di Somalia dalam 60 tahun ini. PBB mengatakan 640.000 anak
kekurangan gizi akut, suatu statistik yang dapat mengidikasikan bahwa
angka kematian anak akan naik.
Nancy Lindborg, pejabat
lembaga bantuan pemerintah AS di depan komite Kongres AS di Washington,
Rabu, bahwa AS memperkirakan lebih dari 29.000 anak balita Somalia
selatah tewas dalam 90 hari terakhir. Jumlah itu berdasarkan survei
gizi dan kematian yang diverifikasi oleh Pusat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit (CDCP) AS.
PBB juga pada hari Rabu
menyatakan tiga daerah baru masuk dalam di zona kelaparan Somalia,
sehingga jumlah wilayah menjadi lima di seluruh Somalia selatan. Dari
populasi sekitar 7,5 juta, PBB mengatakan 3,2 juta warga Somalia sangat
membutuhkan bantuan darurat.
Distribusi bantuan semakin
sulit karena kelompok militan Al Shabab, yang tidak lain adalah sayap Al
Qaeda, mengendalikan sebagian besar wilayah negara yang paling
menderita itu. Al Shabab membantah ada kelaparan. Mereka melarang
Program Pangan Dunia PBB (WFP) menyalurkan bantuan ke sana.
Puluhan
ribu pengungsi telah melarikan diri ke daerah tengah Somalia dengan
harapan akan menemukan makanan di kamp-kamp di Ethiopia, Kenya dan di
Mogadishu. Ratusan juta dollar AS telah disumbangkan untuk melawan
krisis kelaparan, tetapi PBB mengatakan mereka membutuhkan lebih ratusan
juta dollar lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon tidak memberikan komentar dengan link hidup karena akan langsung dihapus dan ditandai spam